Trauma secara fisik dan mental yang dimiliki pasca alami kekerasan seksual bukanlah hal yang mudah untuk disembuhkan. Bila kamu pernah mengalaminya, wajar saja jika kenangan buruk atas pengalaman pahitmu itu muncul meski kamu telah menjalani kehidupan normal. Hal ini kemudian membuatmu cemas dan ketakutan akan adanya skenario kekerasan seksual baru terjadi ketika kamu sudah menjalin hubungan baru. Pada akhirnya, tubuhmu akan merasa cemas, jijik, tidak nyaman, hingga malu. Oleh karena itu, penting untuk memiliki strategi khusus yang dapat menangani respon-respon tersebut. Strategi yang mampu mendukung interaksimu dengan orang lain sekaligus meminimalkan ketakutan serta stres yang kamu alami. Kunci utama dari strategi tersebut ialah dengan mengetahui apa yang membuatmu merasa aman, terkendali, dihormati dan percaya diri.
Langkah pertama yang sangat penting dan menentukan langkah berikutnya ialah menemukan terapis yang tepat untukmu, khususnya yang ahli di bidang trauma seksual.
Dengan didampingi terapis, kamu akan lebih siap menjalani hubungan baru, tentunya disesuaikan dengan pengalaman yang telah kamu alami, Ladies. Dalam hal ini, terapis tidak hanya menenangkanmu, tetapi juga memberikan perspektif baru sekaligus menyadarkanmu bahwa kamu tidak sendiri dan apa yang kamu lakukan tidak salah.
Biasanya, para terapis menganggap dirimu telah siap menjalin hubungan romantis lagi dengan seseorang ketika kamu telah mempercayai dirimu sendiri untuk menikmati company dan proses berpacaran, serta mampu mengartikulasi batasan yang kamu butuhkan. Well, dalam hal ini memang tidak semua orang memiliki waktu yang sama, ada yang perlu waktu lama untuk mencobanya, ada pula yang bisa beradaptasi kembali dengan cepat.
Setiap orang membutuhkan penanganan yang berbeda. Salah satu terapis seks, sexologist, serta licensed marriage and family therapist di AdamEve.com, Jenni Skyler, merekomendasikanmu untuk melakukan beberapa aktivitas untuk membantu memulihkan mental diri. Di antaranya, membaca buku mengenai pemulihan, berada di sekitar teman-teman yang supportive atau rekan-rekan sesame penyintas, menemukan terapis yang tepat, dan lainnya yang membantumu menghubungkan kembali diri dengan hasrat di dalam dirimu.
“Kamu juga bisa mengikuti kelas empowering seperti Zumba atau lainnya yang memberikan akses pada diri untuk mengklaim kembali tubuhnya sebagai miliknya sendiri. Karena merasa empowered dari dalam dan luar sangatlah penting,” jelas Skyler.
Langkah berikutnya ialah dengan merencanakan aktivitas yang akan dilakukan.
Psikolog klinis dan sexologist, Janet Brito, merekomendasikanmu untuk membuat daftar terkait apa yang kamu inginkan, mungkin kamu inginkan, atau tidak sama sekali. Misalnya, apakah kamu ingin berpegangan tangan atau tidak, dan lainnya. Jangan lupa, beritahu teman kencanmu daftar ini sebelum memutuskan untuk bertemu dengannya, ya Ladies.
Brito juga menganjurkanmu untuk membuat jadwal keseharian, seperti kapan kamu ingin berada di rumah saja, kegiatan menyenangkan apa yang ingin kamu lakukan, kemana kamu ingin traveling, dan tentunya waktu setiap aktivitasmu juga ditentukan, Ladies. Dengan cara ini, kamu dapat mempersiapkan diri lebih mantap terhadap segala sesuatu yang mungkin terjadi.
Untuk menenangkan kecemasanmu, langkah berikutnya ialah dengan memberitahukan keberadaan dan aktivitasmu pada sahabat terdekat atau anggota keluarga terdekatmu. Kirim shareloc di mana kamu sedang berada, atau beri kabar secara rutin pada orang kepercayaanmu tersebut. Pastikan ia tahu persis lokasi dan kondisimu setiap saat untuk berjaga-jaga bila kamu berada di situasi sulit dan membutuhkan bantuan polisi.
Kemudian, ingatkan pula batasan skinship yang bisa kamu lakukan dengannya. Jangan sampai, kamu merasa tidak nyaman saat bersentuhan dengannya, apalagi sampai memicu traumamu muncul kembali. Biasanya pasanganmu akan memahami keputusan tersebut setelah mendengar cerita pengalaman pahit yang kamu alami. Namun, para ahli tidak menyarankanmu untuk segera menceritakannya pada pertemuan awal. Tunggu sampai kamu merasa sangat nyaman dengan lawan bicara. Karena tentunya sangat sulit untuk membuka diri tentang pengalaman traumatis pada hubungan yang relatif masih baru.
Lalu, hal penting lainnya yang perlu kamu ingat ialah melakukan komunikasi dua arah.
Meski kamu baru mengalami pengalaman pahit, tidak berarti komunikasi harus berfokus pada dirimu. Ingat Ladies, hubungan dibangun oleh dua orang yang saling memahami. Maka, penting untuk melakukan komunikasi dua arah dan membuat kedua belah pihak nyaman saat mengungkapkan pengalaman masing-masing. Jadi, kamu dapat bertukar informasi, di mana, ketika kamu membuka diri terkait pengalamanmu kepadanya, ia juga dapat mengungkapkan pikirannya atas peristiwa yang kamu alami tersebut.
Meski begitu, Brito mengingatkanmu untuk tidak mengungkapkan semuanya sekaligus. Kumpulkan informasi terlebih dahulu tentang karakter dari lawan bicaramu. Apakah ia dan ucapannya akan menjadi pemicu traumamu yang baru atau justru menghargai apa yang telah kamu lalui. Ini penting, Ladies, mengingat kamu tengah berada dalam kondisi yang rentan secara fisik dan emosional.
Namun, menurut para ahli dan penyintas, memang mengungkapkan pengalaman pahit tersebut pada pasangan bukanlah hal yang mudah. Mengingat, hal ini tetap penting untuk dilakukan, tidak ada salahnya pada tahap ini untuk meminta bantuan pendampingan dari professional ketika kamu akan melakukannya, ya Ladies. Semoga berhasil!
Sumber: Elite Daily