Ladies, tau film Gundala yang disutradarai oleh Joko Anwar? Iya film superhero-nya Indonesia, dengan tagline “negeri ini butuh patriot.”
Film yang diadopsi dari komik yang ditulis oleh Harya “Hasmi” Suraminata di tahun 1969, Gundala Putra Petir. Filmnya baru saja rilis hari Kamis, 29 Agustus 2019 kemarin. Di hari pertamanya kemarin, Gundala mendapat banyak sekali komentar positif dari para penonton. Dari 174.000 orang, rata-rata para penonton memberikan nilai 8 dari 10 poin.
Proyek BumiLangit Cinematic Universe (BCU) yang dinakhodai Joko Anwar ini akan menghiasi bioskop selama 5 tahun ke depan.
Diawali dari film Gundala yang diperankan oleh Abimana Aryasatya yang menjadi tokoh utama yaitu Sancaka. Ia adalah seorang penjaga keamaan di sebuah percetakan yang mendapat kekuatan setelah tersambar petir.
Ketika ia terlibat dalam konflik antara tetangganya Wulan (Tara Basro) dengan preman lokal, Sancaka kemudian mulai menyadari kalau dia memiliki kekuatan super. Terlibat semakin jauh, Sancaka kemudian menghadapi konflik yang lebih besar, melawan Pengkor (Bront Palarae) mafia yang memiliki pengaruh besar dalam pemerintahan dan politik negeri ini.
Banyak sekali cameo dari para pemeran BLCU lainnya di akhir film Gundala ini yang akan diceritakan di masing-masing film yang akan datang seperti Sri Asih (Pevita Pierce) dan Godam (Chicco Jerikho).
Baca juga: Jagat Sinema Bumilangit Bertabur Bintang, dari Nicholas Saputra hingga Zara JKT48
Seorang penulis, Sundari Mardjuki mengatakan kalau film Gundala ini memenuhi ekspektasi penonton. “Sinematografi dan visualnya sangat keren, animasinya sangat lembut, nada warnanya juga menyenangkan, dan pemerannya sangat bagus. Joko Anwar memang keren, para penonton pun memberi tepukan tangan saat film selesai”, ujarnya. Ia juga berharap bahwa Gundala mampu memulai kebangkitan pahlawan-pahlawan Indonesia lainnya, tambahnya.
Berlawanan dengan Sundari, seorang penonton Sekar Putri Pertiwi mengatakan kalau animasinya masih sangat kasar. “Saya kira Gundala bisa disandingkan dengan film superheroes Hollywood kalau saja animasinya bisa lebih lembut daripada itu,” kata nona umur 23 tahun tersebut, yang membuatnya jadi ingin membaca komiknya Gundala.
Penulis Leila S. Chudori, sementara itu, memuji inklusi pesan sosial dan politik dalam film Gundala. “Dengan sendirinya, ini akan beresonansi dengan banyak khalayak umum yang muak dan lelah dengan politik Indonesia. Dimasukkannya unsur-unsur mistik sebagai bagian dari fantasi juga brilian,” kata Leila.
Sang penulis biografi Hasmi, Henry Ismono mengatakan Gundala adalah penantang kuat dalam genre superhero meskipun ada saingan superhero asing.
Henry juga mengatakan, walau ada kemiripan antara Gundala dengan superhero Flash, tapi Gundala tetap memegang kekentalan Indonesia dengan suntikan budaya Yogyakarta.
Sang istri dari mendiang penulis Gundala, Mujiyati juga nggak mau kalah berkomentar, dia mengatakan Gundala melampau ekspektasinya. “Saya kira film ini hanya selangkah lebih maju dari adaptasi film terdahulunya tahun 1981,” katanya, merujuk pada film sebelumnya yang dibintangi Teddy Purba. “Ternyata Gundala jauh lebih mengasyikkan dan hidup. Dikemas dengan aksi dan pertarungan dan didukung oleh para pemain dan sutradara yang solid.”
Mujiyati juga menyatakan harapan bahwa Gundala akan membuka jalan bagi kebangkitan komik Indonesia. “Komik sempat mengalami masa melempem sejak 1982 dan mulai bangkit perlahan sejak 2010-an. Saya percaya kita bisa bergerak maju. Indonesia memiliki banyak talenta muda yang kreatif dan dapat membuat komik yang hebat,” tutupnya.
Jadi, berminatkan untuk menonton proyekan besar superhero Indonesia ini Ladies? Kita tunggu reviewnya!
Sumber: the jakarta post