Peristiwa kebakaran tiga menara jaringan 5G yang terjadi minggu lalu diduga berkaitan dengan kemunculan teori konspirasi Covid-19. Dalam teori itu disebutkan bahwa penyebab utama dari penyebaran Covid-19 ke seluruh Inggris ialah jaringan 5G. Disebutkan bahwa radiasi dari jaringan telekomunikasi menyebabkan penyakit pada orang-orang terdekat. Meski klaim ini belum didukung bukti ilmiah, namun, pandemi Covid-19 tampak memberi kehidupan baru bagi teori-teori ini.
Adapun dua kebakaran pertama terjadi pada hari Kamis (2/4) di Belfast, Irlandia Utara dan Birmingham, Inggris. Sementara, yang ketiga terjadi pada menara di daerah Liverpool, Inggris pada hari Jumat (3/4). Dilansir dari Guardian, Walikota Liverpool, Joe Anderson mengaku telah menerima ancaman atas teori “aneh” terkait peristiwa tersebut.
Di samping itu, terdapat dua laporan lain berupa video online terkait kebakaran yang terjadi di dua tempat yang berbeda.
Satu video menunjukkan seseorang tengah menganalisis radiasi menara Liverpool seminggu setelah kebakaran, sementara video lain terkait kebakaran di Belfast, terdengar suara seseorang memaki-maki jaringan 5G dan mengatakan “viva la revolution” saat api tengah menjalar membakar menara. Namun, hingga saat ini polisi mengaku masih menyelidiki video-video tersebut.
Tak hanya potensi perusakan fasilitas komunikasi lainnya, teori konspirasi ini juga dikhawatirkan Kelompok Perdagangan Industri Mobile Inggris akan berpengaruh besar terhadap para pekerja di perusahaan jaringan 5G.
Baca juga: Apakah Teknologi 5G Berbahaya Bagi Kesehatan Kita?
Merespon kecurigaan dan kekhawatiran atas teori konspirasi tersebut, berbagai organisasi dan agen telekomunikasi di Inggris berbondong-bondong menyebarkan pesan terkait penangkalan teori konspirasi tersebut. Salah satu penyangkalan disampaikan oleh Department of Digital, Culture, Media, and Sport melalui media Twitter. “Sama sekali tidak ada bukti kredibel tentang kaitan antara jaringan 5G dan virus corona,” tulisnya.
Adapun, salah satu tindakan langsung yang dilakukan pemerintah dalam menghentikan penyebaran kaitan teori tersebut dan COVID-19 ialah menghentikan siaran yang dilakukan oleh sebuah media tradisional.
Regulator media Inggris, Ofcom segera mengambil tindakan setelah mengetahui bahwa dalam siaran tersebut penyiar melakukan klaim melalui wawancara terhadap subjek yang dihadirkan sebagai perawat dan menyebarkan desas-desus bahwa wabah virus corona dari Wuhan disebabkan oleh peluncuran jaringan 5G.
Regulator memandang bahwa media radio tersebut gagal melindungi pendengar dari kepanikan, dan dalam hal ini, penyiar berperan besar terhadap penyebaran pesan tersebut. “Selama pandemi, penting untuk tidak menyiarkan informasi yang berpotensi menyesatkan terkait virus corona di radio atau TV,” ucapnya. Setelah memberikan sanksi pada media radio tersebut, pihak pemerintah Inggris mengaku akan terus waspada terkait penyebaran pesan menyesatkan lainnya.
Sumber: NPR