OUR NETWORK

Cara Menghindari Pencurian Identitas Diri Di Masa Pandemi

Keamanan data sedang menjadi perhatian tersendiri saat ini. Terutama setelah terungkap beberapa kasus bocornya data pribadi. Pencurian identitas diri menjadi satu isu yang cukup membuat waswas. Menariknya, di masa pandemi seperti sekarang justru semakin rawan terjadi pencurian data diri.

Sebenarnya, apa yang bisa menjadi bahaya dari pencurian identitas diri?

Pencurian data diri bukan hanya menjadi masalah dengan bocornya identitas pribadi. Melainkan juga bahaya lain seperti bocornya data rekening. Hingga berujung rawannya terjadi pembobolan rekening.

Masa pandemi saat ini, data diri rupanya justru lebih mudah bocor. Ini terjadi karena sistem ekonomi global yang mengalami penurunan drastis. Sehingga banyak orang yang semakin berusaha melakukan penipuan. Selain itu, keadaan pandemi memberikan ruang yang tepat untuk para scammer. Seperti diungkapkan oleh Steve Sexton, konsultan keuangan dan CEO Sexton Advisory Group.

Sexton menyebut ketakutan dan kekhawatiran yang dirasakan banyak orang menjadikan mereka sasaran empuk para scammer. “Mereka memanfaatkan ketidakpastian dan ketakutan ini, apakah itu janji kelayakan palsu dengan pinjaman PPP atau serangan phishing yang dirancang untuk menargetkan rekening dan informasi sensitif lainnya.”

Untuk menjaga keamanan rekening dari resiko pencurian identitas diri, Steven mengungkap terdapat beberapa hal yang bisa dilakukan.

1. Berhati-hati bila mendapatkan panggilan telepon atau dihubungi orang tak dikenal. Terutama bila mereka mengaku dari organisasi pemerintah. Bila menerima panggilan telepon dari orang tak dikenal seperti ini, sangat berhati-hati bila harus memberikan data diri. Meskipun hanya nama.

Bukan hanya panggilan melalui telepon saja. Bila menerima email atau pesan melalui sosial media dari yang mengaku organisasi maupun perseorangan, selalu perhatikan untuk tak meng-klik link tautan. Maupun membagikan data diri pribadi.

2. Aktifkan fitur yang akan memberi informasi langsung bila terdapat perubahan pada rekening. Misalnya bila terdapat penarikan dana, atau perubahan data.

3. Bila mengganti ponsel atau perangkat elektronik lain yang sekiranya terdapat data pribadi, lakukan factory reset. Langkah ini penting demi memastikan tak ada informasi pribadi yang tertinggal di gadget. Misalnya tanggal lahir, password, pin, dan lain-lain.

4. Biasakan selalu menghapus atau menghancurkan dokumen yang terdapat data pribadi. Misalnya dokumen yang memuat nama lengkap, alamat, nomor telepon atau nomor identitas diri.

5. Usahakan tidak mengirimkan email berisi data-data pribadi. Misalnya saja untuk laporan pajak, dan lain-lain. Email merupakan salah satu cara termudah untuk terjadi phising atau pencurian identitas diri.

6. Berhati-hati saat mengakses situs. Terutama situs mengenai virus corona. Seperti disebut di atas, scammer memanfaatkan rasa panik yang dialami masyarakat di tengah pandemi. Salah satunya memahami kebiasaan untuk mengecek berbagai informasi mengenai coronavirus. Untuk itu situs coronavirus menjadi salah satu ajang untuk melakukan scam atau phising.

Baca juga: Tips Aman Hindari Cyber Crime saat Pakai Wi-Fi Umum

Bila terjadi pencurian identitas diri

Sering kali kita sudah melakukan semua cara dengan tepat, namun masih bisa terjadi pencurian identitas diri. Bila mencurigai data diri kamu bocor, Sexton menyebut hal pertama yang harus dilakukan merupakan menghubungi pihak bank. Pastikan semua rekening yang sudah diblokir atau di-freeze untuk sementara. Langkah selanjutnya jangan ragu untuk melapor ke pihak kepolisian.

Sexton juga menyebut scammer memiliki banyak cara untuk melakukan penipuan. Bila mereka tak bisa melakukan penipuan melalui pencurian data, langkah dan cara lain biasanya akan ditempuh.

“Saat ini, scammers memangsa niat baik orang lain dengan meminta sumbangan kepada organisasi nirlaba palsu,” kata Valerie Moses, manajer hubungan senior dengan Addition Financial. “Jika Anda memilih untuk menyumbang, Anda harus memverifikasi keabsahan badan amal dan menyumbang langsung melalui situs web organisasi daripada melalui tautan yang Anda terima melalui email.”

Dan jika Anda berkomunikasi melalui email, periksa dua kali bidang “ke” pada email yang Anda terima untuk memastikan itu tidak berasal dari kontak palsu.

“Jika ragu, hubungi perusahaan secara langsung menggunakan informasi kontak dari situs web resmi mereka,” katanya.

 

 

Sumber: apartmenttherapy.com

Must Read

Related Articles