OUR NETWORK

Mengejutkan, Penelitian Terbaru Ungkap Nyamuk Ternyata Menyukai Warna Merah!

Kabar baik untuk penduduk Indonesia yang harus bertarung dengan nyamuk 24/7 selama satu bulan sepanjang tahun. Peneliti menemukan fakta lain yang akan membantumu menghindari kejaran nyamuk! Penelitian baru yang dipimpin oleh para ilmuwan di University of Washington ini menunjukkan bahwa kebanyakan spesies nyamuk akan terbang menuju warna tertentu, termasuk merah, oranye, hitam, dan cyan. Namun perilaku ini tentu dilakukan setelah mereka mendeteksi gas yang kita hembuskan. Hasil penting lain dari penelitian ini adalah: nyamuk menyukai warna merah dan mengabaikan warna lain seperti hijau, ungu, biru dan putih!

Para peneliti meyakini bahwa temuan ini dapat membantu menjelaskan bagaimana nyamuk menemukan inang mereka, yaitu kulit kita.  FYI, terlepas dari pigmentasi keseluruhan, kulit kita ternyata memancarkan sinyal merah-oranye yang kuat ke mata mereka. Pantas saja mereka selalu tertarik pada kulit kita ya Ladies.

Menurut penulis senior Jeffrey Riffell, profesor biologi Universitas of Washington yang juga memimpin penelitian ini, nyamuk menggunakan bau untuk membantu mereka membedakan apa yang ada di dekat mereka, seperti inang untuk digigit. Saat mereka mencium senyawa tertentu, seperti CO2 dari napas manusia, aroma tersebut akan merangsang mata mereka untuk memindai warna tertentu dan pola visual lainnya, yang terkait dengan potensi inang, lalu menuju ke sana.

Penelitian yang dipublikasi pada 4 Februari dalam jurnal Nature Communications ini tentu saja memberikan pengetahuan baru terkait cara menghindari gigitan nyamuk. Sebelumnya, hanya terdapat tiga cara untuk menarik perhatian nyamuk, yaitu napas, keringat, dan suhu kulit. Kini, penelitian menemukan poin keempat, yaitu warna merah, yang bukan hanya dapat ditemukan pada pakaian, tetapi pada kulit apapun jenis warna kulitnya.

Lalu bagaimana cara penelitian menemukan temuan menarik ini?

Mengejutkan, Penelitian Terbaru Ungkap Nyamuk Ternyata Menyukai Warna Merah!
Foto: phys(.)org

Dalam percobaan mereka, tim peneliti melacak satu spesies nyamuk yang mungkin paling terkenal. Tak lain yaitu Aedes aegypti, yang dapat menularkan berbagai penyakit, seperti demam berdarah, demam kuning, chikungunya, dan Zika. Seperti spesies nyamuk lainnya, hanya nyamuk Aedes aegypti betinalah yang meminum darah.

Para peneliti melacak nyamuk di ruang uji mini, di mana mereka menyemprotkan aroma tertentu dan menyajikan berbagai jenis pola visual—seperti titik berwarna atau tangan manusia yang lezat.

Tanpa stimulus bau apa pun, sebagian besar nyamuk mengabaikan titik di bagian bawah ruangan, terlepas dari warnanya. Setelah menyemprotkan CO2 ke dalam ruangan, nyamuk terus mengabaikan titik apakah itu berwarna hijau, biru atau ungu. Menariknya, saat diberikan titik berwarna merah, oranye, hitam atau cyan, nyamuk akan terbang ke arahnya.

Baca juga: DIY Semprotan Nyamuk yang Simpel dan Wangi

Ini mirip dengan apa yang mungkin terjadi ketika manusia mencium sesuatu yang enak. Bayangkan saja saat kita sedang berjalan-jalan, eh tahu-tahu terhirup aroma rendang. Ngiler nggak tuuuhhh~ Otomatis kita pun langsung mencari sumber bau dan mendekatinya. Ya begitulah yang terjadi pada nyamuk, kita adalah nasi padangnya mereka, Ladies.

Meskipun peneliti menemukan bahwa nyamuk menyukai warna merah, tetapi mereka belum tahu apakah cara nyamuk saat melihat warna sama dengan manusia atau tidak.

Manusia memiiki penglihatan “true color”, yaitu melihat panjang gelombang cahaya yang berbeda sebagai warna yang berbeda. Misalnya 650 nanometer muncul sebagai merah, sedangkan panjang gelombang 450 nanometer terlihat biru. Meskipun belum pasti, harap diperhatikan bahwa sebagian besar warna yang disukai nyamuk setelah mencium bau CO2—oranye, merah, dan hitam—sesuai dengan panjang gelombang cahaya yang lebih panjang. Kulit manusia, terlepas dari pigmentasi, juga mengeluarkan sinyal panjang gelombang panjang dalam kisaran merah-oranye.

Ketika tim peneliti mengulangi eksperimen ruangan dengan menghadirkan kartu pigmentasi warna kulit manusia, atau juga dengan tangan kosong peneliti, nyamuk kembali terbang menuju stimulus visual hanya setelah CO2 disemprotkan ke dalam ruangan. Jika peneliti menggunakan filter untuk menghilangkan sinyal panjang gelombang, atau mengenakan sarung tangan berwarna hijau, maka nyamuk yang sudah disemprot CO2 tidak lagi terbang menuju stimulus.

Gen menentukan preferensi para nyamuk betina terhadap warna merah-oranye. Nyamuk dengan salinan mutan dari gen yang membutuhkan CO2 terlihat tidak memperlihatkan preferensi warna di ruang uji. Jenis nyamuk mutan lainnya, dengan perubahan yang berhubungan dengan penglihatan sehingga mereka tidak bisa lagi “melihat” gelombang cahaya panjang, terlihat lebih buta warna dengan adanya CO2.

Tentu saja masih harus dilakukan penelitian panjang untuk menentukan bagaimana isyarat visual dan bau membantu nyamuk menargetkan inangnya. Yang lebih penting lagi, penelitian harus melibatkan spesies nyamuk lain sebab bukan tidak mungkin mereka memiliki preferensi warna yang berbeda. Namun, yang jelas temuan ini menambah lapisan baru pada pengendalian nyamuk, yaitu warna.

 

Sumber: phys.org

Must Read

Related Articles