Sebagai seorang perempuan paling berpengaruh dan populer sepanjang masa, ada banyak hal yang menarik yang bisa diulik dari seorang Cleopatra. Selain kekuatan dan kuasanya, hal-hal yang berputar di sekitar sang ratu, termasuk kosmetik dan parfum pun tak kalah menarik perhatian.
Makeup ala Cleopatra mungkin sudah dapat ditemukan, tetapi bagaimana dengan aroma parfum ala Cleopatra?
Meskipun terkesan absurd dan sulit, ilmuwan sudah berhasil memecahkan misteri aroma parfum asli milik Cleopatra loh, Ladies!
Simak ulasan lengkapnya di sini!
Sejarah dari aroma bau
Kunci untuk mengungkap bau masa lalu seringkali tidak terlihat oleh mata telanjang.
Para ilmuwan dapat mempelajari residu biomolekuler tak terlihat yang tertinggal di beberapa benda. Di antaranya pembakar dupa, botol parfum, panci masak, dan stoples penyimpanan makanan. Mereka menggunakan teknik seperti kromatografi yaitu proses pemisahan komponen dalam campuran. Mereka juga menggunakan teknik spektrometri massa, yang dapat mendeteksi senyawa yang berbeda dengan menghitung berat molekul yang berbeda.
Menurut Barbara Huber, seorang peneliti doktoral arkeologi di Institut Geoantropologi Max Planck di Jena, Jerman, biomolekul yang paling informatif, menurut Huber, termasuk lipid (lemak, lilin, dan minyak) yang tidak larut dalam air. Mereka sering ditemukan tertanam dalam keramik berpori, setelah digunakan pada barang-barang seperti bahan bakar lampu atau salep beraroma yang pernah dioleskan orang ke tubuh atau mayat. Lipid juga ditemukan dalam tinja.
Huber juga mempelajari metabolit sekunder, senyawa organik yang diproduksi oleh tumbuhan dan ditinggalkan oleh produk nabati yang digunakan di masa lalu. Termasuk resin, kayu beraroma, herba, buah-buahan, dan rempah-rempah. Senyawa tersebut dapat mengungkapkan bahan, dan aroma, dupa, obat-obatan dan makanan.
Pengurutan DNA kuno dan proteomik, studi tentang protein yang ditemukan terawetkan dalam hal-hal seperti plak gigi yang terkalsifikasi, telah mendeteksi asam amino yang menandakan kondisi seperti penyakit gusi, terkait dengan bau mulut.
Namun, seperti yang diilustrasikan oleh penelitian Huber, mengumpulkan petunjuk penciuman ini seringkali hanyalah permulaan.
Mereka-ulang bau
Dalam karyanya, Huber telah mempelajari pembakar dupa yang ditemukan di situs arkeologi Tayma, pemukiman tertua Arab Saudi yang berumur 5.000 tahun. Di sana ia mencoba dan merekonstruksi “lanskap penciuman” dari oasis kuno.
Dia mendeteksi metabolit sekunder yang mengungkapkan penggunaan resin beraroma yang mengandung kemenyan, mur, dan pistachio di bangunan pribadi, kuburan, dan kuil.
Huber kemudian bekerja dengan pembuat parfum untuk mencoba dan menciptakan kembali aromanya, mengungkapkan seperti apa bau tempat-tempat ini ribuan tahun yang lalu.
“Resinnya terlihat sangat mirip… tetapi ketika Anda membakarnya, baunya sangat berbeda. Jadi misalnya, kemenyan benar-benar bau yang kaya–sangat balsamic–dan Anda benar-benar bisa merasakan mungkin ini digunakan untuk membersihkan rumah dengan benar untuk menghindari bau yang tidak disukai atau semacamnya,” jelas Huber.
Sean Coughlin, seorang peneliti pemikiran kuno dan abad pertengahan di Czech Academy of Sciences, mencoba menciptakan kembali parfum yang mungkin dikenakan oleh Cleopatra sendiri, berdasarkan resep yang tercatat dalam teks Mesir kuno dan dari prasasti di dinding kuil.
“Masalahnya sederhana. Biasanya, ketika Anda mengikuti resep, Anda tahu apa yang seharusnya Anda dapatkan. Saat Anda mereproduksi resep sejarah, Anda tidak punya target,” kata Coughlin.
“Apa yang sebenarnya kami coba lakukan adalah menggunakan kimia organik untuk dapat memberi tahu kami sesuatu tentang prosesnya, karena menurut kami proses itulah yang sebenarnya menentukan kisaran aroma yang mungkin,” tambahnya.
Coughlin menyamakan eksperimennya dengan proses pengujian acara memasak “America’s Test Kitchen”. Sementara hasilnya telah hit-and-miss, dia mengatakan mereka membuat kemajuan.
Misalnya, salah satu resep parfum yang dipelajari Coughlin yang dikenal sebagai Mendesian menunjukkan bahwa pembuat parfum kuno memanaskan minyak selama 10 hari 10 malam sebelum memasukkannya dengan kayu seperti kayu manis dan resin seperti mur.
Baca juga: Ingin Punya Wangi Seperti Anggota Kerajaan? Gunakan List Parfum Ini!
“Itu adalah misteri besar bagi kami,” katanya. “Jika Anda pernah memasak minyak selama 10 hari, baunya busuk.” Tapi setelah timnya memanaskan minyak dalam tabung reaksi hingga 12 hari, Coughlin menemukan bahwa teknik tersebut mempercepat proses alami minyak menjadi tengik, menghilangkan senyawa bau dan akhirnya membiarkan parfum bertahan lebih lama.
“Ada juga tahap, setelah memanaskan minyak, tetapi sebelum membuat parfum itu sendiri, di mana mereka menambahkan sedikit aromatik seperti akar, anggur, dan damar. Hipotesis kami adalah bahwa ini tidak hanya menutupi bau tak sedap, tetapi juga menyerap bau tak sedap dalam minyak,” jelasnya.
Sebagian besar parfum masa kini menggunakan etanol, sejenis alkohol, sebagai bahan dasar. Meskipun beberapa wewangian alami yang halus masih memerlukan penggunaan minyak atau lemak, yang perlu disempurnakan dengan cara tertentu. Namun, ahli kimia saat ini masih berhutang banyak pada ahli wewangian kuno ini.
Sumber: edition.cnn.com