Film The Doll 3 menjadi sebuah trilogi atau penutup dari kisah boneka setan yang selama ini meneror manusia. Tidak disangka, pencapaiannya begitu luar biasa karena sudah menembus angka di atas 1 juta penonton.
Harus diakui, karya dari Rocky Soraya ini memang luar biasa. Sayangnya, tidak semua orang bisa melihatnya. Kesan horror yang disajikan sangat total, lebih ke nuansa gore sehingga darah adalah menu wajib dalam setiap adegannya.
Inilah alasannya mengapa tidak semua penonton menyukainya. Terkadang beberapa orang tidak tahan melihat darah bercucuran dimana-mana, sisi tersebut menjadi penopang utama kengerian dari boneka arwah tersebut.
Plot twist yang menarik
Film The Doll 3 punya sisi lain yang cukup kuat selain dari kesan mencekamnya poin tersebut adalah plot twist. Tidak semua sutradara atau penulis naskah mampu memberikan kesan menawan dan membuat orang merasa terpukau.
Ada yang terlalu berlebihan atau justru kurang, sehingga saat penonton melihatnya terasa mengganggu bahkan mempengaruhi mood hingga penilaian akhir sebuah karya. Menariknya, Rocky Soraya sudah memperhitungkan segalanya.
Kondisi seperti ini terbukti tidak terjadi. Bahkan, penonton merasa nyaman dan memberikan penilaian positif terhadap suguhannya tidak heran bila animonya cukup positif, selain itu cast yang dipilih ternyata memberikan ruh berbeda.
Hampir semua cast dari film The Doll 3 memberikan kemampuan acting terbaiknya. Tidak heran bila plot twist yang diharapkan bisa didukung dengan baik. Bukan hanya itu saja, Rocky juga memberikan sentuhan nyata dan masih bisa dipikirkan dengan akal logika.
Dimana kerapuhan menjadi akar masalah utama mengapa Boneka setan ini harus dihadirkan kembali. Walau, bila dilihat dari profil karakter tersebut seperti tidak mungkin, hanya saja kesedihan berlebihan membuat semua ini harus terjadi.
Para cast terasa sangat pas
Film The Doll 3 mempunyai kekuatan lain sehingga mampu menarik minat penonton. Salah satunya adalah kejelian dari divisi casting dalam memilih peran. Perlu diketahui bahwa, tidak semua orang terasa pas memerankan tokoh tertentu.
Walau aktingnya bagus, namun karakter tersebut tetap terasa kurang tepat. Menariknya di film ini tidak terasa sama sekali. Semua yang ada disini memerankan tokoh secara sempurna. Apa yang ditampilkan mulai dari awal sampai akhir memberikan kesan berbeda lebih enak dipandang.
Jika penonton tidak tahu siapa mereka dan nama aslinya. Pasti tokoh yang mereka lihat akan melekat erat. Kondisi ini sangat bagus dan terbukti cukup berhasil membuat para penonton datang ke bioskop sampai saat ini.
Bukan hanya itu saja, boneka yang dihadirkan juga terasa cocok. Tidak salah bila mereka menghadirkannya langsung dari luar negeri. Mahalnya pengadaan properti tersebut mampu terbayar lunas.
Sayangnya, saat penonton bisa melihatnya dengan jeli maka terasa sekali beberapa titik lemahnya. Menariknya, poin tersebut mampu tertutup dengan berbagai macam peristiwa menakjubkan dan sesuai ekspektasi.
Baca juga: 5 Tempat Horor di Dunia dan Cara Berwisata Ke Sana
Kesalahan yang terlupakan
Film The Doll 3 memang menarik dan bisa dikatakan nyaris tanpa celah, sayangnya mereka melupakan beberapa kesalahan besar. Andai saja digarap dengan serius mungkin saja, pertunjukan ini mampu mendapat angka sempurna.
Hanya saja, tim sedikit kurang teliti dalam memberikan berbagai macam dialognya. Jika, kamu dapat mendengarkan dengan seksama sepertinya, percakapan tersebut kurang tepat bila diperbincangkan.
Beberapa poin juga kurang halus terutama penggambaran bonekanya. Rasanya sangat perlu membandingkannya dengan Chucky, sebagai salah satu inspirasi dihadirkannya The Doll. Mulai dari gaya berjalan bagaimana melakukan pembunuhan.
Sepertinya, terasa sekali kalau semua itu dibuat sedemikian rupa, sehingga kurang alami. Kesalahan berikutnya adalah bagian drama, seharusnya Rocky mampu menambahkan sedikit durasi sekitar 20 menit maksimal.
Hal ini sebagai salah satu upaya agar penonton dapat merasakan dan membenarkan mengapa Jessica Milla harus melakukan hal seperti itu. Karena, pada sisi penceritaan semua itu harus dijelaskan kalau hanya berdasarkan ilmu psikologi saja rasanya kurang tepat.
Film The Doll 3 menjadi bukti bahwa perfilman Indonesia sudah mulai bangkit kembali. Pesonanya mampu bertanding head to head dengan berbagai pertunjukan luar negeri walau mereka sudah mendapat label box office, bagaimana sudah melihat kengeriannya atau masih takut karena mendengar kata darah?