Kebanyakan orang cenderung berpikir ke seputar permasalahan mental dan emosional di dalam diri seseorang ketika mendengar gangguan kecemasan atau lebih akrab dikenal dengan sebutan panic attack. Begitu pula kemunculannya, padahal, panic attack ini juga bisa muncul karena gangguan fisik, lho! Panic attack sedikit berbeda dengan anxiety attack ya, Ladies.
Baca juga: Ternyata Anxiety Punya Gejala Fisik Juga, Ladies
Clinical psychologist dan associate director of the Johns Hopkins Bayview Anxiety Disorders Clinic, Neda Gould, menyatakan, sebuah sistem khusus dalam tubuh akan muncul ketika seseorang menghadapi sesuatu yang membuatnya cemas.
“Ketika seseorang mengalami panic attack, pada dasarnya sistem pertahanan akan muncul dan mengatakan, ‘Bahaya!’,” jelasnya. Sistem pertahanan ini berfungsi sebagai bentuk peringatan terhadap tubuh untuk melarikan diri atau menghindar dari sumber kecemasan. Jika kamu mengalami panic attack, rasa takut dan khawatir yang timbul dapat menjadi ancaman untuk tubuhmu. Pasalnya, ia akan mendorong sistem saraf simpatis, yang mengendalikan proses alam bawah sadar tubuhmu, seperti bernapas dan denyut jantung, dengan tiba-tiba dan kencang hingga melesat tinggi. Pada tahap ini kelenjar adrenalinmu akan melepas hormon, seperti adrenalin dan kortisol yang akan mempengaruhi sistem kerja seluruh tubuhmu.
“Dari kepala hingga kaki, hampir seluruh sistem dapat terkena dampaknya oleh kondisi tubuh yang mengeluarkan banyak hormon stress,” jelas medical director di McLean Anxiety Mastery Program di Boston, Massachusetts, Mona Potter. Efek domino ini, menurut Mayo Clinic, merupakan kunci di balik gejala-gejala fisik panic attack. Untuk mengenali lebih dalam apakah kamu mengalami panic attack atau tidak, berikut ini terdapat beberapa informasi gejala fisik yang muncul sebagai tanda panic attack yang bisa kamu gunakan, Ladies.
1. Detak Jantung Berpacu
Berdasarkan National Institute of Mental Health (NIMH), ini adalah tanda fisik klasik dari serangan cemas. Ketika kamu berhadapan dengan sesuatu yang membuatmu stres dan kelenjar adrenalinmu mengeluarkan hormon seperti adrenalin dan kortisol, reseptor di dalam jantungmu akan bereaksi dengan mempercepat detak jantungmu. Menurut Gould, ini bisa membuatmu memompa lebih banyak darah ke otot-otot besarmu sehingga secara teoritis kamu akan melarikan diri atau memerangi ancaman tersebut. Namun, jika kamu mengalami panic attack, detak jantung yang berpacu ini dapat membuatmu semakin cemas dan terus berada dalam lingkaran setan tersebut.
2. Kehabisan Napas
Darahmu menyebarkan oksigen ke seluruh tubuh, yang juga mengangkut karbon dioksida ke paru-paru, sehingga kamu pun bisa menghembuskannya keluar lagi. Semakin meningkat tingkat stresmu, semakin cepat kamu mengirimkan darah ke seluruh tubuhmu yang dapat berdampak pada meningkatnya aktivitas bernapas dan mendorongmu membutuhkan lebih banyak oksigen.
National Library of Medicine di Amerika Serikat juga menuliskan bahwa bernapas terlalu cepat atau hiperventilasi dapat membuat keseimbangan oksigen/karbon dioksida tubuh rusak, sehingga hal ini dikategorikan sebagai gejala fisik panic attack.
Untuk mengatasinya, Dr. Potter menyatakan pentingnya melakukan pernapasan perut atau pernapasan diafragma. Menurutnya, penting untuk bernapas secara perlahan dan dalam dengan menggunakan diafragma. Dengan bernapas secara perlahan, tubuhmu dapat memperoleh jumlah oksigen yang tepat. Melalui aktivitas ini, kamu pun dapat mengendalikan sistem saraf parasimpatikmu, yang dapat membantumu merasa tenang setelah ancaman berlalu.
3. Terus-menerus Merasa Lelah
Rasa lelah yang terus-menerus muncul ialah tanda umum panic attack. Awalnya, tubuh akan berada dalam kondisi siaga yang tentunya menguras energi tubuh selama serangan kecemasan tersebut terjadi. Dengan kondisi tersebut, implikasinya, tubuh pun akan kesulitan untuk beristirahat atau tidur, sehingga rasa lelah akan terus muncul.
4. Kesulitan Tidur Nyenyak
Berdasarkan informasi dari NIMH, seseorang dengan kecemasan atau panic attack akan mengalami kesulitan untuk tidur, atau meski ia tertidur, ia akan merasa gelisah, mudah terbangun, hingga akhirnya tidak memiliki kualitas tidur yang baik. Hal ini dikarenakan, peningkatan kadar hormon kortisol dan adrenalin akan menyulitkan seseorang untuk tidur dengan nyenyak. Pasalnya, buzzing body-mu tidak dapat cukup rileks untuk beristirahat. Pikiran yang terus berpacu dengan kecemasan bukanlah kombinasi yang baik dengan aktivitas tidur.
Di sisi lain, Mayo Clinic menyatakan, tidak hanya panic attack yang bisa membuatmu tidak bisa tidur, tetapi juga sebaliknya, masalah kesulitan tidur, seperti insomnia juga bisa membuatmu lebih rentan mengalami panic attack.
5. Otot-ototmu Sakit
Otot-otot yang tegang juga merupakan bagian respon stres dari tubuhmu. Dr. Potter menyatakan, seseorang dengan panic attack akan merasakan tegang pada otot leher, punggung, atau bahu mereka. Ketegangan otot ini juga bisa dirasakan hingga ke kepala yang akhirnya menyebabkan sakit kepala. Bagian-bagian tubuh yang kaku dalam waktu lama karena otot yang tegang ini akan menyebabkan rasa sakit yang cukup besar pada tubuh.
6. Serangan Segala Penyakit pada Perut
Dr. Potter menyatakan, kecemasan dapat menghantam keras sistem pencernaan. Orang-orang dengan gangguan kecemasan umumnya mengalami sakit perut, konstipasi, diare, atau gangguan pencernaan lainnya. Serangan ini dikenal dengan nama gut-brain axis. Menurut para ahli, serangan ini berkaitan dengan sistem komunikasi antara otak dan sistem saraf enterik yang mengatur pencernaan. Inilah mengapa tingkat stres yang tinggi dapat mengacaukan sistem pencernaan seseorang. Di sisi lain, tingkat stres yang tinggi juga dapat merusak pola makan yang kemudian juga akan memengaruhi pencernaan kamu.
7. Telapak Tangan Berkeringat
Ketika diserang kecemasan, tubuh kita akan mengeluarkan keringat yang cukup banyak. Oleh karena itu, NIMH menggolongkan keringat sebagai salah satu bagian dari gejala panic attack. Ketika sistem saraf simpatikmu aktif, hal ini dapat mempengaruhi kelenjar keringat di seluruh tubuhmu. Menurut Mayo Clinic, terdapat dua jenis keringat, yakni eccrine, yang menutupi sebagian besar kulitmu, dan apocrine, yang hanya muncul pada beberapa bagian tubuh yang memiliki banyak folikel rambut. Kedua tipe kelenjar keringat ini dapat menyebabkan keringat yang dipicu kecemasan. Selain itu, cairan susu dari kelenjar apocrine juga dapat menimbulkan bau tidak sedap dari tubuhmu.
Beberapa gejala fisik ini memang umum terjadi pada tubuh kita sehari-hari. Jika beberapa gejala ini hanya muncul sementara, maka tenang saja, kamu tidak mengalami panic attack, Ladies. Sebaliknya, jika kamu mengalaminya secara ekstrim, bahkan bersamaan, karena ketakutan yang besar terhadap sesuatu, maka, itu berarti kamu tengah mengalami panic attack.
Baca juga: Tipe-Tipe Gangguan Kecemasan
Untuk mengatasi hal ini, tak jarang orang mengonsumsi obat penenang. Namun, dibandingkan mengonsumsi obat-obatan, menurut NIMH, yang diperlukan ialah terapi perilaku kognitif dan perubahan gaya hidup. Kedua hal ini dapat membantu melatih pikiran dari hal-hal yang membuat dirimu cemas, so, kamu pun tidak akan bergantung pada obat penenang untuk menghindari panic attack ini, Ladies.
Sumber: self.com , Foto cover: unsplash.com