OUR NETWORK

Mengenal Penyakit Autoimun yang Sering Ditemui Pada Wanita

Setiap manusia terlahir dengan dilengkapi sistem imun yang berfungsi untuk melindungi tubuh kita dari penyakit dan infeksi. Pada orang yang sehat, sistem imun akan mengenali organisme seperti bakteri dan virus dan langsung menyerang mereka. Lain halnya pada orang dengan sistem imun yang terganggu. Karena salah mengenali, jaringan tubuh yang sehat juga bisa ikut diserang.

Di Amerika Serikat saja, diperkirakan 5-8% orang mengidap penyakit autoimun (autoimmune disease).

Penyakit autoimun bisa menyerang siapa saja. Tapiii… penyakit-penyakit ini kebanyakan menyerang wanita pada usia subur. Wanita keturunan Afrika-Amerika, America asli, dan Hispanic memiliki kecenderungan lebih besar dibanding wanita Kaukasian. Tentunya, faktor genetik juga  berperan besar. Jadi, kalau dalam sejarah keluarga Ladies ada yang pernah terkena penyakit ini, ada kemungkinan kalau Ladies juga bisa terkena.

Tahukah Ladies bahwa ada lebih dari 80 tipe penyakit autoimun? Mengutip dari Everyday Health, beberapa penyakit autoimun berikut inilah yang paling sering ditemui.

Graves’ disease

Penyakit ini membuat kelejar tiroid menjadi sangat aktif. Penderitanya jadi kesulitan tidur, gangguan emosi yang membuatnya cepat marah, berat badan turun, mata menonjol, sensitif terhadap panas, otot melemah, rambut rapuh, periode menstruasi ringan, dan tangan yang gemetar.

Hashimoto’s thyroiditis

Penyakit ini terjadi ketika ada peradangan pada kelenjar tiroid yang menyebabkan hypothyroidism (kelenjar tiroid menjadi kurang aktif, kebalikan dari Graves’ disease), sistem imun malah berbalik menyerang kelenjar tiroid. Kadang tidak terdeteksi gejalanya, penyakit ini biasanya menyebabkan pembengkakan pada kelenjar tiroid atau gondok (yang terlihat di leher), pusing, berat badan bertambah, depresi, lemah otot, sensitif terhadap dingin, rambut dan kulit yang kering, dan konstipasi. Sampai saat ini belum ada pengobatan khusus untuk Hashimoto’s thyroiditis. Tapi untuk hypothyroidism dan gondok, bisa ditangani dengan terapi hormon di mana tubuh penderita diberi tambahan hormon tiroid.

Systemic lupus erythematosus (lupus)

Penyakit ini sudah lebih dikenal di Indonesia karena ada beberapa kasus yang mengemuka di media. Pada lupus, antibodi yang dibuat oleh sistem imun malah menyerang tubuhnya sendiri. Ini bisa berakibat pada organ dan sendi yang bengkak atau rusak, nyeri sendi, ruam, dan sensitif matahari. Pengobatan lupus tergantung dari seberapa parah penyakitnya. Tapi biasanya mencakup obat pereda nyeri, non-steroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs), immunosuppressants, sorticosteroids, dan perubahan gaya hidup. Mengurangi stress, menghindari paparan sinar matahari, menggunakan sunscreen, dan mengubah diet adalah perubahan gaya hidup yang diperlukan.

Type 1 Diabetes

Diabetes tipe 1 biasanya didiagnosis pada masa kecil atau early adulthood (sekitar umur 30). System imun penderita menyerang sel-sel di pankreas yang memproduksi insulin. Kalau nggak memiliki cukup insulin, tubuh kita jadi nggak bisa mengendalikan level glukosa. Ini bisa menimbulkan beberapa masalah seperti gagal ginjal, hilang penglihatan, peredaran darah yang terganggu, stroke, dan penyakit jantung. Treatment untuk type 1 diabetes termasuk mendapat asupan insulin sesuai arahan dokter, memonitor gula darah, mengonsumsi makanan sehat, dan tetap aktif.

Multiple sclerosis (MS)

Salah satu kisah MS yang terkenal mungkin adalah ibunda dari penulis J.K. Rowling, yang menderita MS parah selama satu dekade dan akhirnya meninggal di usia 45 tahun. Penderita MS mengalami kesulitan dalam keseimbangan dan koordinasi, masalah dalam berbicara dan berjalan, paralysis, kelumpuhan, gemetar, dan mati rasa pada kaki dan tangan. Ada berbagai obat yang dapat membantu pasien untuk mengurangi gejala, memodifikasi, dan memperbaiki fungsi tubuh yang terkena dampak MS.

Walaupun belum ada obatnya, kemungkinan untuk bertahan hidup tetap tinggi. Pengobatan juga biasanya fokus pada mempercepat pemulihan dari serangan, memperlambat perkembangan penyakit, dan mengatasi gejala-gejalanya.

Rheumatoid arthritis

Pada penderita penyakit ini, sistem imunnya menyerang jaringan di sendi yang akan menyebabkan nyeri otot, kelainan sendi, kelelahan, lemah, kehilangan nafsu makan, penurunan berat badan, dan kadang sampai tidak bisa beraktivitas. Penderita biasanya didiagnosa pada umur antara 30-50 tahun. Penyakit ini memiliki efek yang berbeda pada tiap pasien. Dengan perawatan yang disesuaikan, biasanya pengobatan fokus untuk mengurangi rasa sakit dan peradangan, memperlambat atau menghentikan kerusakan sendi, dan meningkatkan fungsinya lagi.

Scleroderma atau systemic sclerosis

Adalah penyakit jaringan ikat kronis yang termasuk penyakit autoimun. Berasal dari dua kata Yunani, “sclero” yang berarti keras dan “derma” yang berarti kulit. Pengerasan kulit menjadi salah satu gejala yang paling terlihat, walaupun bervariasi dari pasien ke pasien. Walaupun termasuk penyakit kronis, scleroderma tidak menular, menularkan infeksi, atau ganas.

Nah, sebenarnya masih ada banyak lagi penyakit autoimun yang belum dibahas seperti psoriaris, vitiligo, celiac disease, dan lainnya. Belum jelas juga kenapa kebanyakan penyakit ini menyerang wanita. Tapi, beberapa teori menyebutkan bahwa beberapa faktor ini bisa menjadi penyebabnya.

1. Perbedaan imunitas antar gender.

Menurut beberapa peneliti, wanita lebih berisiko terkena penyakit autoimun karena sistem kekebalan tubuhnya lebih canggih daripada pria. Wanita secara alami memiliki respons yang lebih kuat dari pria ketika terinfeksi penyakit autoimun. Jadi, walaupun bisa menghasilkan imunitas tinggi, risikonya juga semakin besar jika terjadi kesalahan pada sistem imun.

2. Hormon seks.

Teori lain masih berkaitan dengan perbedaan hormon. Lebih spesifik lagi hormon wanita. Beberapa penyakit autoimun cenderung membaik dan juga kambuh seiring dengan fluktuasi hormon wanita. Misalnya selama kehamilan, sejalan dengan siklus menstruasi, atau saat menggunakan kontrasepsi oral. Ini mengindikasi bahwa kemungkinan hormon seks berperan dalam banyak penyakit autoimun.

3. Kerentanan genetik.

Peneliti lain yakin penyakit autoimun lebih banyak ditemui pada wanita karena kelainan pada kromosom X.

4. Sejarah kehamilan.

Ada beberapa bukti bahwa sel janin dapat tetap beredar di tubuh wanita selama bertahun-tahun setelah kehamilan, dan sel janin ini terlibat dalam perkembangan penyakit autoimun tertentu.

Gimana, Ladies? Banyak yang baru kamu tahu juga kah? Sama dong… Jadi tambah penasaran dan pengen tahu lebih lanjut lagi soal penyakit-penyakit autoimun pada wanita deh. Nah, kebetulan, Ladies. Bakalan ada talkshow seputar penyakit autoimun yang diselenggarakan oleh Komunitas Autoimun Indonesia, Yayasan Lupus Indonesia, Yayasan peduli Psoriasis/Psoriatic Arthritis Indonesia, dan Yayasan Scleroderma Indonesia. Ada pameran foto dan juga talkshow yang akan membantu kita para Ladies untuk lebih memahami penyakit autoimun ini. Buat kamu yang tertarik datang, acaranya di Grand Indonesia, 22-23 Juli 2017, Fountain Atrium West Mall lantai 3A. See you there, Ladies!

Must Read

Related Articles