Film Jurrasic World Dominion menjadi pertunjukan terakhir dari trilogi yang sudah dihadirkan selama ini. Harus diakui petualangan dinosaurus ini terasa mengesankan. Tidak heran bila banyak orang menikmatinya, tetapi apakah Dominion bisa melampaui dua sekuel sebelumnya?
Harus diakui bahwa apa yang coba diceritakan oleh Colin Trevorrow memang cukup mengesankan, sayangnya lelaki tersebut menghilangkan satu ruh di mana cerita dinosaurus mendapatkan porsi lebih sedikit dari sebelumnya.
Setting waktu yang dihadirkan adalah 4 tahun setelah terjadinya Fallen Kingdom. Tidak heran bila di pertunjukan ini terlihat mereka semua sudah hidup berdampingan dengan baik. Set up inilah yang ternyata menjadi batu sandungan. Mengapa?
Alur cerita yang jauh dari kata bagus
Film Jurrasic World Dominion yang sejatinya mengangkat kisah mengenai dinosaurus, sayangnya keinginan menjadikannya lebih modern gagal. Hal itu terlihat sekali karena suguhan masalahnya ternyata tidak berfokus pada makhluk purba tersebut.
Justru mereka memilih jalan lain, alhasil secara performa sangat menurun walau masih mendapatkan angka 7. Tetapi, kondisi ini menjadi catatan buruk bagi akhir trilogi yang sejak awal animonya sudah cukup besar.
Jika dinikmati lebih dalam lagi sebenarnya, kehadiran para dinosaurus ini hanya sebagai peran pembantu saja. Walaupun, mereka mempunyai dua kisah dalam satu film, namun apa yang diceritakan hanya sebagai pelengkao saja, karena alur sejak awal adalah hewan purba tersebut.
Parahnya lagi film Jurrasic World Dominion memberikan kesan bahwa apa yang coba diperlihatkan merupakan sisi terseram dari dinosaurus. Karena tampak sekali sepanjang durasi jika tidak dihadirkan kisahnya sebenarnya masih bisa berjalan baik.
Keadaan yang sebenarnya kurang begitu bagus, apalagi penambahan beberapa tokoh di masa lalu. Hal itu memberikan pertanda bahwa, sejak awal sang sutradara dan penulis memang kurang yakin dengan suguhan ceritanya.
Pemain lama berdatangan
Film Jurrasic World Dominion memberikan sentuhan nostalgia yang membuat penonton lama merasakan memori masa lalu mereka. Sebut saja, Alant Grant, Ian Malcolm, dan Elli Satler. Setelah 29 tahun sejak terakhir Jurassic Park akhirnya mereka kembali dipertemukan.
Sayangnya, kehadiran ketiganya seperti hanya sebagai penarik minat orang agar datang ke bioskop. Perannya memang cukup penting tetapi, kalau memang mereka bertiga diganti dan ditiadakan, kisahnya masih terasa nyaman untuk dinikmati, bahkan mungkin lebih bagus seperti itu.
Kondisi tersebut membuat penonton seperti melihat reuni yang tidak membawa dampak besar dan berarti. Inilah alasan mengapa pertunjukan kali ini sebenarnya hanya digunakan sebagai ajang nostalgia saja.
Menyuguhkan adegan aksi paling menyenangkan
Harus diakui bahwa Jurrasic World Dominion menjadi yang terbaik soal adegan aksinya. Trevorrow menyuntikan beberapa elemen berbeda sehingga terasa sekali keseruannya. Tidak heran bila penonton merasa tertarik untuk menikmati adegan kejar-kejaran hingga pertarungan satu lawan satu.
Ketertarikan tersebut muncul dari variatifnya adegan aksi yang coba disuguhkan. Mulai dari menggunakan motor, sampai memanfaatkan berbagai macam benda untuk menghentikan keganasan dinosaurus tersebut.
Bahkan, dalam adegan ada satu scene saat dinosaurus mengejar manusia dengan menggunakan kendaraan di tengah kota hingga hutan. Keadaan ini menjadi bukti bahwa, keduanya sekarang sudah mampu hidup berdampingan satu sama lain.
Selain adegan aksi, satu poin menarik dari pertunjukan ini adalah keragaman dari dinosaurus. Mulai dari yang lama sampai penemuan terbaru ternyata juga dihadirkan. Jika dilihat pemilihannya memang lebih banyak dan variatif.
Hanya porsi mereka sedikit dikurangi, mungkin sebagai bagian dari pengurangan budget. Harus diakui penggunaan CGI memang dibutuhkan penuh. Tidak heran bila Trevorrow sendiri memilih memangkas durasinya.
Walau begitu, pertunjukan yang disuguhkan memang luar biasa. Film Jurrasic World Dominion menjadi penutup trilogi yang memang kurang nyaman untuk dinikmati dari sisi crita dinosaurus tetapi, bagus dijadikan sebagai salah satu edukasi serta hiburan karena aksinya.