OUR NETWORK

Tidak Langsung, Inilah Efek dari Makanan Olahan pada Otak di Kemudian Hari

Makanan olahan memang lezat, mudah dimasak, dan menggugah selera. Namun sayangnya, kelezatannya belum tentu baik untuk tubuhmu, Ladies. Sangat mudah untuk menikmati makanan olahan, tetapi itu tidak berarti semuanya baik untuk kita. Faktanya, bukti menunjukkan bahwa makan terlalu banyak makanan olahan dikaitkan dengan insiden penyakit jantung yang lebih tinggi dan tingkat kematian semua penyebab yang lebih tinggi.

Sebaliknya, makanan yang tidak diproses alias makanan dalam keadaan alami, seperti buah utuh, kacang utuh, daging mentah, dan sayur yang memang cukup merepotkan untuk dimasaka. 

Makanan olahan telah mengalami semacam perubahan dari bentuk aslinya, dan kebanyakan dikemas atau disegel untuk menjaga kesegaran. Beberapa jenis makanan olahan yang sering dikonsumsi antara lain roti dan buah kaleng. 

Di atas itu, ada pula makanan ultra-olahan atau ultra-processed food yang  mengalami lebih banyak perubahan daripada makanan olahan dan memiliki bahan tambahan seperti garam, gula, lemak, penambah rasa, dan pewarna buatan. Sementara makanan ini mungkin nyaman untuk dimakan, penelitian baru yang dipublikasikan di JAMA Neurology tampaknya mendukung gagasan bahwa makanan olahan meningkatkan risiko penurunan kognitif, terutama pada orang paruh baya.

Makanan ultra-olahan meningkatkan risiko gangguan kognitif.

Tidak Langsung, Inilah Efek dari Makanan Olahan pada Otak di Kemudian Hari
Foto: healthdigest

Studi kohort prospektif melibatkan orang-orang dari enam kota di Brasil. Peneliti memeriksa kesehatan mental peserta antara 2008 dan 2019 dan peserta berusia antara 35 hingga 74 tahun. Dari jumlah tersebut, 54,6% adalah wanita dan 53,1% adalah ras Kaukasia. Para peserta diminta untuk membagi makanan yang mereka konsumsi menjadi empat kelompok. Kelompok satu — makanan yang tidak diproses atau diproses secara minimal; kelompok dua — bahan kuliner olahan; kelompok tiga — makanan olahan; dan kelompok empat — makanan ultra-olahan.

Baca juga: 3 Menu Sarapan yang dapat Meningkatkan Kinerja Otak

Para peneliti menemukan bahwa individu yang diet hariannya terdiri dari lebih dari 19,9% makanan ultra-olahan memiliki tingkat penurunan kognitif keseluruhan 28% lebih cepat dan tingkat penurunan fungsi eksekutif 25% lebih cepat setelah delapan tahun. “Membatasi konsumsi UPF [(makanan ultra-olahan)], terutama pada orang dewasa paruh baya, mungkin merupakan bentuk yang efisien untuk mencegah penurunan kognitif,” catat penulis studi dalam kesimpulan mereka. Membatasi makanan ini juga mengurangi jumlah lemak trans, kalori, dan karbohidrat olahan. Semuanya dapat menyebabkan beberapa kondisi kesehatan, termasuk diabetes tipe 2 dan obesitas.

 

Sumber: healthdigest.com

Must Read

Related Articles