Dari berbagai masalah rambut, kerontokan adalah salah satu masalah yang paling banyak dialami. Namun tahukah Ladies ternyata ada perbedaan antara hair fall (rambut patah) dan hair loss (rambut patah dan rambut terlepas dari akar yang mengarah pada kebotakan).
Meskipun sama-sama memiliki gejala kehilangan helaian rambut, dua hal tersebut sangat berbeda. Menurut dokter Monisha Aravind, M.D.(DVL), dokter kulit dan estetika di India, kehilangan rambut di bawah 100 helai setiap harinya tidak dapat diklasifikasikan sebagai kerontokan dan sesungguhnya tidak perlu dikhawatirkan. Kehilangan rambut dalam jumlah wajar merupakan proses biologis dan bagian dari siklus pertumbuhan rambut.
Lebih jauhnya lagi dokter Monisha menjelaskan bahwa 90% helaian rambut berada dalam fase ‘anagen’-atau pertumbuhan-sekarang-yang berlangsung sekitar dua hingga delapan tahun. Sementara itu sekitar 1%-nya sedang menjalani fase ‘katagen’-yang berlangsung sekitar satu atau dua minggu. Selama fase ini, helaian rambut akan berhenti tumbuh sama sekali.
Selanjutnya hilangnya helaian rambut terjadi selama fase telogen dari siklus-yang merupakan tahap terakhir. Fase ini berlangsung selama sekitar dua atau tiga bulan, dan pada titik waktu tertentu, sekitar 10% rambutmu berada dalam tahap ini, Ladies. Setelah helaian rambut rontok, siklus kemudian berlanjut selama folikel rambutmu tetap aktif.
Apa sih penyebab hair fall/shedding atau rambut patah?
Hair fall atau rambut patah mengacu pada rambut yang patah di bagian batang rambut. Ada berbagai faktor yang dapat meningkatkan rambut patah ini, seperti kehilangan berat badan berlebih, melahirkan, menjalani operasi, mengalami demam maupun stress tingkat tinggi, pola tidur yang kacau, serta perubahan musim.
Selain hal di atas, penuaan pun memengaruhi berkurangnya helai rambut loh Ladies. Jika kamu sudah mulai memasuki masa menopause nanti, ketidakseimbangan hormon dalam tubuh akan sangat mungkin memicu berkurangnya rambut.
Namun jangan khawatir, biasanya rambut akan kembali sepenuhnya dalam waktu 6-9 bulan.
Apa penyebab hair loss atau kerontokan?
Hair loss dijelaskan sebagai kondisi menipisnya rambut hingga mengarah pada kebotakan. Hair loss dapat dipicu oleh faktor eksternal dan internal.
Dokter Monisha menjelaskan bahwa faktor internal sebagian besar adalah genetik. Bahkan ketidakseimbangan hormon seperti PCOS, tiroid, peningkatan kadar prolaktin, dan peningkatan produksi androgen pun dapat menyebabkan kebotakan. Infeksi virus apapun, termasuk COVID-19 juga dapat menyebabkan kerontokan rambut loh Ladies.
Selain penyakit genetik, kekurangan nutrisi juga menyebabkan kerontokan rambut. Diabetes yang berlangsung lama, hipertensi, dan penyakit kronis juga dapat memicu kondisi tersebut.
Baca juga: Fakta di Balik Mitos Rambut Rontok Menurut Dermatologis
Sementara itu, faktor eksternal yang dapat memengaruhi rambut antara lain pencemaran lingkungan, penggunaan produk atau perawatan rambut dengan bahan kimia keras yang berlebihan, seperti keratin, smoothing, mewarnai rambut, meluruskan rambut, dan luput membersihkan kulit kepala. Bukan hanya itu, pengaplikasian produk topikal, seperti serum dan masker untuk rambut juga dapat menyebabkan hair loss.
Faktor gaya hidup seperti merokok, dan mengonsumsi alkohol dan makanan berminyak juga menjadi pemicu utama dari hair loss.
Bagaimana cara membedakan hair fall dan hair loss?
Jika Ladies masih kebingungan apakah ‘kerontokan’ yang Ladies alami termasuk normal atau tidak, mari kita lakukan tes ini.
- Sisirkan jari-jarimu ke bagian rambut dari depan ke belakang, lalu tariklah dengan perlahan dan lembut di akhir batang rambut. Pastikan rambutmu kering sempurna ya Ladies. Nah jika kamu melihat lebih dari 2-3 helai rambut, sebaiknya segeralah berkonsultasi ke dokter untuk mencari tahu penyebabnya.
- Perhatikan rambut, apakah ada tanda: penipisan garis rambut, kemunculan area yang pitak, serta penipisan di area mahkota rambut. Jika ketiga tanda tersebut ditemukan, berarti kerontokanmu sudah masuk ke dalam fase hair loss, Ladies.
Jika tanda-tanda di atas ditemukan, segeralah berkonsultasi pada dokter untuk diagnosis dan merencanakan perawatan.
Sumber: bebeautiful.in