Bagi kamu yang penggiat skincare, pasti setiap kali membeli produk dilihat dulu nih list bahan aktifnya ada apa aja. Semakin banyak bahan aktif yang ada, semakin bagus produknya? Belum tentu juga, Ladies. Jika berlebihan, bahan aktif tersebut dapat menyebabkan iritasi, kemerahan, jerawat dan berbagai masalah kulit lainnya. Karena itu nih tren microdosing mulai terkenal di antara para beauty enthusiast. Seperti apa sih microdosing skincare itu? Penjelasannya di bawah ini, Ladies!
Pengertian
Menurut Dr. Jason Thomson, kepala medis di Skin + Me, microdosing sebenarnya sudah ada dari bertahun-tahun lalu. Awalnya microdosing dilakukan untuk obat LSD dalam perawatan penyakit mental. Jika dosis terlalu tinggi, LSD dapat beresiko fatal seperti halusinasi tinggi. Namun, penggunaannya pada dosis rendah dapat membantu perawatan anxiety dan susah tidur. Sekarang microdosing mulai diadopsi industri skincare dengan cara menambahkan bahan aktif dalam konsentrasi rendah.
Tren skincare sekarang sudah mulai berubah lho dari fast beauty yang mengutamakan hasil cepat ke microdosing yang menghasilkan efek nyata namun dalam jangka panjang. Ahli kimia kosmetik, Ginger King, mengatakan bahwa pandemi menyebabkan tingkat stres rata-rata meningkat. Penggunaan dosis tinggi seperti retinol dapat memberi efek negatif seperti iritasi yang akan menambah stress seseorang. Karena itu orang-orang ingin sesuatu yang aman, terbukti berhasil, dan tidak menambah beban pikiran mereka. Karena ini nih microdosing menjadi populer sekarang.
Tren microdosing dalam skincare
Jika dibandingkan produk skincare diisi dengan berbagai bahan aktif dalam konsentrasi tinggi, teknik microdosing yakni penggunaan bahan aktif dalam jumlah rendah, sekitar 1/10 secara rutin dapat meningkatkan kesehatan kulit, meningkatkan barrier, serta berbagai manfaat lainnya dan meminimalisir resiko dari bahan aktif tersebut.
Andre Condit, founder dari Spectacle Skincare, mengatakan bahwa microdosing cocok untuk bahan-bahan aktif yang rentan menyebabkan iritasi seperti retinoid, exfoliating acid (contohnya: azelaic, glikolik, dan salicylic), serta vitamin C. Teknik microdosing mencegah dampak negatif dari penggunaan bahan aktif tersebut seperti kulit terkelupas dan kemerahan.
Baca juga: 6 Produk Skincare yang Perlu Disimpan di Kulkas
Microdosing untuk kulit sensitif
Microdosing cocok untuk semua tipe kulit. Microdosing skincare membuat kulit lebih baik untuk mentoleransi bahan aktif. Tipe kulit sensitif dan lebih gelap (yang cenderung berisiko mengalami hiperpigmentasi) yang paling diuntungkan dengan teknik ini.
Batasan konsentrasi bahan aktif yang direkomendasikan dermatologist Mona Gohara, yakni sekitar 10% untuk vitamin C dan 4% untuk AHA. Microdosing juga diperkirakan lebih ramah lingkungan selain ramah di kulit, Ladies. Tapi kamu mesti ingat bahwa produk microdosing skincare hasilnya baru akan terlihat dalam waktu lama. Jangan berharap sehari semalam wajah kamu langsung glowing nggak ada garis-garisnya ya. Kayak peribahasa Jawa nih, Ladies. Alon-alon waton kelakon hihihi..
Sumber: Vogue