Mental health atau kesehatan mental merupakan topik yang semakin banyak diperbincangkan. Apalagi akhir-akhir ini, di tengah-tengah isolasi mandiri, lockdown karena pandemi, kesehatan mental jadi taruhannya. Menurut Amanda Sellers, seorang psikolog berlisensi yang berbasis di Pennsylvania, yang memiliki spesialisasi pada kesehatan dan kecemasan wanita menyebutkan, “Stres, depresi, dan juga kecemasan yang dirasakan orang-orang saat ini merupakan reaksi terhadap lingkungan, ini benar-benar normal terjadi dan dapat dimengerti.”
Beda Kecemasan dan Depresi
Bagi orang-orang yang pertama kali mengalaminya, mungkin akan susah membedakan kecemasan dan depresi. Memang sangat normal sekali merasa sedih, frustasi, cemas, dan kelelahan. Apalagi memang kondisi dunia seperti sekarang ini, susah ditebak arahnya.
Namun, lebih jauh, Sellers menjelaskan jika rasa-rasa yang disebutkan sebelumnya sangat kuat sampai menghalangi aktivitasmu menguras energi berlebihan, merasa putus asa, sampai dengan keinginan untuk bunuh diri, itu merupakan pertanda yang kuat untuk segera mencari pertolongan profesional ya. Selain itu banyak sekali rujukan website terpercaya yang bisa dimanfaatkan untuk mencari tahu apa yang sedang kamu derita. Apakah hanya kecemasan berlebihan atau benar-benar depresi. Beberapa contoh rujukan terpercaya antara lain, WebMD, Psychology Today, Mental Health America, dan beberapa rujukan website dalam negeri seperti Alodokter atau Halodoc.
Baca juga: 12 Tipe Depresi yang Perlu Kamu Ketahui
Berbagai Cara Melakukan Konsultasi
Bagi yang memang benar-benar pertama mengalaminya, tenang saja, santai kan pikiran. Ada berbagai cara yang bisa dilakukan untuk konsultasi dengan ahli. Apalagi sekarang masa pandemi, cara yang bagus adalah bisa virtual. Bisa juga lewat telepon. Ini juga berlaku untuk konsultasi lainnya yang tidak terlalu penting bertatap muka.
Cara Mengetahui Perlu Obat atau Tidak
Saat pertama kali mengalami depresi, sangat normal sekali jika kamu tertarik untuk mencoba beberapa obat antidepresan. Namun, menurut Sellers langkah pertama untuk mengobati depresi adalah terapi. Selanjutnya, obat-obatan akan diberikan oleh dokter yang lebih ahli. Karena obat-obatan tersebut memiliki efek samping yang cukup serius. Jika belum tahu apa-apa, jangan mengambil risiko ya.
“Jika kamu ingin mulai mengonsumsi obat depresi, hal utama yang perlu dilakukan adalah konsultasi dengan psikiater atau tenaga ahli yang mendampingimu,” jelas Sellers lebih jauh.
Memulai untuk Segera Mulai Konsultasi ke Ahli
Saat seseorang mengalami depresi, semuanya terlihat cukup rumit. Karena hidup sudah bisa dibilang kurang motivasi. Bahkan untuk memeriksakan diri pun malas. Jika kamu merasakan demikian, kamu harus berupaya untuk mendorong diri sendiri untuk hal-hal demikian. Sangat penting untuk memulai hal-hal kecil. Nantinya perlahan-lahan akan bisa ke aktivitas yang lebih besar, bisa memeriksakan diri ke therapist. Mulai pelan-pelan saja.
Melawan Stigma Buruk tentang Orang yang Pergi ke Psikolog atau sejenisnya
Bahkan di Indonesia pun orang-orang yang sebenarnya hanya ‘curhat’ ke para psikolog dianggap gila atau bermasalah. Orang yang depresi dianggap kurang iman dan kurang bersyukur, orang bipolar disebut gila, orang introvert disebut sombong, dan masih banyak lagi lainnya. Jika sudah begitu, orang-orang akan malas ke psikolog dan menambah stigma negatif mengenai kesehatan mental.
Langkah awal yang bisa kamu lakukan sebelum benar-benar konsultasi tatap muka dengan ahlinya, bisa mulai dengan mengikuti mereka di sosial media ya. Dan jangan sampai kamu menjadikan beragam stiga buruk itu menjadi penghalang bagi kamu untuk mendapatkan perawatan yang tepat dan memang benar-benar kamu butuhkan, Ladies.
Sumber: Allure.com