OUR NETWORK

Ladies, Yuk, Cari Info tentang Endometriosis Lewat Kampanye #DontLiveWithPain

Haid adalah suatu hal yang jadi keistimewaan tersendiri bagi kita para perempuan ya, Ladies. Kita berdamai dengan kenyataan bahwa setiap bulannya kita harus mengalami haid lengkap dengan segala dramanya. Tidak jarang, haid disertai dengan mood swings dan rasa nyeri di beberapa bagian tubuh. Tapi tahukah kamu, bahwa nyeri haid yang parah bukanlah hal yang normal? Kondisi ini dapat disebabkan oleh penyakti tersembunyi seperti endometriosis.

Endometriosis adalah sebuah penyakit ginekologi dengan kondisi dinding uterus tumbuh di luar uterus.

Kondisi ini mempengaruhi 10% perempuan usia produktif di seluruh dunia dan dapat mengganggu kehidupan sosial penderitanya. Beberapa gejala umum di antaranya nyeri di perut bagian bawah dan sekitar panggun, nyeri saat berhubungan intim, dan volume darah yang berlebihan saat menstruasi. Namun, gejalanya berbeda di tiap orang, terkadang tumpang-tindih atau bahkan tanpa gejala nyeri.

Masih ada beberapa mitos lain seputar endometriosis, misalnya bahwa penyakit ini tidak dapat diobati dan perempuan tidak dapat hamil jika mengalami endometriosis. Faktanya, hanya 30% wanita yang mengalami kesulitan hamil dan kondisi ini dapat diobati. Apalagi dengan pengobatan dini sehingga dapat mengurangi keperluan operasi yang berulang.

Ladies, Yuk, Cari Info tentang Endometriosis Lewat Kampanye #DontLiveWithPain
Foto: pexels.com

Kasus endometriosis di Asia diperparah dengan lambatnya perempuan dalam mencari diganosis dan pengobatan awal. Didorong hal ini, Bayer bertekad mengedukasi dan mendorong perempuan agar mendapat pengobatan yang diperlukan sejak dini. Melalui kampanye #DontLiveWithPain, perempuan didorong mencari intervensi dan perawatan dini dan berhenti menderita dalam diam karena mengira nyeri haid adalah suatu hal yang normal. Selain merangkan mengenai miskonsepsi yang ada, kampanye ini juga menguraikan gejala-gejala umum endometriosis agar Ladies bisa mendeteksi kemungkinan adanya penyakit ini pada diri sendiri.

Dalam peringatan World Endometriosis Month tahun 2022, Bayer bersama pakar klinis di bidang endometriosis lintas negara menerbitkan Pedoman Konsensus. Pedoman “Diagnosis dan Penatalaksanaan Medis Dini untuk Endometriosis: Konsensus untuk Asia” diharapkan dapat menjadi acuan bagi para dokter untuk mempercepat penanganan.

Ladies, Yuk, Cari Info tentang Endometriosis Lewat Kampanye #DontLiveWithPain Ladies, Yuk, Cari Info tentang Endometriosis Lewat Kampanye #DontLiveWithPain

Ladies, Yuk, Cari Info tentang Endometriosis Lewat Kampanye #DontLiveWithPain

Pada Selasa (29/3), dalam virtual media briefing, beberapa pakar memberikan pemaparannya mengenai endometriosis. Prof. Dr. dr. Hendy Hendarto, SpOG(K), Ketua Perhumpunan Fertilitas In Vitro Indonesia (PERFITRI) menjelaskan mengenai Pedoman Konsensus baru tersebut. “Guideline terbaru ini tentu sangat berperan penting, khususnya bagi Asia Pasifik, yang termasuk di dalamnya Indonesia. Panduan hasil kolaborasi para pakar ini mengusung paradigma baru dengan menggeser diagnosis berdasarkan pembedahan, menjadi lebih sederhana yaitu berdasarkan gejala klinis, sehingga mempercepat diagnosis endometriosis. Inovasi selanjutnya pada panduan tersebut adalah penggunaan terapi medis lebih awal dengan tujuan segera menghentikan progresivitas penyakit endometriosis.

Pedoman konsensus ini adalah hasil kolaborasi para ahli klinis di Asia Pasifik (Indonesia, Singapura, Malaysia, Filipina, Thailand, Taiwan, India, Korea, Vietnam) serta didukung oleh stakeholder Global dari Prancis dan Jerman.

Ladies, Yuk, Cari Info tentang Endometriosis Lewat Kampanye #DontLiveWithPain Ladies, Yuk, Cari Info tentang Endometriosis Lewat Kampanye #DontLiveWithPain

Prof. Dr. dr. Wiryawan Permadi, Sp.OG(K) menambahkan bahwa HIFERI berupaya meningkatkan awareness mengenai endometriosis lewat program-program peningkatan akses ke layanan yang sesuai. Saat ini HIFERI fokus pada Task Force Endometriosis dengan prioritas pencapaian pada kesadaran dan edukasi, penanganan klinis, penelitian serta revisi atau update konsensus Tatalaksana Endometriosis Nasional HIFERI.

Baca juga: Ini Dia Frekuensi Medical Check Up ke Obgyn yang Perlu Kamu Lakukan

Tidak hanya secara fisik, psikolog Rika Vira Zwagery menjelaskan dampak terhadap mental penderita. Perempuan yang menderita endometriosis mengalami kecemasan, gangguan suasana hati, kehilangan kontrol diri, ketakutan, merasa tidak berdaya, pesimis, hingga depresi. Dibutuhkan support system yang kuat. Mulai dari orang terdekat seperti pasangan, keluarga, rekan kerja, dokter, psikolog dan komunitas pasien. “Penelitian menunjukkan bahwa adanya hubungan yang baik anatra pasien dengan support system­-nya merupakan faktor protektif bagi kesehatan mental pasien endometriosis sehingga dapat memperbaiki kondisi mereka. Selain itu, bergabung dengan komunitas endometriosis juga merupakan nilai plus sehingga pasien tetap dibekali dengan informasi yang benar.”

Must Read

Related Articles