today-is-a-good-day
OUR NETWORK

Film ‘Shazam! Fury of the Gods’ Lebih Fun Tetapi Masih Kurang

Film Shazam! Fury of the Gods menjadi salah satu film DCEU yang cukup seru dan menyenangkan, walaupun dari penilaian rotten tomatoes kurang menyenangkan. Pada sekuel kedua ini Billy Batson lebih diceritakan bagaimana dirinya menjadi superhero dan mendalami karakternya saat menjadi dewasa.

Tema keluarga yang diangkat, sejujurnya mengingatkan penonton kepada cara Marvel dalam mengemas sebuah cerita. Kesan gelap khas DC memang sangat jauh disini, sepanjang durasi ada banyak unsur komedi yang membuat penonton menikmatinya.

Hanya sebelum melihatnya, perlu diperhatikan dulu kalau Shazam merupakan superhero anak-anak. Jadi, pengemasan ceritanya harus disesuaikan dengan semua umur, begitu pula dengan adegan fighting dan lain sebagainya.

Karakternya yang Kurang Dikemas Dengan Baik

Film 'Shazam! Furry of the Gods' Lebih Fun Tetapi Masih Kurang
Sumber: GenSindo

Film Shazam! Fury of the Gods menampilkan jajaran pemain yang cukup bagus. Akting mereka tidak perlu diragukan lagi, walau ada beberapa kurang maksimal namun masih sedikit termaafkan.

Poin paling mengganggu disini adalah motivasi tokoh Villain. Mungkin, awalnya jahat kemudian jadi baik memang ada di semua film, dan hal itu dijelaskan secara gamblang sehingga, hubungan sebab dan akibat itu dapat dimengerti dan dipahami oleh penonton.

Sayangnya, pada pertunjukan ini motivasi untuk berubah tersebut kurang dijelaskan. Memang sejak awal ketakutan ada, kemudian setelah mengenal cinta semua menjadiberubah begitu saja.

Perubahan inilah yang dirasa kurang motivasinya, apa yang membuat amarah itu menjadi berubah membantunya. Bukan merasa terganggu tetapi sangat aneh karena, penceritaan di awal memang sejahat itu.

Permasalahan CGI Masih Jadi Bahan Utama

Salah satu sorotan paling utama dalam pembuatan film superhero adalah CGI. Harus diakui, untuk film Shazam! Fury of the Gods sendiri penggunaannya masih kurang, hal tersebut adalah imbas dari budget yang dikurangi.

Sepertinya, rumah produksi sudah mulai berpikir keras karena genre superhero mulai mengendur, setelah film Endgame para penonton benar-benar memilih tontonan superhero yang bagus.

Kondisi CGI disini memang cukup parah karena, terlihat di beberapa adegan. Harusnya bisa lebih mulus lagi, walau kekurangannya memang cukup mengganggu, namun dari segi scoring bisa dikatakan juara.

Setiap adegan mulai dari drama dan actionnya sangat tepat dan pas. Jadi penonton bisa merasakan, saat sedang jengkel, marah, seru, tegang, apalagi kalau kamu melihatnya di bioskop dengan versi audio Dolby Atmos.

Rasanya, pertunjukan ini terasa menyenangkan sekali. Harus diakui pada adegan akhir, saat pertarungan melawan naga benar-benar jadi moment cukup epik, bagaimana penonton disuguhkan dengan kekuatan Shazam dan Daughter of Atlas, yang kurang mengesankan karena efek CGI.

Nasib Shazam dan Keluarga

Film 'Shazam! Furry of the Gods' Lebih Fun Tetapi Masih Kurang

Harus diakui bahwa, mitologi Yunani menjadi salah satu sajian yang cukup menarik perhatian. Cerita Film Shazam ini salah satunya. Balutan dramanya memberikan warna tersendiri bagi para penonton.

Sayangnya, Shazam ini menjadi sajian terakhir karena dalam semesta DCEU Peter Safran dan James Gunn, mereka tidak masuk dalam proyek 10 tahunan pertama. Salah satu poin yang cukup mengecewakan.

Walau begitu, masih ada kemungkinan kalau mereka akan mendapatkan film ketiga atau justru masuk dalam cross over. Memang masih menjadi misteri bagaimana James Gunn akan membawa superhero ini.

Secara keseluruhan film ini memang menyenangkan, tetapi tidak bagus. Karena ada poin yang perlu dibenahi lagi, bukan hanya soal kualitas CGI melainkan cerita dramanya sedikit kurang konsisten di beberapa karakter.

Untuk Billy Batson sendiri memang sudah cukup baik, usianya hampir menginjak 18 tahun sudah sesuai dan terasa pas dibandingkan dengan film pertamanya karena perbedaannya 180 derajat sekali.

Bila harus dinilai secara keseluruhan film Shazam ini adalah 68, mengapa demikian? Cerita keluarga yang diangkat hampir mirip sebelah, begitu pula dengan motivasi dan hubungan sebab akibat dari setiap adegan.

Must Read

Related Articles