OUR NETWORK

Fenomena Perempuan Menolak Punya Anak, Mengapa Bisa Terjadi?

Perempuan menolak punya anak memang diperbolehkan dan menjadi hak mereka untuk melakukannya. Hanya saja, harus dipikirkan juga efek kedepannya seperti apa, serta harus melakukan pembicaraan serius dengan calon atau suami hingga keluarga.

Kondisi seperti ini memang wajar, karena keadaan setiap orang pasti berbeda satu sama lain. Hal tersebut bukan termasuk kelemahan mental atau gangguan dan sejenisnya melainkan keadaan psikologi mereka yang berpengaruh ke pola pikir, sehingga kurang siap menerimanya.

Beberapa orang mengatakan perempuan akan sempurna bila sudah mempunyai anak. Tetapi, satu sisi lainnya mengatakan, kesempurnaannya ada di kesetiaan dalam menjaga harga diri keluarga dan selalu menjadi tulang rusuk terbaik bagi suaminya.

Anggapan bahwa, anak adalah titipan dan tidak bisa dijadikan sebagai pegangan adalah benar. Walau masih ada ikatan, pada akhirnya akan terlepas begitu saja karena, mereka mempunyai kehidupan masing-masing. Menikah adalah kehidupan baru bagi kedua pasangan di mana, sejak saat itu yang menentukan nasib bukan lagi ke orang tua, melainkan keduanya. Ayah dan Bunda hanya sebatas memberi tahu dan mengarahkan saja.

Jika, keputusan untuk tidak mempunyai keturunan sudah disepakati oleh kedua belah pihak, maka bisa apa? Hal seperti ini, bukan tanpa sebab dan akibat, ada banyak faktor yang mempengaruhi pola pikir tersebut seperti.

Kondisi finansial yang tidak mungkin

Perempuan menolak punya anak terkadang berpikir masalah finansial mereka seperti apa. Jika harus menambah anggota keluarga satu lagi rasanya begitu susah, untuk mengurus, hingga memenuhi segala tanggung jawabnya.

Pada dasarnya orang tua tidak hanya mempersiapkan masa depan, memberikan makanan dan minuman, melainkan memastikan kesehatan mereka bagus baik secara fisik dan batin, di mana semuanya akan berhubungan ke masalah finansial.

Contoh, seorang anak butuh susu, di mana untuk membelinya harus pakai uang, dan untuk mendapatkannya wajib bekerja. Sementara dengan bekerja bisa jadi kasih sayang yang diberikan harus terbagi.

Memang masih ada kakek dan neneknya, tetapi, itu bukanlah tanggung jawab mereka. Poin seperti ini bagi sebagian orang menganggapnya remeh dan kecil. Tetapi, untuk beberapa lagi sering menganggapnya sebagai sesuatu hal besar.

Bila dihadapkan kepada filosofi masyarakat Jawa, bila banyak anak banyak rezeki, maka dari mana bisa memperolehnya bila tidak berusaha sama sekali. Kondisi seperti ini yang memang harus dipikirkan sejak awal.

Dari sisi emosi kurang siap

Perempuan menolak punya anak mungkin disebabkan dari sisi emosinya mereka merasa kurang siap. Mengapa demikian? Ada banyak faktor, mulai dari takut salah mendidik, tidak siap berperan sebagai seorang ibu, dan merasa tidak memiliki insting yang mumpuni untuk menjaga dan merawat bayi.

Serta masih banyak lagi ketakutan lainnya. Belum lagi masalah akan muncul seiring perkembangan anak, beban tersebut yang membuatnya merasa belum siap menjadi seorang ibu. Karena perannya lebih kompleks dibandingkan bapak.

Mereka yang tahu bagaimana keadaan anaknya, mengapa dan harus seperti apa penanganannya. Tetapi, rasa takut yang didasari pada trauma masa lalu, atau memang hadir dalam dirinya sendiri membuat mereka menolak mempunyai keturunan.

Perlu digarisbawahi, emosi kurang siap bukan karena sang ibu terkena gangguan kejiwaan atau sindrom. Melainkan, solusi yang dianggap paling tepat bagi dirinya sendiri mengenai sulitnya menjalani peran sebagai seorang ibu yang harus total dan ada selama 24 jam.

Hanya ingin berdua dengan suami

Perempuan menolak punya anak salah satunya ingin selalu berdua dengan suami. Ketika mempunyai buah hati biasanya cinta itu terbagi. Bahkan, pasangan sendiri lebih memilih anak dibandingkan kamu.

Kondisi ini membuat beberapa orang merasa cemburu karena tidak mendapatkan perhatian lebih. Sehingga mereka memutuskan untuk tidak memiliki anak, dengan begini rasa cintanya bisa penuh seutuhnya tanpa ada yang mengganggu.

Harus diakui, masih banyak pola pikir yang mendasari fenomena tersebut. Terkadang juga suaminya mendukung penuh karena rasa cintanya kepada pasangan. Apakah hal ini salah? Rasanya tidak, semua kembali ke diri masing-masing. Asalkan hal ini dibicarakan dan dikompromikan sejak awal atau bahkan sebelum menikah.

Perempuan menolak punya anak memang bukan hanya hari ini saja. Fenomena tersebut sudah berkembang cukup lama terutama, untuk generasi milenial. Bagaimana menurut kamu?

Must Read

Related Articles