Film Pintu Surga Terakhir yang dibintangi Roger Danuarta, Cut Meyriska, dan Indro Warkop ini akhirnya rillis di bioskop. Salah satu yang menarik perhatian adalah harga tiketnya yang hanya Rp10 ribu saja, sesuai syarat dan ketentuan berlaku.
Tidak berhenti sampai disitu saja, karya Fajar Bustomi ini mengangkat tema yang memang belum banyak mendapatkan tempat yaitu hubungan antara anak dan ayah. Dibawakan dengan cara yang berbeda dan lebih mengena.
Pada dasarnya, apa yang diperankan oleh Indro Warkop tersebut mencerminkan ketakutan seorang Ayah terhadap anak perempuannya. Ketika beranjak dewasa dan tuntutan mencari pasangan untuk menikah.
Di sini lah letak ketakutan yang mungkin, juga dialami oleh seluruh ayah. Dalam pikirannya, menyimpan keraguan apakah calon imamnya nanti bisa memberikan kebahagiaan untuk putrinya atau justru sebaliknya.
Hubungan emosional karakter satu dengan lainnya
Salah satu kekuatan dari film ini bukan hanya lahir dari ceritanya saja, melainkan hubungan emosional antara satu karakter dengan lainnya. Terutama Irma dan ayahnya, yang selalu dekat dan tidak pernah terpisahkan.
Rasanya Fajar Bustomi paham benar bagaimana caranya memberikan sentuhan emosional sehingga, saat penonton melihatnya ada rasa empati, sesal, dan kesal bercampur aduk. Apa yang dirasakan oleh karakter tersebut tersampaikan.
Tidak heran bila beberapa orang menyarankan untuk membawa tissue. Karena, ada beberapa momen mampu menguras air mata. Rasanya seperti membayangkan bagaimana kalau kamu berada di posisi Irma, apa yang akan dilakukan?
Dari film Pintu Surga Terakhir ini, Fajar Bustomi mengajak penontonnya untuk mengenang dan sedikit berandai-andai bagaimana kalau kondisi itu terjadi. Alur ceritanya relate terhadap kehidupan sehari-hari.
Tidak heran bila suasana yang dihadirkan sepanjang durasi, terasa begitu nyata. Fajar Bustomi paham benar cara membuat mereka hanyut dalam cerita, tanpa beranjak sedikit saja atau bersedia mengalihkan perhatiannya untuk yang lain.
Selera humor yang cukup seimbang
Tidak hanya dibawa untuk menangis saja, kamu juga bisa tertawa dengan selera humor yang terasa tepat. Tidak menurunkan tensi emosi yang sudah dibangun sejak awal. Justru menjadi sebuah obat.
Campur aduknya perasaan inilah yang membuat film Pintu Surga Terakhir menjadi sajian menarik untuk ditonton oleh semua kalangan. Banyak pelajaran kehidupan yang bisa diambil dari sini.
Rasanya mengajak seluruh keluarga untuk menikmati akhir pekan dengan menonton cukup menyenangkan. Apalagi, cerita yang dihadirkan sangat ramah untuk anak, tidak terlalu berat dan mudah ditangkap.
Mengajarkan arti perjuangan dan berbakti kepada orang tua
Harus diakui film Pintu Surga Terakhir ini merupakan sebuah perjuangan harus dilakukan oleh Roger Danuarta dalam memerankan tokoh Yusuf. Karena, Irma sendiri sulit untuk jatuh cinta dan tidak pernah memandang sosok lain selain figur ayahnya.
Hal inilah yang membuat Roger Danuarta harus berjuang dan menempuh berbagai macam cara untuk meyakinkan Irma. Sesuatu hal yang sebenarnya sudah biasa bukan, hanya saja menjadi sesuatu fantastis karena, harus bersaing dengan ayahnya sendiri.
Kondisi tersebut termasuk yang sulit karena, Irma sendiri merasa tidak tega meninggalkan ayahnya untuk membina rumah tangga. Perasaan tersebut bisa dikatakan menjadi cermin tanda bakti seorang anak kepada orang tua.
Pada dasarnya, Irma sendiri juga berkecamuk dalam hati. Dimana keinginan untuk menikah tinggi, tetapi dia juga harus memikirkan bagaimana nasib orang tuanya nanti. Film ini memberikan banyak pertanyaan yang jawabannya cukup menarik.
Fajar Bustomi sedikit melakukan cerita out of the box, sehingga penonton dibuat terpukau dengan semua sajiannya dari awal sampai akhir. Tidak ada ungkapan yang tepat selain menontonnya sekarang juga.
Pintu Surga Terakhir menjadi sajian awal dikala pandemi, dengan semangat dari menparekraf, dan seluruh masyarakat Indonesia diharapkan film produksi Falcon Picture ini menjadi awal kebangkitan film nasional.