Bulan Desember menjadi satu momen paling menyenangkan, selain merayakan Natal dan tahun baru, para pecinta film juga dimanjakan dengan berbagai sajian berkualitas baik dari sineas tanah air hingga mancanegara.
Salah satunya adalah film Ghostbusters: Afterlife. Seperti diketahui, Ghostbusters sempat di-reboot pada tahun 2016 namun dianggap mengecewakan oleh para fans dan pencinta film. Bahkan, dari trailer saja sudah dihujani dislike. Seakan menjadi penebus dosa tersebut, Sony Picture akhirnya merilis lagi seri keduanya dan sekarang menunjuk Jason Reitman di kursi Sutradara.
Bagaimana hasil dari film Ghostbusters: Afterlife?
Pertunjukan ini berlatar belakang waktu sekarang, setelah 32 tahun kematian dari Ego Spengler atau kejadian di filmnya yang kedua, rilis tahun 1989. Apakah membuat penonton merasa kesulitan menikmati ceritanya?
Tidak, kamu pasti tertarik dan cukup menyenangkan bisa melihat pertunjukan ini. Walau di beberapa bagian mengisahkan bagaimana ceritanya di seri ke-2. Hanya saja, cuma sebagai bumbu saja, agar penonton baru bisa mengetahui dari mana sebenarnya kisah ini dimulai.
Hubungan karakter yang dibangun antara keduanya cukup mengesankan. Tidak ada rasa bingung dan pertanyaan mengapa di sepanjang film. Rasanya cukup menyenangkan melihatnya dengan penuh kesegaran seperti ini.
Pertunjukannya memang menghibur, karena sentuhan komedi yang terasa begitu pas. Buat kamu yang benci film horor, tenang saja di sini setannya tidak menakutkan. Unsur lucu hampir selalu menghiasi sepanjang durasi.
Film Ghostbusters: Afterlife lebih segar dan sesuai kapasitasnya
Semenjak film pertama diluncurkan, lanjut kedua, kemudian reboot dan akhirnya masuk ke empat. Memang sejak saat itu, film ini tidak pernah mengupas sisi hantu yang serius. melainkan penyajian humor.
Hal tersebut semakin jelas nyata, ketika Sony Picture mengontak Paul Rudd, untuk bermain disini. Sayangnya, peran komedi tersebut justru hadir dari dua aktor cilik mereka yaitu Phoebe, diperankan oleh Mckenna Grace, dan Podcast diperankan Logam Kim. Suasana pecah memang sangat terasa ketika keduanya muncul.
Walau pengemasannya komedi, Jason Reitman tetap mengemasnya dengan sesuatu yang sesuai dengan porsinya. Di mana, rasa khas horror seperti jump scare masih tetap dimunculkan di sini. Suasana ketakutan dari para tokoh yang sampai juga ke penonton, sehingga porsi yang diberikan sesuai dengan kapasitasnya.
Film Ghostbusters: Afterlife memberikan simpati dan empati
Walau kemasan horror dan komedi, tetap saja unsur drama sebagai penunjangnya tidak dilupakan. Apalagi, para cast mampu memerankan perannya dengan baik, tidak heran bila adegan simpati dan empati, rasa emosional akan muncul di salah satu adegan.
Hal itu juga tidak luput dari para cast yang mampu memberikan rasa untuk tokoh masing-masing. Sehingga, cerita yang dibangun sejak awal hidup, memberikan ruh baru bagi Ghostbusters. Lalu, bagaimana kesimpulan dari keseluruhan film? Rasanya melihat ini seperti obat ketika pekerjaan sedang menumpuk. Begitu segar, hangat, dan sentuhannya terasa tepat, tidak heran bila penebusan dosa yang dilakukan Sony cukup berhasil.
Baca juga: Inilah Tanda Kalau Ada Hantu di Sekitar Kita!
Bagi yang belum tahu mengenai Ghostbusters itu apa, akan diceritakan sedikit di sini. Di mana mereka adalah pemburu hantu yang bekerja menangkap berbagai makhluk halus. Hanya saja, menyajikan unsur komedi dengan porsi yang lebih banyak. Apalagi ada Paul Rudd yang merupakan salah satu pemeran utama di film ini. Sayang bangat dong kalau nggak memanfaatkan kemampuan berkomedinya.
Apakah ada kekurangan yang dapat dilihat? Rasanya tidak ada, semuanya sudah disajikan sebagaimana mestinya. Tidak terlalu berat dan menyenangkan untuk semua jenis jenjang usia.
Film Ghostbusters: Afterlife menjadi salah satu pertunjukan terbaik untuk mengenang bagaimana terkenalnya film tersebut di masa lalu. Harus diakui, semua bumbu yang diberikan Sony Picture tidak berlebihan, bisa dikatakan cukup sempurna.