MaxMara merupakan fashion brand mewah asal Italia. Didirikan oleh Achille Maramotti pada 1951, MaxMara kini mampu meraih omset sebesar 1,2 milliar Euro. Namun, ada kejadian tidak mengenakkan yang terjadi baru-baru ini terhadap brand tersebut. Max Mara dituding “menyontek” desain busana terbarunya dari komunitas kecil di sebelah utara Laos. Sekelompok orang di Laos mengatakan designer Max Mara mencuri ide dari pakaian mereka tanpa adanya kompensasi ataupun pernyataan resmi terkait desain yang diambil tersebut.
Baca juga: Ups, Dior Diprotes Warga Romania karena Ketahuan Menjiplak Busana Tradisionalnya
Komunitas tersebut dikenal dengan sebutan Oma, komunitas agrikultur kecil yang dapat dijumpai di bagian utara Laos, barat laut Vietnam, dan bagian selatan Cina. Komunitas Oma yang tinggal di Laos diperkirakan tidak melebihi 2.000 orang. Mereka memang dikenal dengan pakaian tradisional dengan cat indigo dan bordir merahnya yang menawan.
Dilansir dari BuzzFeed.News, organisasi Traditional Arts and Ethnology Centre (TAEC), Max Mara memakai desain yang sudah digunakan lebih dulu oleh komunitas Oma. Padahal beberapa tahun belakangan ini masyarakat Oma sudah mulai mendapatkan omset dari penjualan dari hasil kerajinan tangan mereka.
“Di komunitas yang berpindah-pindah, dengan kesempatan perekonomian yang kecil, pendapatan dari hasil kerajinan tangan mereka menjadi vital, mereka bisa menggunakan pendapatan tersebut untuk memperbaiki nutrisi, kesehatan, serta untuk pendidikan bagi anak-anak mereka” kata Tara Gujadhur, co-director TAEC kepada BuzzFeed News.
Sehingga kami berusaha untuk memberi peringatan kepada Max Mara yang sudah mereplika desain baju komunitas Oma tersebut. Berikut beberapa desain dari koleksi MaxMara yang terlihat mirip dengan baju komunitas Oma.
Di sini kamu bisa bandingkan lengan baju MaxMara dengan desain lengan baju Oma, hm… memang terlihat cukup mirip ya, Ladies?
Ini contoh lainnya, Ladies.
Kamu bisa lihat harga satu baju terusannya MaxMara yang sangat tinggi, sebuah dress yang dituding dicuri idenya oleh TAEC dibanderol seharga $935 (atau sekitar Rp9 jutaan kalau dikonversi ke mata uang rupiah).
“Mari kita perjelas, desain ini tidak terinspirasi dan atau tidak juga merupakan interpretasi dari motif Oma; mereka meng-copy. Komposisi, warna, serta motifnya sangat mereplika, jadi selain MaxMara malas, dan menciptakan desain yang tidak original, hal ini juga merupakan plagiarism secara langsung,” TAEC menulis di sebuah postingan di Facebook.
“Ketidakseimbangan yang sangat kuat sungguh kejam sekali – sebuah fashion brand internasional mengambil keuntungan dari desain tradisional suku minoritas di pedalaman tenggara Asia. Sangat penting untuk memberikan pengakuan dan pemberian imbalan kepada seorang artis atas kerja keras dan kreativitasnya, tidak peduli tentang siapa dia dan dari mana dia berasal.
MaxMara masih belum merespon ketika BuzzFeed News menanyakan tanggapan komentarnya mengenai permasalahan ini. Sang designer Max Mara pun belum memberikan komentar terhadap TAEC, yang telah lebih dahulu menghubungi si designer pada 2 April lalu.
Baca juga: Luncurkan Parfum Baru, Kim Kardashian Tiru Desain Botol dari Brand Lain?
Sekarang, TAEC menginginkan aksi nyata. Mereka meminta Max Mara untuk menarik pertanyaan terhadap pakaiannya, mendonasikan pendapatannya kepada “organisasi yang mengacu kepada orang-orang yang paham terhadap hak dan harta benda dari suku minoritas” dan berjanji tidak akan melakukan plagiat desain di kemudian hari.
Wah, kalau beneran mencuri idenya sih, bener-bener nggak cool nih. Mendingan langsung aja digandeng komunitasnya terus bagi hasil deh. Kalau begini, kan merusak nama baik sendiri jadinya. Yah, semoga masalah ini cepet diambil jalan tengahnya deh biar sama-sama enak. Kita doain aja yang terbaik ya, Ladies.
Sumber: BuzzFeed.com