OUR NETWORK

Mengenal Epilepsi, Penyakit yang Merenggut Nyawa Bintang Disney Cameron Boyce

Minggu ini kita dikagetkan dengan kematian aktor muda Disney Channel, Cameron Boyce ya, Ladies. Kematian mendadak sang aktor pada Sabtu (6/7) lalu ini dikabarkan karena penyakit epilepsi yang memang sedang dideritanya selama ini. Kabar ini dibenarkan oleh pihak keluarga Boyce yang mengatakan bahwa sang aktor meninggal dalam tidurnya. Mendiang Cameron juga diketahui tengah menjalani perawatan lanjut untuk penyakit kejangnya yang akut. Hmm, sedih ya, Ladies.

Sebenarnya, apa sih epilepsi itu? Seberapa berbahaya penyakit ini sampai bisa menyebabkan kematian, Ladies?

Penyakit epilepsi atau ayan adalah kondisi yang dapat menjadikan seseorang mengalami kejang secara berulang. Kerusakan atau perubahan di dalam otak inilah yang menjadi penyebab pada sebagian kecil kasus epilepsi. Neuron atau sel-sel saraf dalam otak manusia saling berkomunikasi dengan menggunakan impuls listrik. Pada kasus epilepsi, kejang terjadi ketika impuls listrik tersebut dihasilkan secara berlebihan sehingga menyebabkan perilaku atau gerakan tubuh yang tidak terkendali.

Gejala yang ditimbulkan

Kejang memang gejala utama penyakit epilepsi, namun tidak semua orang yang mengalami kejang pasti mengidap kondisi ini. Umumnya, seseorang tidak dianggap mengidap ayan jika ia tidak pernah mengalami dua kali kejang atau lebih dalam waktu 24 jam kejang tanpa alasan jelas. Beberapa orang bisa sangat jarang mengalami kejang ayan, sedangkan sebagian lainnya bisa mengalami kejang hingga ratusan kali dalam sehari.

Menurut HaloDoc.com kejang pada kasus epilepsi ini bisa dibedakan menjadi dua. Pertama, kejang parsial yang akan mengakibatkan otak mengalami gangguan sebagian saja. Pada beberapa kasus, kejang parsial tidak mengakibatkan pengidapnya kehilangan kesadaran. Gejalanya dapat berupa anggota tubuh yang menyentak, atau timbul sensasi kesemutan, pusing, dan kilatan cahaya. Namun, seringkali kejang parsial ini juga memengaruhi kesadaran pengidapnya sehingga membuatnya terlihat seperti bingung atau setengah sadar selama beberapa saat. Inilah yang dinamakan dengan kejang parsial kompleks.

Baca juga: Bintang Disney Cameron Boyce Meninggal Dunia, Keluarga Ungkap Dia Menderita Epilepsi

Kedua, kejang umum atau menyeluruh yang dapat dialami oleh sekujur tubuh dan disebabkan oleh gangguan yang berdampak kepada seluruh bagian otak. Gejalanya dapat berupa tubuh menjadi kaku selama beberapa detik diikuti gerakan ritmis pada lengan dan kaki (pada beberapa kasus tidak ada gerakan ritmis) serta mata terbuka saat kejang. Gejala lain juga dapat berupa mengeluarkan suara-suara atau berteriak saat mengalami kejang. Dalam sebagian kasus, kejang menyeluruh membuat penderita benar-benar tidak sadarkan diri. Setelah sadar, penderita terlihat bingung selama beberapa menit atau jam.

Lalu apa yang membuat penyakit ini berbahaya?

Serangan epilepsi yang kemudian berujung kematian disebut sudden unexpected death in epilepsy alias SUDEP. Nah, SUDEP ini biasanya ditandai dengan masalah jantung atau pernapasan. Namun, pemicu sesungguhnya selama ini masih misterius, sehingga kemunculannya tidak bisa diprediksi. Kejang dapat menyebabkan kesulitan bernapas untuk beberapa saat sehingga badan terlihat pucat atau bahkan membiru. Pada tingkat fatal, kesulitan bernapas membuat penderita terancam kematian. Kesulitan bernapas ini menjadi salah satu efek sekunder dari epilepsi yang cukup berbahaya. 

Diatri Nari Lastri, SpS(K)- RSCM, dalam perbincangan dengan Detik Health mengungkapkan bahwa orang yang meninggal akibat epilepsi adalah karena efek sekunder. Efek sekunder itu yang kemudian membuat seseorang dengan epilepsi meninggal, misalnya saja karena terbentur saat kejang atau penyebab sekunder lainnya.

Bagaimana Cara Pengobatannya?

Sebenarnya, belum ada metode dan obat untuk menyembuhkan epilepsi. Namun, perawatan untuk penyakit ini akan difokuskan untuk mengendalikan kejang, walau tidak semua orang dengan kondisi ini memerlukan perawatan. Banyak obat epilepsi yang tersedia untuk mengontrol kejang seperti obat antiepilepsi atau OAE sehingga pengidapnya dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan normal. 

Kejang-kejang pada pengidap epilepsi perlu ditangani dengan tepat demi menghindari terjadinya situasi yang dapat berakibat fatal, misalnya terjatuh, tenggelam, atau mengalami kecelakaan saat berkendara akibat kejang. Pilihan obat epilepsi biasanya didasarkan pada faktor seperti toleransi pasien terhadap efek samping, penyakit lain yang dimiliki, serta metode penyampaian obat. Walau jenis epilepsi sangat bervariasi, pada umumnya obat epilepsi dapat mengendalikan kejang pada 70 persen pasien.

Sumber: halodoc, health.detik

Must Read

Related Articles