Konflik dengan pasangan bukan lagi bumbu dalam hubungan jika mengancam kesehatan mental hingga nyawa salah satu pihak. Sayangnya, studi Universitas Brigham Young menemukan bahwa banyak pasangan mengalami hal ini dalam hubungannya. Padahal, pertengkaran yang berkaitan dengan kesehatan ini dapat berdampak serius pada fisik dan mental individu yang terlibat, di masa depan.
Menyadari hal ini, Director of Research and Education di The Glendon Association sekaligus pakar hubungan, Lisa Firestone, membagi tips sederhana yang bisa kamu aplikasikan untuk menyelesaikan konflik dalam hubunganmu, Ladies. Menariknya, alih-alih menenangkan diri dengan melepas amarah yang terpendam, tips ini justru membuatmu lebih baik dan berdaya tanpa perlu meluapkan amarah tersebut
Ketika konflik terjadi, Firestone menyarankan untuk menghindari perdebatan. Sebagai gantinya, aplikasikan sikap lunak melalui pendekatan yang penuh kasih sayang. Pasalnya, ketika bersitegang, kamu dan pasangan akan cenderung tidak mampu berkomunikasi dengan baik dan terkendali emosi dalam diri masing-masing. Tak jarang, ketegangan ini memicu munculnya rasa benci terhadap satu sama lain. Kebencian ini kemudian meluapkan rasa frustasi diri yang terpendam dan berakhir dengan skenario terburuk. Kata-kata yang tidak bermaksud kamu ucapkan pun akhirnya keluar, menyakiti kedua belah pihak, hingga membawa penyesalan mendalam.
Ingat Ladies, satu-satunya yang dapat kamu kendalikan dalam hubunganmu ialah dirimu sendiri. Pendekatan penuh kasih ini dapat membantumu untuk mengendalikan diri. Khususnya, dalam mengalihkan fokusmu atas kata-kata dan perilaku yang menyakitkan terhadap pasangan. Setelah itu, kamu dapat melakukan beberapa pendekatan berikut kepada pasangan dengan lebih terkendali dan terbuka.
1. Bersikap santai
Ketika ketegangan terjadi, amarah akan terpicu dan membuat tubuh memanas disertai peningkatan gairah. Pada titik tertentu, suara-suara yang muncul dalam benak pun seakan mendorong diri untuk melakukan tindakan destruktif, seperti menyerang pasangan. Bila ini terjadi, alih-alih meluapkannya, berdiamlah sejenak. Cobalah menarik napas panjang perlahan atau menghitung mundur dari 10, hingga diri merasa tenang. Jeda ini tidak hanya membantumu mengendalikan amarah, tetapi juga membantu menyeleksi ucapan yang akan kamu tuturkan pada pasangan. Selain itu, cara ini juga dapat memberi kesempatan padamu untuk memikirkan tentang tujuan kamu menjalin hubungan dengannya dan tindakan yang akan kamu lakukan selanjutnya.
2. Tidak melakukan pembalasan
Seringkali apa yang dikatakan pasangan saat bersitegang, memancing dirimu untuk membalasnya. Namun demikian, jangan sampai hal ini memancingmu untuk mengikuti alurnya, Ladies. Jangan sampai kata-kata yang dikeluarkannya mengendalikan tindakanmu selanjutnya. Apalagi jika pada akhirnya kamu menyalahkan dirinya atas tindakan lanjutan yang kamu lakukan. Alih-alih berdamai, konflik di antara kalian justru semakin memburuk.
Menurut Firestone, adakalanya memilih untuk menjadi dekat lebih baik dibandingkan menjadi pihak yang benar. Dengan kata lain, pendekatan secara emosional dan terbuka lebih efektif menyelesaikan konflik dibandingkan memenangkan argumen.
3. Tanggapi pasangan dengan lembut
Cobalah untuk mendengarkan bagaimana perasaan pasanganmu. Tanggapilah dengan mengucapkan sesuatu yang hangat dan pengertian. Tentunya, disertai gesture yang menunjukkan perasaan sayangmu. Tidak masalah siapa yang benar dalam konflik tersebut. Hal ini sesuai dengan hasil studi yang menunjukkan, banyak individu ingin pasangannya menunjukkan investasi, menghentikan sikap permusuhan, lebih banyak berkomunikasi, memberikan kasih sayang, dan meminta maaf saat konflik terjadi. Meski sulit untuk dilakukan, namun, terkadang gesture sederhana yang dilakukan ketika berkomunikasi dapat lebih efektif untuk melucuti senjata pasangan saat terjadi konflik dalam hubungan kalian. Misalnya, menatap mata pasangan, memegang tangannya, dan mengomunikasikan dengan jelas tujuan hubunganmu dengannya. Tindakan ini seringkali berhasil meluluhkan hati pasangan dan membuatnya menjadi lebih lunak dan terbuka padamu.
4. Berempati
Bayangkan kamu berada dalam posisi pasanganmu dan berempatilah atas apa yang ia rasakan. Misalnya, ketika pasangan cemburu, telaah terkait apa yang membuatnya merasakan hal tersebut. Ungkapkan maksudmu yang tidak berniat menyakitinya dan menyesali atas apa yang telah terjadi. Tapi, pada praktiknya, tidak berarti kamu menyerahkan diri pada manupulasi emosional, loh! Apalagi sampai menyalahkan dan membungkam opinimu sendiri atas apa yang terjadi.
Sikap ini diterapkan hanya untuk menunjukkan penghargaan atas perasaan yang dimiliki pasangan dan membuka komunikasi dengannya. Cara ini membantumu dan pasangan untuk melihat masalah dari berbagai sudut pandang. Lebih lanjut, komunikasi yang konstruktif ini dapat mendorong kamu dan pasangan untuk saling memahami perspektif satu sama lain dan mencapai pemahaman bersama.
Baca juga: Mengelola Konflik dalam Sebuah Hubungan dengan Humor
5. Komunikasikan apa yang kamu rasakan
Tidak hanya mendengar dari sudut pandangnya, tapi kamu juga perlu mengomunikasikan apa yang kamu rasakan. Tentu saja kamu perlu berhati-hati dalam menyampaikannya. Perhatikan setiap verbal maupun non-verbal yang kamu keluarkan. Perhatikan pula dampak dari cara berkomunikasimu terhadap pasangan. Jangan sampai kamu mengirimkan pesan yang berbeda melalui bahasa tubuh dan verbalmu karena ini akan membuatnya bingung. Selain itu, upayakan untuk jujur dan terbuka atas apa yang kamu rasakan. Sampaikan dengan penuh kasih sayang. Cara ini juga akan membantunya untuk memahami dirimu secara lebih baik. Lebih lanjut, hal ini dapat membantu hubunganmu dengan dirinya semakin kuat.
Perubahan memang tidak mungkin terjadi secara instan. Kamu perlu mengaplikasikannya sedikit demi sedikit. Dengan begini, harapan atas hubungan yang sehat dan ideal antara dirimu dengannya bukan menjadi sesuatu yang mustahil lagi, bukan?
Sumber: PsychAlive