Tidak dapat disangkal bahwa putus dengan orang penting tidak menyenangkan. Bahkan, itu bisa sangat menyakitkan dan luar biasa. Tapi, percaya deh, putus cinta tidak harus terjadi dengan mengerikan, Ladies.
Dengan pendekatan yang berakar pada kepercayaan pada diri sendiri, menghormati orang lain, dan berterima kasih atas pengalaman. Bahkan jika itu hanya berarti mengetahui apa yang tidak Ladies inginkan dalam hubungan di masa depan, Ladies akan dapat berdiri teguh dalam mengambil keputusan.
Lalu, bagaimanakah cara putus baik-baik tanpa drama dan minim sakit hati tersebut?
Eits, tunggu dulu, sebelum Ladies memasuki skenario perpisahan tersebut, Ladies harus terlebih dahulu melakukan percakapan keras dan jujur yang berbeda dengan dirimu sendiri.
Perjelas alasan Ladies ingin mengakhiri hubungan tanpa meminta pendapat dari luar yang mungkin mengaburkan penilaianmu. Perlu diingat bahwa satu-satunya orang yang benar-benar tahu apa yang terjadi dalam suatu hubungan di balik pintu tertutup adalah dua orang dalam hubungan tersebut.
Setelah Ladies memastikan dengan diri sendiri bahwa putus cinta adalah jalan terbaik bagimu, inilah saatnya untuk berdiri dengan percaya diri dan kuat dengan keputusan tersebut. Bahkan jika keputusan tersebut mengakibatkan rasa sakit emosional jangka pendek, ketahuilah bahwa efek jangka panjangnya memungkinkan lebih banyak ruang dan energi untuk dinamika romantis yang lebih selaras untuk kalian masing-masing.
Perpisahan sama sekali bukan kegagalan. Sekarang saatnya memutuskan di mana dan kapan harus melakukan percakapan untuk menggunakan skenario perpisahanmu.
Cari lingkungan paling efektif untuk percakapan perpisahanmu
Ladies mungkin tidak dapat mengontrol bagaimana orang lain akan bereaksi terhadap berita perpisahanmu, tetapi ada faktor-faktor tertentu yang dapat kamu rencanakan. Salah satu contohnya adalah berhati-hati untuk melakukan percakapan di lingkungan yang sesuai. Ini termasuk menyadari lokasi dan waktu percakapan perpisahanmu.
Selama Ladies merasa aman melakukannya, sebaiknya lakukan percakapan secara langsung—bukan melalui telepon, SMS, atau media sosial. Sediakan waktu yang cukup sehingga kamu tidak terburu-buru atau terganggu, Ladies.
Beberapa opsi untuk dipertimbangkan mungkin termasuk ruang intim di kedai kopi santai (yang tidak terlalu berisik), taman, jalan-jalan di luar ruangan, atau secara pribadi di rumahmu.
Setelah selesai melakukan pengaturan, mari langsung memasuki pembahasan skenario perpisahan yang dilakukan dengan hormat dan minim drama, Ladies!
1. Hindari kesalahan dan kritik, dan fokuslah pada perasaanmu
Untuk menjunjung tinggi rasa hormat dan kasih sayang, hindari bahasa yang menyalahkan atau menekankan kritik.
Alih-alih, berusahalah untuk fokus pada perasaan dan kekhawatiranmu sendiri; perlakukan mereka seperti kamu ingin diperlakukan. Ini bisa menjadi tantangan, terutama jika Ladies merasa sakit hati dan yakin bahwa merekalah penyebab rasa sakit itu. Perlu diingat, meskipun rasa sakit itu bisa menjadi pembelajaran yang dapat membantumu memprioritaskan apa yang kamu hargai dalam hubunganmu selanjutnya.
Jadi, daripada mengatakan “kamu nggak perhatian dan jarang ngajak aku jalan-jalan, main. Kamu terlalu sibuk sama pekerjaan kamu sendiri”, cobalah kalimat di bawah ini.
Apa yang harus dikatakan: “Aku nggak merasa dihargai atau didengarkan mengenai kekhawatiranku. Aku paham jadwal kamu padat dan aku merasa kita nggak berada di di tempat yang sama dengan kebutuhan yang sesuai saat ini.”
Dengan mengomunikasikan kekhawatiranmu dan memberikan wawasan tentang mengapa Ladies meminta putus, (calon) mantanmu cenderung merasa tidak terlalu diserang dan karenanya, jadi lebih tidak defensif. Ini akan memudahkan percakapan sehingga Ladies dapat memiliki komunikasi yang lebih terbuka dan jujur tentang situasi tersebut.
2. Tegaskan realitas mereka, meskipun kamu tidak setuju
Dibutuhkan dua untuk tango, dan dua untuk putus. Dengan mengingat hal ini, berikan waktu dan ruang untuk membiarkan pasanganmu berbicara dan mengajukan pertanyaan selama percakapan perpisahanmu.
Bertujuanlah untuk tetap hadir dan mendengarkan mereka. Dengan melakukan hal itu bukan berarti kamu membatalkan keputusanmu untuk putus, itu hanya mengakui bahwa perasaan mereka valid. Bahkan jika Ladies tidak setuju, ketahuilah bahwa perasaan mereka masih nyata bagi mereka.
Apa yang harus dikatakan: “Aku paham apa yang kamu katakan. Kamu marah, bingung, dan terluka. Kamu berhak untuk merasa seperti itu. Harapanku adalah seiring berjalannya waktu, kamu akan melihat bahwa inilah yang terbaik untuk kita dan bahwa kamu telah menjadi pasangan yang luar biasa bagiku hingga saat ini.”
Setelah percakapan, berikan dirimu waktu luang dan waktu yang Ladies butuhkan untuk pulih dari putus cinta. Bahkan jika Ladies memulai akhir hubungan, perasaan kehilangan masih bisa bergema. Ladies berhak berduka dengan caramu sendiri. Percayalah pada diri sendiri dan keputusan yang kamu buat.
Sumber: wellandgood.com