Pernah mendengar kuliner bernama sate kere? Salah satu menu khas Kota Solo ini memang unik dan menarik, cita rasanya menggugah selera, rasanya ingin tambah. Harus diakui, makanan tersebut menjadi bukti bahwa, masyarakat Kota Solo waktu itu sangat kreatif.
Bila dilihat dari sejarahnya, menu satu ini sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda. Dahulu kondisi sangat miskin, untuk memperoleh uang demi memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari sangatlah sulit. Bagi para pekerja mereka mendapatkan upah yang kurang layak.
Jika dilihat dari isinya, kuliner khas Solo ini terdiri dari jeroan sapi dan tempe gembus. Dimana, dulu semua bahan tersebut merupakan limbah pangan yang dibuang oleh Pemerintah Kolonial Belanda dan kalangan keraton.
Karena, masyarakat kecil ingin merasakan makanan mewah kelas atas. Jeroan tersebut diambil kemudian diolah menjadi kuliner lezat yang masih bertahan hingga sekarang walaupun hanya ada di Solo saja.
Pembuatan sate kere yang nikmat
Salah satu alasan mengapa makanan ini terasa nikmat adalah berasal dari bumbunya, mereka menggunakan saus kacang. Hanya saja, saat dicicipi ternyata berbeda dengan sate Ponorogo atau Madura.
Bumbu rempahnya begitu kuat, sedikit pedas tetapi, masih mengedepankan cita rasa manisnya. Satu pembedanya adalah penggunaan daun jeruk, hal ini akan menambah keseluruhannya. Apalagi, kalau dinikmati dengan tambahan lontong, pasti lebih nikmat.
Selain itu, cara pembuatannya walau merupakan limbah pangan saja, tetapi tidak boleh sembarangan. Mereka biasanya akan memasak dulu hingga empuk, baru akan dipotong sesuai kebutuhan.
Sementara, untuk tempe gembus sendiri biasanya akan dipotong dengan bentuk dadu. Lalu diolah menjadi bacem, perlu diketahui terlebih dulu ada berbagai bumbu yang digunakan dalam pengolahan bacem ini. Seperti kemiri, ketumbar, bawang putih, bawang merah, cabai merah besar, garam, jahe, gula merah, asam jawa, semuanya ini akan dihaluskan terlebih dulu. Jika sudah harum baru ditambahkan lagi dengan daun jeruk, serai hingga daun salam.
Potongan tempe tersebut diberi santan kemudian dimasak hingga matang. Kemudian, dibakar terlebih dulu sebelum nanti disiram dengan bumbu kacangnya. Harus diakui, menu satu ini memang sudah naik kelas.
Disukai oleh semua orang
Seiring perkembangan waktu, tempe gembus dan jeroan sapi tersebut bukan lagi dianggap sebagai sampah, melainkan menu yang menarik untuk dinikmati. Cita rasanya luar biasa dan sulit untuk didebat.
Termasuk presiden RI Bapak Joko Widodo, yang selalu menikmatinya ketika pulang ke Solo. Menurut beliau, kuliner tradisional ini harus dilestarikan, bisa menjadi sebuah identitas bangsa.
Di antara semua tempat terbaik menikmati makanan ini, Bapak Joko Widodo sering berkunjung ke Sate Kere Bu Tugiyem, walaupun masih ada banyak tempat di solo yang menjajakan kuliner tersebut.
Pilihan tempat makan sate kere ternikmat
Makanan tradisional ini memang tersebar di berbagai tempat, berikut berbagai pilihan yang bisa Kamu kunjungi ketika berkunjung ke kota Solo.
Sate Kere Mbak Tugiyem
Dimulai dari langganan Pak Jokowi terlebih dulu dimana, potongan jeroan yang disediakan cukup lengkap, ada babat, kikil, usus dan cukup besar pula. Tidak heran bila Bapak Presiden Jokowi menyukai kawasan ini sebagai tempat makannya.
Penasaran bagaimana cita rasanya? langsung saja datang ke Jalan Arifin 63, Jebres, Kota Surakarta. Lokasi pastinya ada di dekat restoran Nini Thowong. Buka mulai dari pukul 1 siang sampai habis. Hanya saja baru 2 jam buka sudah tidak bersisa, untuk harganya sendiri mulai dari Rp30 ribu saja
Sate Kere Yu Rebi
Salah satu tempat terbaik dan cukup terkenal untuk menikmati hidangan ini adalah Sate Kere Yu Rebi. Terletak di Jalan Kebangkitan Nasional Nomor 2, atau di belakang stadion Sriwedari Solo. Pilihan menunya cukup banyak mulai dari Jeroan sapi hingga tempe gembus.
Harga yang ditetapkan untuk porsi campur sebesar Rp30 ribu, tetapi bila satu jenis saja dikenakan harga Rp10 ribu. Yu Rebi sendiri cukup terkenal dan legendaris karena sudah berjualan sejak tahun 1986. Bagaimana, penasaran ingin menikmati kuliner satu ini?