OUR NETWORK

Memahami Nokturia dan Nokturnal Enuresis, Kondisi Sering Buang Air Kecil pada Malam Hari

Apakah Ladies kerap terbangun di malam hari karena harus buang air kecil? Kalau hanya sesekali dan tidak terjadi setiap malam sih rasanya wajar ya, Ladies. Tapi kalau kamu berkemih beberapa kali dalam periode tidur utama di malam hari, kondisi ini dalam dunia media dikenal sebagai nokturia. Sedangkan pada anak-anak, disebut dengan nokturia enuresis. Dalam rangka Pertemuan Ilmiah Tahunan Asosiasi Urologi Indonesia, Ikatan Ahli Urologi Indonesia (IAUI) dan Indonesian Society of Female and Functional Urology (INA-SFFU) menyelenggarakan Virtual Press Conference. Para narasumber ahli pun menghimbau masyarakat untuk segera berkonsultasi ke dokter karena dalam jangka panjang nokturia dapat menurunkan kualitas hidup.

Acara tahun ini merupakan edisi ke-43 Pertemuan Ilmiah Tahunan Asosiasi Urologi Indonesia (ASMIUA). Dan karena situasi pandemi yang belum usai, tahun ini akan menjadi edisi pertama acara ini diselenggarakan melalui platform online. Berbagai acara yang akan digelar antara lain masterclass sesuai cabang keminatan urologi, simposium, poster dan presentasi ilmiah, serta rapat keanggotaan tahunan.

Dr. dr. Nur Rasyid, SpU (K), Ketua Ikatan Ahli Urologi Indonesia (IAUI) memberi penjelasan mengenai dampak nokturia. “Nokturia sangat memengaruhi kualitas hidup, apabila tidak diatasi dengan tepat, dapat menyebabkan masalah sosial, bahkan enomomi bagi penderitanya,” ujarnya. Mengingat ada banyaknya faktor penyebab dari penyakit ini, pengurus pusat IAUI dan anggota INA-SFFU membuat pedoman baru untuk diagnosis dan tatalaksana nokturia. “Ini yang nantinya diharapkan dapat membantu dokter spesialis, dokter umum, dan tenaga kesehatan lain untuk melakukan pendekatan, menegakkan diagnosis, dan merencanakan terapi nokturia dari berbagai aspek sehingga dapat tercapai perbaikan gejala dan kualitas hidup.”

Studi prevalensi dan faktor risiko nokturia di Indonesia menunjukkan prevalensi nokturia sebesar 61,4%

Studi ini melibatkan 1.555 subyek dari 7 kota. Dari jumlah tersebut sebanyak 61,4% dilaporkan pada laki-laki dan 38,6% pada perempuan.

Memahami Nokturia dan Nokturnal Enuresis, Kondisi Sering Buang Air Kecil pada Malam Hari
dr. Harrina Erlianti Rahardjo, SpU (K), PhD via Eugenia Communications

dr. Harrina Erlianti Rahardjo, SpU (K), PhD, Ketua Indonesian Society of Female and Functional Urology (INASFFU) memaparkan lebih jauh mengenai nokturia. Dalam presentasinya, dr. Harinna menjelaskan bahwa kelainan saluran kemih bagian bawah, gangguan ginjal, hormonal, tidur, jantung dan pembuluh darah, psikologis, dan diet dapat menjadi penyebabnya. Tahapan pemeriksaan biasanya dimulai dengan wawancara, lalu dilanjutkan dengan berbagai pemeriksaan fisik. Pemeriksaan penunjang juga akan dilakukan jika memang diperlukan. Biasanya meliputi pemeriksaan protein spesifik antigen (PSA) untuk prostat, fungsi ginjal, elektrolit darah, gula darah, dan analisis urine.

Selain itu ada pula terapi perilaku yang dapat dilakukan, Ladies. “Intervensi gaya hidup yang dapat dilakukan yakni pembatasan garam, protein, dan kalori untuk pencegahan terhadap obesitas dan diabetes serta membatasi asupan cairan di sore dan malam hari (terutama antara makan malam dan waktu tidur),” ujar dr. Harrina. Pembatasan konsumsi alkohol dan kafein juga diperlukan serta diet dengan kalori seimbang. Ia menambahkan bahwa pemberian obat dilakukan jika terapi lini pertama seperti intervensi gaya hidup, latihan kandung kemih, dan otot dasar panggul tidak menghasilkan perbaikan gejala. “Keputusan pemberian obat, yaitu desmopresin mempertimbangkan usia, jenis kelamin, fungsi ginjal, kelainan jantung, kadar natrium (garam) dalam darah, kebiasaan minum, dan pengobatan yang sedang dikonsumsi pasien. Setelah pemberian desmopresin diperlukan evaluasi berkala gejala klinis dan efek samping obat.”

Memahami Nokturia dan Nokturnal Enuresis, Kondisi Sering Buang Air Kecil pada Malam Hari
Dr. dr. Irfan Wahyudi, SpU(K) via Eugenia Communications

Dr. dr. Dyah Purnamasari, SpPD, KEMD, Staf Medis Divisi Metabolik Endokrin dan Diabetes, Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM pun memberi penjelasan. “Prevalensi nokturia pada penyandang DM tipe 2 dilaporkan berkisar 55-80%, sedangkan nokturia berat sebesar 25%. Kejadian dan derajat keparahan nokturia meningkat seiring dengan bertambahnya usia dan adanya kandung kemih yang overaktif (OAB).” Masih menurut dr. Dyah, penatalaksanaan nokturia memerlukan pendekatan komprehensif mulai dari mengatasi penyakit dasar. Evaluasi penyakit penyerta atau obat-obatan yang memudahkan kejadian nokturia juga diperlukan.

Memahami Nokturia dan Nokturnal Enuresis, Kondisi Sering Buang Air Kecil pada Malam Hari
Dr. dr. Irfan Wahyudi, SpU(K) via Eugenia Communications

Sementara itu Dr. dr. Irfan Wahyudi, SpU (K), Kepala Departemen Urologi FKUI-RSCM juga menjelaskan nokturnal enuresis pada anak-anak.

Jika tidak diikuti gejala berkemih lain, maka kondisinya disebut sebagai monosimtomatik enuresis (MNE) yang umumnya mungkib lebih dikenal dengan ‘mengompol’ ya, Ladies. Angka kejadiannya bervariasi antara 4%-19% pada populasi anak di seluruh dunia dan biasanya akan menurun sesuai dengan bertambahnya usia anak.

“Faktor penyebab nokturnal enuresis bersifat multifaktorial yakni kondisi genetik, konstipasi, infeksi saluran kemih, kapasitas kandung kemih yang kecil, ansietas, gangguan tidur, dan diabetes.”

Sama seperti pada orang dewasa, terapi yang dilakukan perlu disesuaikan dengan penyebab utamanya melalui pemantauan dan perbaikan gaya hidup. Di antaranya dengan menghindari konsumsi cairan berlebih pada malam hari, menghindari konsumsi kafein, menghindari diet tinggi protein atau garam pada malam hari, dan mengingatkan untuk berkemih sebelum tidur.

Nah, jika Ladies mengalami nokturia hingga mengganggu kualitas tidurmu, sudah saatnya memeriksakan diri ke dokter ya, Ladies.

Must Read

Related Articles