Film Makmum 2 hadir dengan kepercayaan diri yang tinggi, bahwa pertunjukannya bisa sukses seperti sekuel pertamanya. Sayangnya, Hadrah Daeng Ratu tidak ikut ambil bagian kembali, posisinya digantikan oleh Guntur Soeharjanto. Harus diakui pemilihan sutradara disini adalah sebuah kekeliruan besar, yang membuat ruh dari makmum hilang begitu saja. Sepertinya, jajaran kru kurang siap dan terkesan terburu-buru tampil seadanya, asal ada sekuel.
Sehingga, apa yang disajikan membuat penonton merasa patah hati. Bisa diibaratkan lagi seperti, pemberi harapan palsu, manis di awal tetapi pada akhirnya terlihat secara jelas bagaimana kualitasnya.
Apakah pertunjukan ini buruk? Sejujurnya tidak, ada beberapa aspek yang membuatnya masih mendapatkan poin 6. Walau tergolong cukup rendah, setidaknya masih ada alasan untuk melihatnya.
Film Makmum 2 memiliki jumpscare brilian
Penyelamat poin dari film ini ada dua, pertama adalah peran dari Titi Kamal, yang mampu memerankan tokoh Rini dengan baik. Walau ceritanya sudah amburadul sejak pertengahan babak, tetapi aura magisnya masih mampu menyampaikan dan berusaha mengatakan kepada penonton bahwa, ini masih Makmum yang sama.
Kerja keras dari Titi Kamal tersebut sebenarnya, di dukung dengan jumpscare cerdas, membuat ketakutan dan ketegangan muncul tanpa disertai jeda untuk nafas. Sayang, poin positif tersebut berubah menjadi menjemukan dan membosankan.
Apa yang divisualisasikan dengan dialog seperti kurang sinkron, dan terkesan sangat memaksa untuk dipersatukan. Memang teknik horor yang dilakukan membuat degup jantung berdetak dan orang berteriak.
Tetapi, unsur tersebut justru sangat berlebihan sehingga, melupakan unsur pembentuk utamanya yaitu sebuah cerita secara keseluruhan. Harus diakui, pada bagian ini Guntur seakan menjadi sutradara kemarin sore yang baru belajar.
Film Makmum 2 lepas kendali
Sebenarnya, pada bagian awal penonton sudah disuguhkan dengan beberapa clue penting, dimana mereka berpikir, harus ada misteri yang dipecahkan. Sayang, semua itu seperti tersimpan di dalam ranting pohon lalu menghilang ketika ditebang.
Guntur seperti mengarahkan semua orang untuk masuk dalam dunia yang kurang rasional. Tidak ada penghubung yang bagus tentang sebuah kejadi satu dengan lainnya. Sehingga, begitu banyak pertanyaan mengapa hadir di sepanjang durasi 90 menit.
Selain itu, penyampaian solusi yang dihadirkan juga tergolong kurang layak bila harus diberi tepuk tangan. Hal ini sungguh sangat kontras dengan apa yang terjadi di awal, ketika sosok Rini begitu tangguh dan kuat untuk membongkarnya.
Walau banyak yang tidak percaya tetapi, keyakinannya membuat penonton mampu merasakannya. Pondasi ini sudah bagus, sayang mereka sulit mempertahankannya sehingga lepas kendali, sehingga ending yang terkesan seperti FTV dapat dilihat.
Film Makmum 2 pada dasarnya bagus, tetapi
Sejak Rini pulang ke kampungnya, ada banyak pertanyaan sebenarnya menarik untuk di jawab. Penggabungan ide dari lingkungan dengan mitos memang masuk akal, tetapi eksekusinya cenderung buruk.
Sepertinya jajaran naskah terlalu terbebani dengan nama Makmum yang mampu meriah penghargaan di sekuel pertamanya. Sehingga, ide brilian tersebut lebih baik tidak ada, daripada merusak keseluruhan film.
Bagian akhir pula, mereka seperti meniru beberapa adegan dari film horor luar negeri lainnya, terutama conjuring. Sayang, dalam menyamarkan tiruan tersebut masih jauh dari kata lumayan, begitu buruk membuat mood penonton ingin beranjak dari tempat.
Satu hal lagi yang disayangkan adalah informasi dari film ini terkesan terbata-bata, potongan adegannya tidak dikemas secara mendalam. Teknik editing terasa kurang nyaman sehingga, mengganggu keseleruhan cerita.
Film Makmum 2 merupakan pertunjukan akhir tahun yang bagus untuk dilihat, andai saja kamu merindukan pertunjukan Horror. Tetapi, harus siap jantung ya, karena jumpscarenya memang terlalu kebangetan, hanya saja jangan berharap terlalu tinggi, jadikan sebagai hiburan saja jangan lebih.