Ladies, kapan terakhir kali kamu jatuh cinta? Kalian setuju dong kalau jatuh cinta itu bisa terjadi di mana saja dan kapan saja. Kamu bisa jatuh cinta dengan seseorang yang baru kamu temui di kereta misalnya. Atau kamu jatuh cinta pada teman semasa kuliahmu dari awal pertama kamu melihatnya ketika sedang masa orientasi. Tapi ketika kamu sudah serius untuk menuju ke tahapan selanjutnya, seperti menuju ke jenjang pernikahan, apakah hanya bermodalkan “Aku cinta kamu” saja cukup? Sepertinya tidak. Ada banyak hal lain yang perlu dipertimbangkan ketika kamu memilih untuk menghabiskan sisa hidupmu bersama seseorang.
Baca juga: Tidak Ingin Menikah dengan Pacar, Begini Penjelasannya Menurut Ahli
Menurut Liz Higgins, seorang ahli terapi pernikahan dan keluarga berlisensi di Dallas, Texas, kepada Today.com, ada banyak elemen yang membuat hubungan sehat dari para pasangan yang bisa menjadi fondasi kuat dalam menjalani pernikahan. “Bagaimana sehatnya, bahagia, dan saling mencintainya para pasangan tersebut pun, pada suatu waktu akan tetap terjadi konflik.”
Berikut adalah beberapa tips yang bisa kamu terapkan sebelum kamu memutuskan untuk menikah.
1. Pasanganmu tidak akan menjadi pelengkapmu
“Kamu harus menanamkan mindset untuk tidak berekspektasi bahwa pasanganmu akan menyempurnakan hidupmu” kata Higgins. “Sangat penting untukmu untuk tetap fokus terhadap dirimu– bukan dalam artian egois, dan bukan dalam artian kamu mengabaikan pasanganmu. Namun, dalam artian ketika kamu sanggup untuk mengerti bahwa ketika kamu mandiri terhadap dirimu dan hidupmu sendiri, maka akan meningkatkan kualitas hubungan itu sendiri,” kata Higgins.
Kamu perlu menyeimbangkan kebersamaan dan keterpisahan. Walaupun berpasangan, kalian tidak harus selalu waktu bersama kan, Ladies?
2. Waspadai harapan yang kamu bawa dalam pernikahan
Kamu mungkin mengharapkan banyak hal yang bisa dilakukan dari pasanganmu. Kamu berharap ia menjadi eorang teman, kekasih yang penuh sayang dan perhatian, orang tua yang baik, dan banyak lainnya. Bener, kan? Nah, ini nih… Emang terkadang harapan kita sendiri yang menjatuhkan.
Lalu masalah muncul ketika Higgins memberikan “inventaris harapan.” Ini adalah beberapa contoh pernyataan yang dilontarkan Higgins: maukah kamu dan pasanganmu setuju dengan itu?
- Pasangan saya akan memenuhi semua kebutuhan saya dalam hal persahabatan saya.
- Saya tidak percaya keromantisan akan memudar seiring berjalannya waktu.
- Saya tidak percaya kalau ketertarikan pasangan saya terhadap seks harus berbeda dari saya.
3. Kamu nggak akan selalu jatuh cinta
“Kamu bisa bersama pasangan yang paling sempurna di dunia berdasarkan versimu, namun ada kalanya ketika kamu merasa nggak selaras dan nggak jatuh cinta.” kata Higgins. “Di titik itulah sangat penting bagimu untuk kembali pada dasar-dasar kenapa kalian saling menyayangi dan memutuskan untuk menikah dibandingkan mencoba mengikuti perasaan yang menurut kamu seharusnya kamu miliki.”
4. Hubungan keluarga pasangan kamu adalah kunci
Bagaimana pasangan kamu bergaul dengan keluarganya? Apakah mereka dekat atau jauh? Apakah ada konflik? Informasi seperti ini sangat penting untuk kamu ketahui.
“Banyak latar belakang dari keluarga seseorang yang terjadi secara berulang atau muncul kembali pada pernikahan,” katanya. “Ketika kedua belah pasangan mampu untuk membicarakan hal itu tanpa menghakimi dan mampu mendengarkan lalu menyelaraskan pengalaman tersebut, hal itu menciptakan tingkat kepercayaan yang mendalam.”
5. Ketahui keuangan pasangan
Higgins percaya kalau pasangan harus saling mengetahui keuangan masing-masing pasangannya. Dari situ kamu dan pasangan bisa menentukan bagaimana mengatur keuangan kalian. Banyak dari pasangan muda saat ini memiliki dua rekening, yang satu untuk rekening bersama, dan rekening lainnya untuk masing-masing.
“Nggak masalah selama hal itu bekerja. Tapi kalian berdua harus sadar kalau rekening gabungan itu untuk kalian juga, tanpa adanya perasaan kamu merasa dikendalikan atau membuat kamu merasa tidak aman,” kata Higgins. “Keuangan adalah tempat ketidakpercayaan dan masalah muncul. Itu salah satu alasan utama orang bercerai.” Uang bisa menjadi bahasan yang sangat sensitif bagi beberapa pasangan, lebih dari pembahasan masalah seks.
6. Pahami peranmu dalam menyelesaikan sebuah konflik
Ketika kamu dalam fase bulan madu, sulit membayangkan akan ada pertengkaran atau ternyata ada kebiasaan pasanganmu yang nggak kamu sukai. Hal seperti itu akan muncul secara perlahan. Bagaimana kamu mengatasinya?
Menurut Higgins, seringkali hal-hal yang nggak kamu sukai atau benci di kemudian hari dalam hubunganmu, lebih berkaitan dengan kamu daripada pasanganmu. Ini semua tentang kerentanan, rasa nggak aman dan ketidaknyamanan yang kamu bawa.
“Potongan besar tentang bagaimana menangani konflik dan emosi adalah mengetahui bahwa itu semua dimulai dari kamu sendiri… Bagaimana caranya kamu mengatasi kecemasanmu, mempraktikkan cara-cara sehat untuk merawat dirimu sendiri, dan memastikan kamu berada di tempat yang tepat untuk mengatasi stressmu,” kata Higgins.
Dari situ, tinggal bagaimana caranya duduk berdua dan berkomunikasi untuk mengatasi masalah tersebut dengan pasangan. Kebanyakan orang sangat cepat sekali merespon dan bereaksi. Tapi yang perlu kamu lakukan adalah menenangkan diri terlebih dahulu, lalu mendengarkan dari sisi pasangan.
7. Diskusikan apa artinya melanggar kepercayaan buatmu
Apa batas dari perselingkuhan menurut pasanganmu? Apakah berkirim pesan, menggoda, memiliki hubungan emosional merupakan perselingkuhan menurut pasanganmu? Atau dengan tidur bersama orang lain baru dianggap perselingkuhan? Karena batas dari perselingkuhan berbeda-beda menurut setiap individu. Diskusikan agar kamu tahu batasan-batasan yang harus kamu jaga, Ladies.
8. Saat keadaan menjadi sulit, jangan langsung berhenti
Menurut pengamatan Higgins, banyak dari pasangan muda yang sudah bercerai yang pernikahannya baru seumur jagung. “Di zaman sekarang ini, mental kita terbiasa dengan jika suatu hal tidak berjalan sesuai keinginan kamu, kamu akan menyingkirkannya,” catat Higgins. “Tapi konflik dari suatu pernikahan dan hubungan adalah peluang untuk tumbuh.”
Kecuali kamu mengalami pelecehan atau perilaku yang nggak bisa ditoleransi, jika tidak sampai pada titik itu, beri kesempatan untuk mencoba menyelesaikan masalah tersebut, ucapnya.
9. Ekspresikan Kasih Sayang
Berdasarkan penelitian oleh psikolog John Gottman, dia menemukan rasio “ajaib” 5 banding 1 di antara pasangan yang sehat: untuk setiap satu interaksi negatif selama konflik, pasangan-pasangan yang stabil dan bahagia memiliki 5 atau lebih interaksi positif.
“Kepositifan sangat penting. Sangat penting untuk merasa seperti kamu berada di tempat yang baik, dan itu ditunjukkan dengan sedikit kasih sayang,” kata Higgins. Bukan hal besar seperti merencanakan pergi liburan mewah bersama pasangan. Namun, lebih seperti bangun di pagi hari dan memberikan ciuman kepada pasanganmu.
Baca juga: 8 Kebiasaan Buruk yang Perlu Kamu Hilangkan Sebelum Menikah
Hal-hal seperti komunikasi, saling memahami serta kesadaran bahwa pernikahan tidak selalu enaknya saja inilah Ladies yang bakalan bikin pernikahanmu sampai ujung hayat nanti. Jadi, apakah kamu sudah siap berkomitmen dengan pasanganmu?
Source: today.com