Harus pending selama 2 tahun membuat harapan fans terhadap film Morbius sangat tinggi. Hanya saja harus diingat, rumah produksi yang memegang lisensinya adalah Sony Picture. Mereka selalu kesulitan dalam mengerjakan proyek superheronya.
Hal itu terbukti kembali disini, mereka seperti kurang niat dalam memperkenalkan tokoh yang diperankan Jared Leto tersebut. Karena dari segi cerita lebih baik Venom: Let There Be Carnage, walau beberapa pengamat dan fans merasakan keduanya sama saja.
Espinosa selaku sutradara sepertinya tidak mempunyai banyak referensi membuatnya lebih gelap lagi. Bahkan, beberapa adegan terlihat meniru salah satu film Batman yang memang epik dimasanya. Harus diakui, potensi dari villain spiderman ini sebenarnya cukup besar.
Sayang, Sony masih ragu untuk menaikan ratingnya menjadi R. Mereka seakan termakan beberapa garapan MCU yang rata-rata berada di rating PG-13 dan mampu mendulang sukses besar.
Harus belajar dari DC
Film Morbius memang masuk dalam semesta Marvel karena, menjadi musuh dari Spider-Man di komik. Hanya saja, bukan berarti semua garapannya harus disamakan bukan? Harusnya Espinosa sadar bagaimana potensi yang perlu dikembangkan. Sayangnya, kegelapan yang terjadi dari manusia kelelawar tersebut masih jauh diatas bagus. Cenderung mengecewakan, kegelapan di dalam diri Michael Morbius tidak mampu digali lebih dalam lagi.
Sebenarnya, masa lalunya sudah cukup menarik sayangnya, harus dihancurkan dengan permainan cerita yang terasa hambar begitu saja. Alasan dan semangat untuk membuat obat terasa sederhana.
Film Morbius harusnya bisa belajar banyak dari DC, dimana mereka menginginkan rating yang ramah terhadap semua orang tetapi, kenyataannya kegagalan terus menghantui. Justru ketika mereka mencoba berjalan sesuai arahnya, respons positif bisa didapatkan.
Semua Aspek Terasa Melemah
Poin yang menyedihkan sehingga membuat penilaiannya menjadi turun ke bawah antara 5 atau 6 ini adalah semua aspek yang terasa melemah. Dari segi cerita sudah pasti, penonton sulit untuk mencerna mengapa Jared Leto harus menghentikan Milo sebagai seorang kawan.
Karena sejak awal penonton tidak diceritakan bagaimana hubungan mereka, sehingga dokter ahli biokimia tersebut harus membunuhnya sebagai seorang sahabat. Seharusnya, Espinosa mampu menceritakannya lebih intim dan dalam lagi.
Apalagi, pertunjukan mereka hanya 1 jam 44 menit. Jika diceritakan lebih hingga durasi mencapai 2 jam 30 menit, rasanya masih wajar. Bagi semesta Sony, anti hero marvel ini memang harus diperkenalkan secara lebih.
Mulai dari motivasinya sehingga alasan mengapa menjadi musuh dari spiderman. Kondisi tersebut diperparah dengan cerita romansa yang coba dibangun. Sony seperti sangat membatasi adegan romantisnya.
Mungkin saja, mereka masih belum tahu harus berbuat apa dengan PG-13 untuk Film Morbius. Jadi, apa yang coba dihadirkan seperti tontonan anak-anak tanpa ada yang berarti sama sekali. Apalagi, adegan ciumannya terkesan sangat dipaksakan seperti hasil revisi karena, adegannya tidak masuk akal. Agar terkoneksi dengan baik adegan ciuman dimasukkan di sini. Harus diakui pertunjukan ini memang sedikit membosankan, bahkan beberapa sampai harus terlarut dalam kantuk, walau belum sampai tertidur.
Jared Leto, Math Smith, dan post credit scene
Dibalik keburukan dan catatan negatif dari film Morbius, masih ada hal positif dapat diberikan. Dimana penampilan Jared Leto dan Math Smith cukup menghibur. Keduanya bisa memerankan tokoh masing-masing dengan bagus.
Walaupun Jared Leto masih terasa esentrik saat dia memerankan tokoh Joker dalam Justice League Snyder’s Cut, tetapi perannya kali ini terasa berbeda. Hal ini masih menjadi poin positif, karena penonton tidak terbayang-bayang aksinya menjadi villain dari Batman tersebut.
Selain Jared Leto, math Smith cukup mencuri perhatian. Keinginannya untuk sembuh serta rasa frustasinya membuat penonton merasa sedikit iba tetapi, juga tidak membenarkan apa yang dilakukannya.
Poin terakhir dari pertunjukan ini adalah post credit scene. Harus diakui cukup mengecewakan walaupun proyek The Amazing Spider-Man 3 yang memperkenalkan Sinister six kemungkinan besar menjadi proyek Sony selanjutnya.
Memanfaatkan kejadian yang ada di Spider-Man: No Way Home, membuat Adrian Toomes harus terlempar ke universe ini. Poin aneh yang terjadi adalah tokoh tersebut menemui Morbius dalam wujudnya sebagai Vulture. Harus diakui adegan tersebut cukup menyita perhatian, karena keinginan fans mengenai proyek The Amazing Spider-Man kemungkinan besar akan dikerjakan. Hanya saja, pemaksaan tersebut terasa menyakitkan.
Apapun yang terjadi dari film Morbius ini, tetap menarik untuk disimak. Karena, merupakan pengenalan awal dari Sony dalam membangun Spider Universe-nya. Bagaimana menurut pendapat kamu mengenai pertunjukan ini? Mengecewakan atau biasa saja?