Salah satu film tanah air yang cukup dinantikan kehadirannya adalah Losmen Bu Broto. Dimana film ini terinspirasi dari serial televisi di tahun 1987 dengan judul sama. Bagaimana dengan hasilnya?
Memang adaptasi dari serial ke layar lebar tidak mudah. Karena, ada beberapa kisah yang harus diceritakan secara singkat dalam durasi tertentu. Hanya saja, bagi Sutradara kawakan seperti Ifa Isfansyah dan Eddie Cahyono jal itu seperti tidak menjadi masalah.
Secara penampilan awal, tayangan ini cukup menarik karena, masih menggunakan tempat yang sama di salah satu sudut Yogyakarta dan tetap mengusung kebudayaan Jawa yang begitu kental.
Hal itu sudah bisa dilihat di trailer ketika hampir semua keluarga Bu Broto ini menggunakan pakaian tradisional. Nuansa yang cukup menarik sudah dibangun disini, rasanya menarik melihat kembali kota Jogja dengan kebudayaannya.
Tokoh yang pas dan membangun suasana
Pada dasarnya konflik keluarga sebagai inti dari cerita memang sudah banyak di Indonesia. Hanya saja, untuk Losmen Bu Broto, dikonsep dengan nuansa cerdas khas anak milenial. Walaupun tradisi dan kebudayaan itu masih dijunjung Bu Broto.
Harus diakui Maudy Koesnaidi sendiri tampak solid dan harus memberikan applause meriah untuk perannya satu ini. Sosok Bu Broto terlihat begitu tenang, enak diajak berbicara, santun, dan mencerminkan bagaimana perempuan Jawa.
Penampilannya memang memukau dan bisa menjadi standar agar orang tahu bagaimana sebenarnya wanita jawa tersebut. Bukan hanya itu saja, Pak Broto yang diperankan oleh Mathias Mucuus walau hanya menjadi pemeran pembantu.
Tetapi, actingnya memang luar biasa, semua orang memujinya, sehingga bukan hanya menjadi pemeran pelengkap saja, melainkan memang mempunyai ruh tersendiri. Ada kehadirannya tidak membuat film ini menjadi wah.
Hanya saja tanpa kehadirannya film ini tidak akan pernah hidup. Hal itu juga terasa ke tiga peran lainnya yaitu Putri Marino sebagai Mbak Pur, Maudy Ayunda sebagai Jeng Sri, serta Baskara Mahendra berperan menjadi Mas Tarjo.
Ketiganya tidak kalah menariknya, apalagi Maudy Ayunda yang perannya memang cukup bagus dan mampu keluar dari zona nyamannya. Begitu pula dengan Putri Marino, apalagi ketika mereka mempunyai sebuah konflik.
Acting yang memukau membuat apa yang diinginkan tersampaikan. Penonton hanya terdiam tidak beranjak dan mengikuti setiap emosi yang coba dihadirkan, mengaduk perasaan? Jawabannya adalah iya.
Apakah ada kekurangannya?
Kalau boleh jujur, film Losmen Bu Broto ini memang hadir tanpa celah tetapi, ada sedikit catatan penting yang merusak mood untuk menontonnya. Dimana, kedua sutradara itu memakai teknik perekaman yang selalu sama saja.
Jadi, beberapa adegan terasa membosankan. Terlihat hampir sama persih jadi yang seharusnya melankolis jadi kurang mendapatkannya. Dramatisasi yang menjadi formula ternaik dalam cerita ini sebenarnya cukup baik.
Sayangnya, masih bisa lebih lagi sehingga, penonton bisa merasakan bagaimana keadaan serta perasaan masing-masing karakter. Selebihnya gaya mereka dalam membawakan nuansa tradisi ke modern begitu bagus, penuturan dengan bahasa jawa memang terasa natural. Apalagi, kalau dilihat selama ini gaya bahasa mereka jauh dari dialog Jawa.
Pesan yang disampaikan
Sebagai sebuah drama keluarga film ini memang cukup menarik untuk dilihat. Sebagai salah satu tontonan hiburan yang cukup memukau. Pesan yang diinginkan kepada penontonnya tersampaikan dengan baik.
Semua mengerti bagaimana konflik yang menjadi kekuatan dari sebuah keluarga. Apalagi, kalau membahas soal hamil diluar menikah, memang menjadi sesuatu yang masih tabu, tetapi tidak saat dilakukan pembahasan disini.
Ifa Isfansyah dan Eddie Cahyono sekan tahu mereka harus memberikan solusi seperti apa. Hingga akhirnya, keluarga tetap menjadi tempat terbaik untuk pulang, kisah yang memang menguras emosi dan air mata.
Film Losmen Bu Broto menjadi karya anak bangsa berikutnya yang tidak boleh dilewatkan. Karena, ada banyak pesan dan hal menarik bisa didapatkan. karena, sudah ada di layar bioskop, ayo datang dan nikmati pertunjukkannya.