Berbagai kegiatan yang kita lakukan setiap harinya menghadapkan kita pada beragam tantangan yang perlu dihadapi. Namun, tidak semua orang memiliki kemampuan untuk langsung beradaptasi dan menemukan solusi dalam situasi tersebut. Alhasil, tak jarang tubuh dan mental mengalami stres secara bersamaan. Hingga rasanya setiap hari merupakan sebuah pertempuran yang harus diperjuangkan. Bila kamu sampai pada situasi ini, bisa jadi kamu sebenarnya tengah berjalan perlahan menuju “burnout”.
Istilah “burnout” sendiri diciptakan pada tahun 1970-an oleh Psikolog Amerika, Herbert Freudenberger, dan mulai meraih kepopulerannya lagi saat ini.
Istilah ini digunakan untuk menggambarkan akibat dari stres parah yang dialami seseorang. Kondisi ini kemudian dikategorikan sebagai diagnosis resmi oleh World Health Organization (WHO) pada taun 2019. Burnout dikelompokkan sebagai sindrom psikologis yang melibatkan minimal tiga rangkaian gejala, seperti perasaan kelelahan yang tak terkendali, sinisme atau kurangnya keterlibatan emosional pada pekerjaan, dan penurunan kinerja.
Tak sebatas aspek pekerjaan, dalam bahasa modern, istilah ini dikembangkan lebih lanjut untuk menggambarkan perasaan kewalahan, kelelahan, penurunan kinerja, dan lainnya yang disebabkan oleh faktor tertentu.
“Banyak faktor yang dapat menyebabkan burnout, seperti pekerjaan, pengasuhan anak, sekolah, hubungan – apapun dengan tuntutan yang konstan,” jelas Licensed Professional Counselor (LPC), Yelena Senia. Tidak selalu kegiatan yang berat, burnout juga dapat diakibatkan dari efek kumulatif beberapa kegiatan yang ringan. Biasanya hal ini cenderung tidak disadari, apalagi jika kamu tenggelam dalam kesibukan hingga tanpa sadar mengalami burnout.
Baca juga: Ini 6 Penyebab Kamu Sering Merasa Kelelahan
Kondisi ini dapat semakin buruk bila kamu tidak memiliki support system yang tepat dan kurang peduli terhadap perawatan diri sendiri. Dalam hal ini, tidur yang berkualitas, meditasi, makan makanan sehat, dan berolahraga secara teratur merupakan cara perawatan diri yang dapat membantu meningkatkan energi fisik dan mentalmu, sehingga kamu dapat mencegah tubuh dan pikiranmu dikuasai stres.
Well, agar kamu dapat mencegah burnout terjadi dengan cepat, kamu perlu mengetahui beberapa gejalanya nih, Ladies. Meski setiap individu memiliki gejala yang berbeda, dilansir dari Byrdie, berikut ini beberapa gejala yang seringkali terjadi pada kebanyakan orang dan dapat kamu waspadai.
Penurunan Kinerja
Kebanyakan individu mengalami penurunan kinerja ketika ada perubahan sistem hormonal pada tubuhnya yang lelah. Tidak hanya lemas secara fisik, kamu juga dapat mengalami perubahan suasana hati. Seina mengatakan, penurunan kinerja ini dapat menjadi pertanda bahwa individu terkait kemungkinan besar sedang mengalami stres dan burnout. Bila ini terjadi padamu, Senia menyarankan untuk melakukan semacam penyetelan ulang atau reset pada tubuh dan plan-mu, Ladies.
Kelelahan secara emosional
Tanda seseorang mengalami kelelahan secara emosional dapat terlihat dari perubahan suasana hatinya. Di antaranya, ia akan terlihat sedih, mudah tersinggung atau marah, dan lelah. Ketika stres terlalu sering datang hingga terlalu menumpuk dalam diri seseorang, ia tidak akan memiliki kesempatan membersihkan energi yang menopang tubuhnya secara fisik, emosional, dan mental. Alhasil, ia akan terlihat murung, sering menangis, atau cepat marah.
Alami sakit kepala dan perut secara berulang
Burnout yang dialami seseorang juga dapat terlihat secara fisik, loh! Biasanya ditunjukkan tubuh melalui sakit kepala, mual, serta peningkatan detak jantung dan tekanan darah. Hal ini dikarenakan, menurut Senia, penyakit yang menyerang fisik dapat dihasilkan dari otak dan tubuh yang mengalami stres kronis. Mengingat, stres yang menumpuk dapat menekan sistem kekebalan tubuh.
Mati rasa ketika berhadapan dengan pekerjaan
Saat kamu terjun ke arena pekerjaan, biasanya tubuh dan otak akan langsung berada di mode bertarung yang siap menghadapi berbagai tantangan pekerjaan. Namun, alih-alih menunjukkan energi tersebut, burnout akan membuatmu masuk ke dalam mode ‘freeze’. Kamu akan merasa terpisah dari apa yang kamu kerjakan, menarik diri dari aktivitas favoritmu, hingga secara emosional menjauh dari orang-orang yang berkaitan dengan hal tersebut. Menurut Senia, jika gejala yang satu ini dibiarkan, tidak hanya mengalami burnout, kamu dapat berpotensi mengalami gangguan depresi atau trauma yang harus ditangani oleh terapeutik professional.
Kelelahan berlebihan secara fisik dan Insomnia
Tubuh yang terus menerus menghadapi stres akan membuat tubuh memiliki kadar hormon kortisol yang tinggi. Hormon yang satu ini bila bersifat kronis akan membuat tubuh lebih mudah lelah, tegang karena terus menerus merasa terancam hingga tidak dapat bersantai. Pada akhirnya, pola tidurmu akan terganggu. Alih-alih tidur nyenyak pada malam hari, kamu cenderung menemukan dirimu sering tertidur sebentar-sebentar namun sering sepanjang hari. Atau sebaliknya, tubuh yang terlalu tegang dapat membuatmu sulit tidur. Mengingat, kortisol yang terlalu tinggi tidak mampu dikelola otak hingga mengganggu rutinitas tidurmu.
Mudah marah
Perubahan hormonal yang drastis biasanya ditunjukkan dengan meningkatnya sensitivitas seseorang, khususnya emosi yang berkaitan dengan amarah dan kesedihan. Kedua hal ini dianggap sebagai penyimpangan suasana hati yang penting untuk segera diatasi dari tahap awal. “Setiap tanggapan yang tdiak biasa terhadap pola perilaku biasanya seseorang harus segera didiskusikan dengan tenaga medis atau ahli kesehatan mental,” ucap Senia.
Kehilangan motivasi
Meski kamu ingin melakukan sesuatu, tapi kamu seperti kehilangan motivasi untuk melakukannya yang akhirnya cenderung membuat tubuhmu enggan melakukan hal tersebut. Well, ini salah satu gejala burnout, di mana kamu tengah mengalami stres, Ladies. Ini merupakan hasil dari perubahan hormonal di otak dan bisa diperparah dengan tubuh yang lelah dan kekurangan waktu tidur.
Gangguan kecemasan
Gejala yang satu ini ditunjukkan oleh kesulitan individu mengendalikan kecemasan berlebihan yang dirasakannya. Berbeda dengan stres, kecemasan berlebihan akan terus hadir meski telah berlalu. Pikiran atas skenario terburuk mendorongmu merasa tegang, gelisah, dan tidak tenang hingga membuat tubuh stres berkepanjangan. Seiring berjalannya waktu, hal ini akan mengganggu seluruh kegiatan yang tengah kamu lakukan.
Baca juga: Ternyata Anxiety Punya Gejala Fisik Juga, Ladies
Depresi
Berdasarkan studi penelitian, depresi diidentifikasikan sebagai salah satu konsekuensi psikologis yang paling sering dialami ketika individu mengalami burnout karena pekerjaan. Banyak diantara para pekerja yang kemudian menggunakan obat antidepresan untuk mengelola gejala ini. hal ini disebabkan banyak gejala burnout saling berkaitan dengan depresi, hingga saling melengkapi.
Bila kamu menemukan dirimu mengalami satu atau beberapa gejala pada ulasan di atas yang berarti kamu tengah mengalami burnout, ini saatnya kamu meluangkan waktu untuk pemulihan diri. Jauhkan dirimu sementara dari penyebab stres, atur pola tidur, berolahraga, hingga berbicara dengan orang kepercayaanmu untuk membantu memulihkan diri dari stres. “Yoga, meditasi, dan latihan pernapasan telah menjadi katalisator penting dalam mengurangi stres dan membantu sistem mental serta fisik pulih dari stres,” tambah Senia.
Beberapa hal ini dapat membantumu mengevaluasi apa saja yang sebenarnya membuatmu stres, dan bagaimana kamu bisa menyelesaikannya satu per satu. Selain itu, berbagai gerakan tubuh dari upaya pemulihan seperti olahraga juga akan memproduksi endorfin yang baik untuk suasana hatimu, Ladies. Apapun aktivitas menyenangkan yang kamu lakukan sebagai bentuk pemulihan diri, yang paling penting ialah memupuk keseimbangan antara kehidupan kerja dan kebutuhan diri secara fisik dan mental. Meski ini berarti membuatmu bergerak lebih lambat, namun, tetap membuat segala hal yang kamu lakukan lebih efektif.
Sumber: Byrdie