The Nun 2 yang disutradarai oleh Michael Chaves, telah kembali menghantui para penggemar waralaba The Conjuring Universe. Untuk sekuel kali ini memang sedikit berbeda dengan film pertamanya.
Penonton akan diajak menjelajahi bagaimana sekuel ini berhasil mempertahankan ketegangan dengan cara yang berbeda dari film pertamanya. Bukan hanya itu, kru di balik layar juga mampu menciptakan latar yang menakutkan, dan mengembangkan karakter Valak dalam kegelapan yang semakin dalam.
Kesinambungan The Nun 2 yang Menegangkan
Film ini membuka pintu ke kisah yang lebih panjang dan kompleks tanpa kehadiran karakter-karakter seperti Father Burke. Namun, pertunjukan tersebut tetap mempertahankan ikatan dengan film pertamanya melalui perlawanan Suster Irene terhadap iblis menyerupai biarawati.
Sebuah jembatan penghubung yang sebenarnya hampir mirip dengan kisahnya insidious. Semoga saja, suster irene tidak dibuatkan sekuel hingga akhirnya The Nun mencapai 5 sekuel yang terus menurun kualitasnya.
Karakter Maurice (Jonas Bloquet) juga kembali, menghadirkan teror baru di sebuah sekolah yang dulunya adalah gereja. Meskipun tidak terlalu terkait dengan plot film pertama, cerita baru ini berhasil menjaga teror Valak tetap berlanjut.
Kesinambungan yang tetap coba dijaga sehingga seperti sebuah kisah yang berada di universe lain. Walau begitu cukup unik namun bila mengacu pada hukum kontinuitas memang mengandung plot hole, tetapi kalau berdiri sendiri cukup oke.
Latar Gotik yang Mengerikan
Latar tahun 50-an yang dihadirkan dalam film menjadi elemen sentral dalam menciptakan suasana horor. Michael Chaves, yang sebelumnya telah menangani film-film lain dalam The Conjuring Universe, telah mahir dalam menciptakan latar sejarah yang memenuhi sejarah teror pasangan Warren.
Tidak heran bila kualitas dan atmosfernya membuat semua penonton merasa terkoneksi ke Conjuring, bisa dikatakan The Nun 2 ini merupakan alasan mengapa pasangan Warren harus mengatasi hantu ini.
Gereja tua yang menjadi sekolah asrama wanita adalah tempat yang sempurna untuk kebangkitan Valak, dan gaya Gothic bangunan tersebut mempertegas ketakutan yang ada.
Pencahayaan minim yang digunakan oleh Chaves menambah ketegangan saat kemunculan Valak. Berbeda dengan film pertama, The Nun 2 tidak banyak menghadirkan hantu Valak secara langsung.
Teror dalam pertunjukan ini lebih bervariasi, dengan sosok Maurice dan makhluk lain yang menggantikan Valak dalam memberikan ketakutan. Cara tersebut memang berhasil walau membuat perasaan menonton menjadi sedikit menurun.
Walau begitu apa yang ditampilkan bisa dikatakan merupakan pilihan yang cerdas, karena memperdalam sejarah Conjuring Universe dan menambah elemen horor baru dalam film. Meskipun kemunculan Valak terbatas, karakter ini tetap menjadi bagian penting dari cerita, memperluas sejarah iblis dalam Conjuring Universe.
Jumpscare yang Menegangkan
Dalam hal plot The Nun 2 berhasil membangun suasana menegangkan dengan serangkaian jumpscare yang efektif. Meskipun alurnya berjalan lambat, film ini tetap sukses dalam memberikan pengalaman horor yang menarik.
Para penonton dapat menikmati kengerian film ini tanpa harus terus-menerus menutup mata. Dengan durasi 1 jam 50 menit, film ini tetap padat tanpa meninggalkan pertanyaan yang tidak terjawab.
Pertunjukan ini berhasil menghadirkan kembali teror Valak dalam nuansa gotik yang menegangkan. Dengan latar tahun 50-an yang mencekam, karakter yang berkembang, dan pilihan cerdas untuk memperluas Conjuring Universe, film ini menjadi sekuel yang layak dinantikan oleh para penggemar horor.
Meskipun Valak muncul lebih sedikit, kehadirannya tetap kuat, dan The Nun 2 adalah film yang berhasil mengejar kengerian sepanjang durasinya. Untuk poinnya 7 dari 10. Kamu sudah nonton, Ladies? Setuju dengan rating yang MeraMuda berikan?