Film Avatar: The Way of Water akhirnya rillis juga setelah 13 tahun lamanya seakan tenggelam dan tidak ada kabar sama sekali. James Cameron kembali ditunjuk menjadi sutradara untuk sekuel kedua ini, lalu bagaimana hasilnya?
Sungguh di luar dugaan memang, James Cameroon memberikan sentuhan ajaib untuk karya yang pernah menjadi film terlaris sepanjang masa itu, teknologi kamera dan penggunaan CGI terlihat mengesankan.
Tidak tanggung-tanggung, tim menggunakan 120 fps yang membuat pergerakan gambarnya sangat halus, tanpa cacat, dan membuat mata seakan terbuai melihat keindahannya. Terutama bagi penonton 3D atau IMAX, sensasinya luar biasa.
Film Avatar Standar Baru Hollywood
Salah satu alasan mengapa film Hollywood begitu disukai oleh seluruh penonton adalah kualitas CGI-nya meningkat cukup tajam. Inilah standar baru untuk seluruh sutradara dengan genre yang sama.
Pemandangan lautnya benar-benar membuat mata ini sulit berkedip, penonton seperti dibawa melihat bagaimana keindahan bawah laut, seakan ikutan snorkeling dan diving. Terlihat sangat nyata apalagi, permainan cahayanya.
Pada film pertamanya, penonton bisa melihat bagaimana panorama hutan Pandora secara detail, baru kali ini melihat keindahan dari sebuah hutan walau hanya dalam layar. Tetapi, kesan bagus tersebut langsung terbantahkan.
The Way of Water memberikan pesona yang sesungguhnya, bebatuan karang, kehidupan laut, seperti terlihat sangat nyata. Bahkan, hal detail seperti puing dan percikan api serta air sangat terasa. Semua pengalaman ini akan didapatkan Andai saja, kamu melihatnya dalam format 3D, walau hanya rilis terbatas.
Dibagi Menjadi 3 Babak
Film Avatar pada dasarnya mempunyai 3 babak yang membuat pertunjukan ini sangat menarik. Total durasinya 3 jam, maka 1 jam pertamanya penonton akan dibawa kepada masalah atau konflik yang akan tersaji.
Pertarungan di Pandora yang mengesankan memberikan pengalaman yang membuat kamu akan menaikkan standar film Hollywood ke atas lebih tinggi. Setelah selesai dengan perseteruan utama, di babak kedua akan disuguhkan dengan efek CGI.
Jam kedua ini penonton sedikit dibuat cooling down dulu, relaksasinya tidak kaleng-kaleng memang. Walaupun ceritanya cukup lambat di paruh kedua, tetapi disinilah penonton akan terpukau.
Barulah pada babak akhir atau jam ke 3, penonton akan di buat kembali tegang karena konflik utamanya mulai diiperlihatkan. Pertarungan seru yang melibatkan hewan dan manusia persenjataan lengkap dan sederhana kembali menaikkan adrenalin kamu.
Pertarungannya dikemas epik walaupun beberapa hal terlihat sedikit pengulangan. Kondisi tersebut sedikit mengecewakan hanya saja, tertutup dengan adegan actionnya terasa cepat dan penuh emosional.
Dalam babak ke 3 ini, rasanya patah hati dan membuat kamu kesal, apalgi kisah tulkun yang dikemas menarik dan dramatis. Sebenarnya, James Cameron masih bisa mengembangkannya jauh lebih baik lagi.
Keluarga Jake Sully yang Membuat Jatuh Cinta
Film Avatar menghadirkan keluarga Jake Sully yang membuat kamu akan jatuh cinta dengan mereka. Hadirnya karakter baru dengan anak-anaknya, menghadirkan rasa empati, apalagii konflik yang dihadirkan memang relate dengan kehidupan.
Jake Sully yang bertemu dengan bangsa Na’vi seperti memberikan warna baru. Ilmu dan pelajaran baru dapat terlihat. Bentuk mereka memang berbeda, tetapi tidak mengurangi bagaiman kebersamaan yang terjadi.
Pembangunan cerita dengan memperkenalkan bangsa yang hidup dengan air adalah ide luar biasa, apakah untuk sekuel ketiganya mereka akan berpetualang di negeri angin dan api? Tunggu saja kelanjutannya.
Satu poin yang buat film ini menjadi rasa Indonesia adalah inspirasi James Cameroon adalah Indonesia. Mulai dari lautan, sampai tempat tinggal di atas pohon dan karang. Semua berasal dari Suku Bajo.
Film Avatar: The Way of Water menjadi persembahan terbaik sepanjang masa. Standar baru bagi perfilman Hollywood rasa indonesia, yang sudah terkenal dengan perangkat teknologinya. Bisa dipastikan beberapa tahun kedepan, penonton akan lebih dimanjakan dengan visualnya.