Setelah mengalami penundaan cukup lama, akhirnya film KKN Desa Penari tayang juga di bioskop. Banyak spekulasi kalau performanya bakal menurun dan ditinggalkan, tetapi kenyataannya momen perilisan ini dinilai sangat tepat, bagaimana dengan pertunjukannya secara keseluruhan?
Bagi sebagian orang yang sudah membaca ceritanya di twitter pasti pendapatnya hampir sama, kisahnya membingungkan seperti potongan puzzle karena dibuat hampir mirip. Tetapi, bagi penonton baru yang memang belum mengikuti kisahnya di Twitter, apa yang disajikan Awi Suryadi ini memang mengesankan.
Walaupun masih ada sedikit catatan yang perlu dijadikan koreksi andai saja MD mau mempertimbangkan menjadikannya sekuel atau bahkan spin-off. Agar kisahnya lebih sempurna dan sajian horor benar-benar terasa sesuai porsi.
Horor lasik KKN Desa Penari yang kurang menggigit
Harus diakui sebenarnya aspek seram tanpa kehadiran jumpscare sudah tersedia dan melimpah disini. Mereka syuting di lokasi hutan, tanpa listrik dan rumah tua terbuat dari kayu. Sayangnya modal tersebut belum bisa dimaksimalkan dengan baik.
Memang kesan seram sudah di mulai dari babak awal. Ketika Nur menginjakkan kaki. Sayang, eksplorasinya dan eksekusinya masih sebatas pertunjukan yang kemarin. Artinya belum ada sisi kreatif dengan menghadirkan ketakutan luar biasa.
Karena, apa yang disuguhkan oleh KKN Desa Penari berkisah tentang Bandarawuhi, sosok siluman ular menggoda manusia. Secara otomatis, tidak mungkin menghadirkan darah atau wajah rusak, maka dari itu untuk menghidupkan aspek seram harus melalui jalan lain.
Sepanjang durasi setidaknya 60% mengedepankan aspek horror, sayangnya kurang begitu kuat. Terkesan nanggung dan biasa saja. Walau begitu, ada beberapa momen yang mampu membuat bulu kudu merinding.
Cerita yang Menarik Walau Membosankan
KKN Desa Penari memiliki cerita yang menarik hanya saja di pertengahan babak kedua sampai terakhir. Pada awal, terasa sangat lambat dan membosankan, apa yang coba dihadirkan untuk memperkenalkan sosok Nur dan Badara terkesan terlalu memperpanjang durasi.
Belum ada sisi yang bisa menarik penonton untuk mengikutinya dan fokus ke layar. Tetapi, setelah pertengahan babak kedua, semua itu berubah drastis, ketegangan hingga kisahnya mulai hidup dapat dirasakan.
Bila banyak orang menganggap kisah ini bisa dijadikan pelajaran untuk tidak berbuat senonoh tempat orang lain. Maka, pribadi penulis sendiri merasa bahwa pesan moralnya cenderung harus berhati-hati dengan setan dan jin.
Cara mereka mengajak dalam kemaksiatan ternyata cukup canggih. Setidaknya apa yang disampaikan oleh orang tua dan guru agama benar. Tidak heran bila manusia terkadang terlena hingga mengikuti keinginan mereka.
Kurangnya aspek cerita ini adalah tidak adanya jembatan penghubung yang tepat antara masalah Nur dan konflik utamanya. Tetapi, salut poinnya adalah segala bentuk pertanyaan di awal mengenai siapa, mengapa, apa, dan bagaimana terjawab dengan sendirinya.
Semua terkuak dan terbuka, walau penekanannya adalah perbuatan tidak senonoh. Tetapi, mereka mampu menjawabnya dengan pola tepat. Tidak heran bila nilainya menjadi 8,5 dari 10 walau beberapa pendapat menyebutkan maksimal 7.
Kekurangan dari cerita ini adalah potongan-potongan cerita yang membuat penonton merasa kebingungan, hanya saja cara itu dibutuhkan sehingga klimaksnya nanti terasa pas dan sesuai dengan porsinya.
Salut poin berikutnya ada di Jokes yang diberikan, memang sedikit tetapi cukup membuat orang tertawa. Sedikitnya porsi untuk karakter lucu ini sebenarnya sudah sesuai dengan porsi karena, ketakutan yang diberikan masih dalam level biasa saja.
Aspek lainnya dikerjakan hampir sempurna
KKN Desa Penari memang memiliki minus dari sisi ceritanya, tetapi aspek lainnya memang dikerjakan hampir sempurna. Sinematografi yang bagus, scoring lumayan, dan paling penting adalah acting para pemain cukup mengesankan.
Sejujurnya, paling mendapat credit poin adalah adalah Adinda Thomas ketika babak akhir film. Ketakutannya cenderung natural, tidak heran bila bulu kuduk merinding walau tidak terdengar suara teriakan.
Sejauh ini KKN Desa Penari masih menjadi film dengan cerita terbaik, bila banyak orang berpendapat kurang begitu kuat, memang benar. Hanya saja bagi penonton baru yang menikmati hanya di bioskop sudah sesuai sebagaimana mestinya.