OUR NETWORK

Film The Fabelmans: Ode Steven Spielberg Keajaiban Sinema

Ladies pasti mengenal nama Steven Spielberg, bahkan meskipun Ladies bukan movie mania sekalipun. Legenda hidup dunia perfilman ini kerap menelurkan karya yang fantastis, seperti E.T., Jaw, Jurassic Park, hingga Ready Player One. 

Tahun ini, Steven Spielberg meluncurkan film otobiografinya yang berjudul The Fabelmans. Film ini ditulis bersama kolaboratornya di Munich, Lincoln dan West Side Story, yaitu Tony Kushner. The Fabelmans tampil perdana di Festival Film Internasional Toronto sebelum debut di bioskop pada 11 November mendatang.

Secara garis besar, film ini adalah sebuah cerita tentang proksi Spielberg, yaitu Sammy Fabelman, yang sebagai anak New Jersey tahun 1950-an (Mateo Zoryon Francis-DeFord) yang terinspirasi oleh film pertamanya yang ia tonton, The Greatest Show on Earth. Film ini menyalakan imajinasi Sammy kecil. 

Sementara Sammy adalah tipe kreatif pemula seperti ibunya. Dia juga memiliki pengetahuan pemecahan masalah logistik dari ayahnya Burt (Paul Dano). Sang ayah adalah seorang ilmuwan komputer yang pergi ke berbagai tempat, dan membawa serta sahabat dan koleganya Bennie (Seth Rogen).

Sepertiga awal The Fabelmans secara menawan menyesuaikan diri dengan cinephilia pemula protagonisnya, terutama setelah keluarga tersebut pindah ke Arizona pada awal 1960-an dan remaja Sammy (Gabriel LaBelle, yang lebih karismatik) mulai melakukan produksi yang lebih besar dengan saudara perempuannya dan rombongan kelompoknya. 

The Fabelmans penuh dengan detail yang sangat spesifik sehingga film ini terasa seperti kepingan ingatan dari Spielberg.

Misalnya saat melihat pembuluh darah berdenyut di tenggorokan nenek Sammy yang sekarat. Atau saat Sammy menjual bayi kalajengking demi uang untuk membeli gulungan film. Namun, hal-hal khusus seperti itu justru memperindah kisahnya. Alih-alih melapisi cerita dengan konflik dan kontradiksi, Spielberg dan Kushner menguraikan setiap ide baik melalui pernyataan penuh penekanan (“Kamu tidak bisa hanya mencintai sesuatu—Kamu harus menjaganya”) atau melalui komposisi self-conscious

Dalam pertunjukan singkat yang mencuri perhatian, paman Sammy yang berkunjung, Boris (Judd Hirsch) memperingatkannya tentang potensi bahaya dari seni dan kenyataan yang bercampur, dan The Falbemans berulang kali kembali ke gagasan bahwa film Sammy adalah bukti kapasitas bioskop untuk memukau, merayakan, mengerikan, dan—yang paling penting—mengungkapkan kebenaran tentang dunia. 

Film terbaru dari Spielberg adalah upaya tulus dan penuh kasih untuk memperhitungkan kekuatan dan kegagalan orang tuanya. Begitu pun peran yang dimainkan film (dan film ini) dalam membantunya memahaminya dengan lebih baik. 

Tertarik untuk menontonnya bulan November nanti, Ladies? 

 

Sumber: thedailybeast.com

Must Read

Related Articles