OUR NETWORK

Opini: Jangan Menikah Hanya Karena Faktor Usia

Baik di televisi, Instagram, dan Pinterest, berita dan pernak-pernik pernikahan seakan tidak pernah habis dibahas. Dari mulai tema pernikahan yang beragam, gaun-gaun cantik, dekorasi dan printilan yang lucu-lucu dan gemesin. Duh, rasanya jadi pingin cepet nikah deh hehehe. Ada sejuta alasan untuk menikah, dari mulai yang biasa, sampai yang bikin geleng-geleng kepala. Salah satu alasan yang lumrah digunakan adalah “Udah umur segini, masa belum nikah?” Hmmm, sudah tepatkah alasan tersebut dijadikan landasan sebuah ikatan suci bernama pernikahan? Inilah mengapa kamu jangan menikah hanya karena faktor usia.

Beratnya pernikahan

Menikah tidak sebatas pesta meriah selama satu hari, atau beberapa hari, yang dipenuhi bunga-bunga, pulasan makeup, gaun-gaun yang mengembang cantik, jamuan mewah, dan lampu-lampu temaram yang syahdu. Kehidupan pernikahan yang sesungguhnya dimulai setelah pesta singkat tersebut dan tidak selamanya bahagia. Menyatukan dua orang dengan latar belakang sosial, usia, ekonomi dan pendidikan yang berbeda terkadang lebih sulit daripada menyatukan minyak dengan air. Berbagai masalah akan mendera pernikahan, apalagi jika sudah memiliki anak. Waduh, akan lebih kompleks lagi. Perbedaan pola mengasuh anak, hingga keuangan untuk masa depan anak akan menjadi hal yang tidak akan habis diperdebatkan. Belum lagi harus berkompromi dengan kekurangan suami, keluarga suami, banyak mengalah dan menahan ego.

Pernikahan yang begitu berat untuk dipikul sejatinya dapat menjadi ringan dengan adanya cinta, tetapi bagaimana dengan orang yang tidak bisa mendapatkan orang yang dicintainya? Tidak semua orang mengalami jatuh cinta, atau mendapatkan keistimewaan untuk menikah dengan orang yang dicintai. Membayangkan kerumitan pernikahan tanpa amunisi andalannya, yaitu cinta, adalah mimpi buruk di siang bolong. Oleh sebab itu, wajar jika banyak yang tidak bersedia menikah.

Usia ≠ Kedewasaan

Terkadang, masyarakat bisa begitu kejam dengan memberi label kepada segelintir orang yang tidak sejalan dengan pola pemikiran mayoritas. Misalnya saja, perempuan yang sudah berusia di atas 25 tahun dan belum juga menikah, maka masyarakat akan memberikan label ‘perawan tua’ yang memiliki makna tidak laku, tidak diminati, juga tidak cukup baik untuk dilirik pria. Belum lagi pandangan aneh masyarakat pada perempuan yang belum menikah, “Umur segitu kok belum nikah ya? Nggak mau berkeluarga atau gimana?”. Bahkan mungkin lebih jauh lagi dengan menuduh yang bersangkutan ‘menyukai sesama jenis’. Semoga saja ladies selaku pembaca Mera Muda tidak termasuk ke dalam kalangan masyarakat seperti itu ya.

Orang tua pun terkadang bersikap represif dengan memaksa anggotanya yang sudah berumur untuk segera menikah. Kekhawatiran orang tua memang dapat dimaklumi karena takut anaknya sendirian dan tidak memiliki tempat bersandar. Namun memaksa anaknya menikah pun tidak tepat karena termasuk ke dalam tindakan yang zalim. Bagaimanapun, sang anak yang nantinya akan menjalani rumah tangga.

Menikah perlu banyak pertimbangan.

Faktor usia memanglah penting, apalagi untuk memperhitungkan masa ideal untuk memiliki anak. Akan tetapi jangan sampai ladies terpaksa menikah karena usia. Usia seringkali tidak berbanding lurus dengan kedewasaan. Hanya karena seseorang berumur, belum tentu ia memiliki kedewasaan. Hanya karena seseorang masih muda, belum tentu ia tidak memiliki kedewasaan. Mungkin ladies pernah menjumpai orang-orang yang seusia atau bahkan lebih tua dari ladies, yang memiliki sifat egois, menyebalkan, dan membuat ladies berpikir “Udah umur segitu kok nggak dewasa sih?”. Pikirkan dengan baik masalah kesiapan diri ladies, dan pasangan sebelum memasuki dunia pernikahan.

Sesuatu yang diawali dengan niat yang buruk, kemungkinan besar akan berakhir dengan buruk juga. Jika ladies menikah karena dipaksa orang-orang yang gemas melihat ladies belum juga menikah padahal sudah memasuki usia layak untuk menikah, maka ladies akan menjalani pernikahan dengan ogah-ogahan. Saat memilih pasangan pun, karena merasa diburu-buru takut semakin dalam terperosok dalam predikat ‘perawan tua’, ladies jadi tidak cermat dan teliti. Memang tidak ada pasangan yang sempurna, tetapi ladies berhak memilih pasangan yang tepat. Baik saja terkadang tidak cukup. Ada chemistry yang dibutuhkan, dan tidak semua orang dapat saling memberikan chemistry, dan kenyamanan yang kuat. Dalam pernikahan, pasti akan datang masalah, jika ladies menikah karena ‘dipaksa usia’, ladies akan cenderung menyesali pilihan ladies untuk menikah, dan menyalahkan orang-orang yang memaksa ladies untuk menikah.

Pernikahan bukanlah kewajiban ataupun keharusan, melainkan pilihan. Saat ladies merasa tidak sanggup untuk menikah, atau tidak ada keinginan untuk menikah, sebaiknya jangan dipaksakan. Namun sambil tetap harus mampu menjaga kehormatan ladies.

Sebelum Menikah, Pertimbangkanlah…

Sebelum menikah, alih-alih usia, pertimbangkanlah hal-hal di bawah ini.

1. Anak.

Lazimnya, pernikahan akan menghasilkan buah hati. Apakah ladies sudah siap hamil, melahirkan, dan membesarkan anak? Anak adalah tugas seumur hidup, dan pasti akan sangat melelahkan. Sudah siap kah ladies menanggung kerepotan dan keseruan mengasuh anak?

2. Finansial

Pertimbangkan kondisi finansial ladies. Keuangan seringkali menjadi pemicu masalah dalam pernikahan. Pelajarilah cara mengelola uang jika ladies berniat untuk menikah. Juga pikirkan, apakah ladies dan pasangan bersedia bekerja banting tulang demi keluarga?

3. Keluarga

Menikah itu menyatukan dua keluarga. Sebelum terjadi ketegangan antara keluarga, buatlah komitmen untuk menentukan batasan-batasan mengenai masalah keluarga.

4. Rencana masa depan

Menikah untuk apa? Tanyakah hal tersebut pada diri ladies. Apa tujuan pernikahan ladies? Memiliki anak? Memiliki keluarga? Atau memiliki rencana yang lain?

5. Kesibukan

Setelah menikah dan memiliki anak, ladies yang sebelumnya memiliki pekerjaan pasti dipaksa untuk menyeimbangkan, atau malah memilih antara karir dengan anak. Apakah ladies siap meninggalkan karir, cita-cita, dan passion ladies demi keluarga? Pertimbangkanlah dengan baik sebelum memutuskan utuk menikah.

Jika kelima hal tersebut sudah ladies pertimbangkan, dan ladies merasa siap untuk menikah, maka menikahlah. Namun jika ladies merasa belum siap, maka semuanya kembali kepada diri ladies. Apakah mau mencari motivasi agar segera siap, atau tidak menikah sama sekali. Semua keputusan ada di tangan ladies.

Sumber: mindtalk, Kompasiana, Merdeka.com

Must Read

Related Articles