OUR NETWORK

Lawan Perubahan Iklim, Begini Ketangguhan Pohon Shea yang Perlu Kamu Ketahui

Ketika mendengar kata shea, pasti berbagai produk kecantikan segera melintas di pikiranmu. Tapi, siapa sangka, ternyata pohon shea memiliki peran besar dalam adaptasi perubahan iklim. Kemampuannya ini ditemukan di Afrika, di mana, hampir 2 miliar pohon shea tumbuh secara alami di lanskap sabana Sahel. Tepatnya pada lanskap agroforestri yang tercipta dari integrasi antara pohon ini dengan tanaman di pertanian kecil. Lanskap yang tercipta inilah yang diketahui tahan terhadap perubahan iklim dan berkontribusi pada penangkapan karbon.

Agroforestry Parklands merupakan penyerap karbon terbesar ketiga di Afrika Barat. Menariknya lagi, tidak seperti kebanyakan tanaman besar, penanaman pohon ini tidak membutuhkan pembukaan lahan yang besar, Ladies. 

Pohon-pohon ini justru dapat ditanam dan dirawat di lingkungan masyarakat setempat seperti tanaman rumah lainnya.

Tak sekedar tumbuh bersama, pohon ini juga mempengaruhi kesuburan tanah di sekitar tanamannya! Pohon shea menjaga kesuburan tanah tanaman di dekatnya dan mencegah risiko terjadinya banjir serta kebakaran. Selain itu, pohon shea yang banyak ditanam hingga menjadi taman juga akan melindungi manusia, ternak, dan dari perubahan iklim.

Perlindungan yang diberikan taman ini juga tidak sebentar, melainkan untuk jangka panjang. Ini karena rentang umurnya berkisar pada 200 dan 300 tahun, sehingga pohon ini mampu melindungi masyarakat dalam kurun waktu yang lama.

Di samping perlindungan, pohon ini juga merupakan salah satu tanaman yang menjadi sumber mata pencaharian utama para perempuan di Afrika.

Sebanyak 16 juta petani perempuan pedesaan memanen dan mengolah buah shea sebelum diproses. Antara bulan April dan Agustus, pohon ini akan menghasilkan buah seperti plum yang jatuh ke tanah. Buah ini dikumpulkan kemudian dibawa ke rumah untuk dikeringkan di bawah sinar matahari. Pada prosesnya, pengeringan dilakukan selama beberapa hari. Kemudian untuk mengolahnya menjadi shea butter, kernel direbus dan dicampur dengan tangan untuk memisahkan minyaknya. Pekerjaan padat karya ini secara tradisional dilakukan oleh para perempuan di Afrika.

Shea butter ini kemudian dibuat menjadi sumber makanan, obat-obatan, kosmetik untuk kulit dan rambut, serta untuk budaya dan melindungi rumah dari iklim yang keras. Adapun sebagian petani yang lebih memilih untuk mengeringkan buahnya dan langsung menjualnya ke industri untuk diproses. Industri ini terbilang sangat menguntungkan dengan menghasilkan $200 juta setiap tahun untuk petani perempuan pedesaan.

Akan tetapi, produksi buah shea baru dapat diambil pada usia sekitar 15 tahun dan mencapai produksi penuh pada 45 tahun.  Sehingga, panen buah ini biasanya dilakukan ketika tidak ada pendapatan lain yang tersedia karena tanaman lokal belum panen.

Sayangnya, perlindungan dan keuntungan yang diberikan pohon ini kini mengalami degradasi besar-besaran.

Hal ini diakibatkan oleh aktivitas manusia, seperti pertambangan, pertanian komersial, produksi arang dan kayu bakar, kurangnya lahan kosong dan peningkatan populasi. Ditandai dengan sekitar 8 juta pohon hilang setiap tahunnya. Jika ini dibiarkan, tak hanya sumber shea butter yang semakin langka, tetapi juga perlindungan pohon ini pada masyarakat Afrika akan semakin terkikis.

Untuk mengatasinya, Global Shea Alliance, sebuah asosiasi industri nirlaba global, meluncurkan Action for Shea Parklands (ASP) pada tahun 2020. Gerakan ini ditujukan untuk menumbuhkan 10 juta pohon dan melindungi 4 juta hektar Taman Afrika selama 10 tahun ke depan. Pada praktiknya, pihak asosiasi juga mengajak masyarakat dan Taman Nasional untuk bekerjasama. Dalam hal ini terkait penanaman, pengelolaan, hingga pengumpulan dana untuk menjalankan gerakan tersebut demi melindungi kehidupan perempuan petani shea dan pohon-pohon multifungsi tersebut.

 

 

Sumber: We Forum

Must Read

Related Articles