today-is-a-good-day
OUR NETWORK

Insecure dalam Persahabatan, Bisa Jadi Ini Pertanda Imposter Syndrome

Tidak sembarang orang bisa menjadi sahabat, ia pastilah orang yang spesial dan berharga bagi dirimu. Sosok yang selalu ada setiap kamu membutuhkannya. Sosok yang memahamimu sepenuhnya hingga membantu membuat keputusan yang mengubah hidupmu. Namun, saking sempurnanya persahabatan ini di matamu, kamu mulai mempertanyakan nilai dirimu. “Apakah aku layak mendapatkan sahabat yang luar biasa sempurna ini?” Well, Ladies, bila ini terjadi, bisa jadi kamu mengalami imposter syndrome.

Menurut psikiater, Rashmi Parmar dari Community Psychiatry dan MindPath Care Centers, imposter syndrome mengacu pada keraguan yang ada dalam diri. Keraguan ini berkaitan dengan kemampuan, keterampilan atau pencapaian diri. Orang dengan sindrom ini cenderung memiliki rasa takut untuk diekspos oleh orang lain sebagai penipu. Sindrom ini dapat muncul di berbagai aspek kehidupanmu, termasuk dalam hubungan persahabatan.

Biasanya, dalam persahabatan, imposter syndrome akan muncul dalam wujud perasaan rendah diri atau ketidakmampuan kronis yang kamu rasakan. “Dalam persahabatan, sindrom ini sering membuat kamu berpikir bahwa kamu telah menipu teman-teman untuk menyukai dirimu. Kamu juga merasa tidak dapat memenuhi harapan mereka,” ucap Parmar. Perasaan ini biasanya muncul didasari oleh pengalaman atau trauma negatif yang pernah kamu alami, hingga akhirnya mempengaruhi hubungan persahabatanmu.

Bila kamu sedang mengalami hal ini, jangan dibiarkan, ya Ladies. Menurut para ahli, imposter syndrome dapat menjadi siklus yang berbahaya.

Kamu akan mulai merasa tidak nyaman dengan dirimu sendiri, kemudian memperlihatkan kepribadian berbeda yang bukan dirimu di hadapan teman-teman untuk menutupi insecurity-mu. Kepura-puraan inilah yang kemudian akan menyiksa dan membuatmu merasa seperti penipu. Lama kelamaan, hal ini akan menyebabkan stres, kecemasan, dan memunculkan perasaan tidak berharga. Pada akhirnya, kamu akan menarik diri dari persahabatan atau menghindarinya.

Insecure dalam Persahabatan, Bisa Jadi Ini Pertanda Imposter Syndrome
Sumber: creativehealthyfamily.com

Cara mengatasinya

Well, untuk menghilangkannya memang bukan hal yang mudah, tapi juga bukan hal yang tidak mungkin. Butuh waktu, kesabaran, dan keberanian dari dalam dirimu sendiri. Nah, buat kamu yang sudah mantap ingin menghilangkannya, langkah pertama yang perlu kamu lakukan ialah mengeksplor identitas diri dan kepercayaan dirimu. Caranya, bisa dengan menuliskan sejumlah hal yang membuatmu merasa unik atau spesial. Termasuk mengidentifikasi keahlian spesifik yang kamu miliki. Jelajahi kepribadian unik yang membedakanmu dari teman-temanmu, dan pahami serta rangkul nilai dan sistem keyakinanmu. Bila kamu kesulitan menemukan kualitas dirimu, kamu bisa meminta bantuan pada orang kepercayaanmu untuk membantu membuat daftar ini.

Baca juga: Cave Syndrome Bisa Jadi Penyebab Post Pandemic Anxiety yang Tengah Kamu Alami

Nah, setelah kamu menuliskan hal-hal positif dan unik tentang dirimu, lihat daftar itu setiap kali kamu teringat hal-hal negatif tentang dirimu, ya. Bingkai ulang pola pikir atas dirimu dengan bantuan daftar ini. Selain itu, untuk menantang pikiran negatif, kamu juga bisa melakukan restrukturasi pikiran menjadi lebih positif dan realistis. Cara ini, dikatakan Parmer, jadi salah satu teknik utama yang digunakan dalam terapi perilaku kognitif (CBT) untuk memerangi kecemasan dan gangguan depresi, loh!

Beri label hal-hal negatif yang muncul dalam benakmu sebagai sesuatu yang hanya ada dalam pikiran, yang berarti itu bukan dirimu di dunia nyata.

“Seringkali itu adalah suara cemas yang menyusup ke dalam ketakutan kita, dan belajar mengenalinya dapat mengurangi perasaan imposter yang mungkin sedang dihadapi,” jelas Parmer. Ketika melakukannya, kamu perlu membarenginya dengan melakukan tindakan menghindari perilaku yang dapat memicu kemunculan pikiran negatifmu. Misalnya dengan membatasi scrolling media sosial yang bikin kamu membandingkan diri dengan orang lain hingga memunculkan pikiran negatif.

Pada praktiknya untuk mengatasi hal ini akan memakan waktu, ketekunan dan komitmen. So, pastikan fisik dan emosionalmu siap berjuang melawan hal-hal negatif tersebut. Sisipkan waktu khusus di antara perjuanganmu untuk melakukan self-care, agar kesehatan fisik dan mentalmu tetap terjaga. Misalnya dengan berolahraga, bersantai, meditasi, atau cukup tidur. Bila masih belum mempan juga, mungkin itu saatnya kamu berkonsultasi dengan dokter ahli, Ladies.

 

Sumber: Hello Giggles

Must Read

Related Articles