OUR NETWORK

Mengenal Chronic Procrastination dan Efeknya Terhadap Kesehatan

Ladies pasti familiar dengan dorongan untuk menunda-nunda suatu pekerjaan padahal tahu konsekuensinya. Sebenarnya kenapa sih kita ingin selalu menunda pekerjaan? 

Sebuah survei oleh perusahaan keuangan IPX 1031 menemukan bahwa pada tahun 2020, setidaknya 33% orang Amerika Serikat menunggu hingga menit terakhir untuk melakukan pajak mereka. Sama halnya dengan Ladies yang akan menunda pekerjaan menjelang deadline hihihi. 

Namun, rupanya kecenderungan ini bukan sekadar manajemen waktu yang buruk atau kemalasan. Menurut penelitian yang diterbitkan dalam Frontiers in Psychology, ada dua fitur utama dari penundaan:

  1. Kamu tidak sengaja menunda.
  2. Kamu sengaja menunda meskipun tahu konsekuensi terburuknya. 

Kesadaran akan konsekuensi negatif yang akan kita hadapi inilah yang menjadi alasan para ilmuwan mengaitkan penundaan dengan emosi kita—dan seberapa besar kita membiarkan emosi itu mengendalikan perilaku kita.

Penelitian di jurnal Social and Personality Psychology Compass menemukan bahwa ketika kita menunda-nunda, kita menyerah pada keinginan kita untuk mendapatkan grafitikasi cepat. Dengan menunda sesuatu yang membuat kita merasa buruk, kita “memprioritaskan suasana hati kita saat ini daripada konsekuensi dari kelambanan tindakan untuk diri kita di masa depan.”

Apa itu penundaan kronis?

Mengenal Chronic Procrastination dan Efeknya Terhadap Kesehatan
Foto: pexels.com

Menunda-nunda dari waktu ke waktu karena stres eksternal seperti jadwal sibuk adalah satu hal, kata Lauren Cook, PhD, seorang psikolog klinis dan pendiri Heartship Psychological Services di California. “Tetapi ketika itu menjadi pola umum, apa pun yang terjadi, itu pertanda bahwa penundaan mungkin telah menjadi kronis.”

Kita semua menghadapi akibat karena menunda tugas, apakah itu melewatkan tenggat waktu atau konsekuensi lainnya. Namun Joyce Marter, LCPC, psikoterapis berlisensi dan penulis The Financial Mindset Fix: A Mental Fitness Program for an Abundant Life, menunjukkan beberapa perilaku penunda kronis:

  1. Kamu terus-menerus merasa seperti “di belakang” dan sering mengecewakan orang lain.
  2. Kamu membuat orang-orang dalam hidupmu frustrasi dengan dirimu. Kondisi ini dapat menyebabkan hilangnya pekerjaan atau hubungan berulang kali.
  3. Kamu menjadi defensif atas penghindaran tugasmu, seperti menyalahkan orang lain atau mencari-cari alasan.
  4. Kamu diliputi perasaan tidak berdaya.
  5. Kamu merasa kewalahan oleh tenggat waktu dan tanggung jawab.
  6. Kamu mengisi waktu dengan hal-hal kecil yang kurang penting.

Penunda yang kronis mungkin juga memiliki kenalan yang dapat mengatasi kondisi ini, baik dengan menyelesaikan tugas, terus-menerus menawarkan pengingat, atau mencoba membantu mereka mengatur waktu dengan lebih baik. Dan bagi orang yang suka menunda-nunda, dukungan ini seringkali disambut tidak baik.

“Anda mungkin menganggap orang-orang ini sebagai orang yang suka mengatur dan akhirnya membenci mereka,” jelas Joyce Marter.

Apa yang menyebabkan penundaan kronis?

Mengenal Chronic Procrastination dan Efeknya Terhadap Kesehatan
Foto: pexels.com

Adakah ciri lain yang dari penundaan kronis? Ada, Ladies. Yaitu, setelah Ladies terjebak dalam siklus ini, akan sulit untuk membebaskan diri.

Sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal of Rational-Emotive & Cognitive-Behavior Therapy menemukan bahwa emosi negatif seperti stres, kecemasan, harga diri rendah, dan sindrom penipu adalah apa yang menyebabkan penundaan—membuat “penundaan” sebagai coping mechanism atas untuk menangani emosi negatif tersebut. Kemudian ketika Ladies sudah menunda sesuatu, Ladies mengalami perasaan lega sesaat. Respons itu mengaktifkan pusat penghargaan otak kita, memperkuat kebiasaan itu.

Namun menunda-nunda juga mendarah daging ke dalam respons stres tubuh kita. Itu berarti, di lain kesempatan saat Ladies dihadapkan dengan tugas yang membuatmu merasa cemas, tidak aman, atau frustrasi, tubuhmu aka menganggapnya sebagai ancaman. Penundaan kemudian masuk sebagai mekanisme pertahanan dirimu untuk melawan emosi yang mengancam ini.

Ini terlihat seperti ini:

  • Kamu memiliki tugas untuk dikerjakan.
  • Kamu mempertimbangkan bagaimana perasaanmu terhadap tugas tersebut
  • Kamu menyimpulkan tugas itu akan membuatmu merasa stres, tidak aman, atau mengalami emosi buruk lainnya
  • Tubuhmu bertujuan untuk menghindari perasaan buruk itu, jadi kamu menghindari tugas itu.
  • Kamu merasa lebih stres dengan menunda tugas—dan siklus penundaan berlanjut.

Kaitan emosional inilah mengapa Joyce Marter mengatakan penundaan kronis sering kali diakibatkan oleh:

  • Masalah kesehatan perilaku 
  • Kondisi kesehatan mental seperti kecemasan, depresi, penyalahgunaan zat, kecanduan, attention deficit/hyperactivity disorder (ADHD), dan trauma dapat berkontribusi pada penundaan.

“Masing-masing penyebab tersebut merusak fungsi kognitif dan kemampuan kita untuk berpikir jernih, berkonsentrasi, mengatur diri sendiri, dan membuat keputusan,” kata Joyce Marter.

Masalah kesehatan mental juga sering menyebabkan kebanjiran emosi—ketika intensitas perasaanmu (biasanya negatif) melebihi kapasitas kelolamu. Kewalahan ini dapat memicu self-talk negatif dan distorsi kognitif sambil menurunkan motivasi dan tingkat energimu, yang semuanya dapat menyebabkan penundaan.

Apakah menunda-nunda membahayakan kesehatan kita?

Mengenal Chronic Procrastination dan Efeknya Terhadap Kesehatan
Foto: pexels.com

Grafitikasi sekilas yang Ladies rasakan ketika menunda-nunda itu rupanya harus dibayar mahal.

“Emosi negatif yang Anda kaitkan dengan tugas yang diberikan tidak hilang ketika Anda menghindari tugas itu,” kata Haley Perlus, PhD dalam psikologi olahraga dan kinerja. “Mereka memakan diri mereka sendiri dan berkembang biak.”

Baca juga: 11 Langkah Menghentikan Kebiasaan Menunda

Beban mental dari penundaan

Mengenal Chronic Procrastination dan Efeknya Terhadap Kesehatan
Foto: pexels.com

Bukan hanya stres seputar tugas yang menumpuk saat tenggat waktu mendekat. Studi dalam Journal of Rational-Emotive & Cognitive-Behavior Therapy menjelaskan bagaimana penundaan kronis menyebabkan harga diri yang lebih rendah dan dapat meningkatkan stres dan kecemasan seseorang secara keseluruhan.

Temuan ini bergantung pada apa yang disebut “kognisi penundaan,” atau pola pikir negatif yang menyertai penghindaran tugas—seperti rasa malu, rasa bersalah, kegagalan, dan keraguan diri.

Hal ini jugalah yang membuat penundaan dapat dengan cepat menjadi lingkaran setan.

“Semakin kita menunda-nunda, semakin kita meragukan kemampuan kita untuk menyelesaikan tugas dengan sukses,” kata Lauren Cook. “Ini bisa merusak kepercayaan dirimu.”

Dampak penundaan pada kesehatan fisik

Mengenal Chronic Procrastination dan Efeknya Terhadap Kesehatan
Foto: pexels.com

Joyce Marter mengatakan stres dan kecemasan yang dipicu penundaan dapat memiliki efek fisik di seluruh tubuh juga, seperti insomnia, perubahan kebiasaan makan, masalah pencernaan, sakit kepala, dan peningkatan tekanan darah.

Gejala fisik dari stres kronis dan kecemasan dapat membuat seseorang rentan terhadap masalah kesehatan yang lebih serius juga. Sebuah studi baru-baru ini yang diterbitkan dalam Journal of Behavioral Medicine mengaitkan penundaan kronis dengan risiko penyakit kardiovaskular dan hipertensi yang lebih besar.

 

Sumber: thehealthy.com

Must Read

Related Articles