Semua kegiatan yang serba online selama pandemi memaksa kita untuk terus berinteraksi dengan layar setiap hari. Mulai dari bangun tidur, hingga kembali tidur. Berinteraksi dengan layar seperti komputer, laptop, televisi, handphone, dan lainnya, berarti menerima paparan blue light sepanjang hari. Berdasarkan hal inilah kemudian muncul berbagai skincare yang fokus pada perawatan kulit dari paparan blue light. Banyak penelitian telah membuktikan bahwa blue light memberikan dampak yang buruk pada kesehatan mata. Namun, apakah paparannya juga dapat mempengaruhi kesehatan kulit? Apakah blue light-blocking skincare benar-benar penting dan bermanfaat?
Sebelum itu, penulis, senior editor AllAboutVision.com, sekaligus praktisi berpengalaman, Gary Heiting, mengajak kita untuk mengenal lebih dahulu, apa itu blue light.
Ketika mata kita melihat cahaya, Heiting mengatakan, cahaya yang kita lihat itu sebenarnya terdiri dari berbagai warna yang berbeda. Setiap warna memiliki rentang energi dan panjang gelombangnya sendiri. Cahaya biru atau blue light menurutnya memiliki energi tertinggi dari semua komponen cahaya, hampir sama dengan beberapa sinar ultraviolet (UV) yang dikaitkan dengan kanker kulit, katarak, dan berbagai masalah kesehatan mata.
Meski begitu, menurut Heiting, blue light ini tampaknya tidak memiliki kekuatan sebesar sinar UV. Ia tidak mampu menyebabkan kulit terbakar atau kanker kulit sebagaimana dilakukan sinar UV. Justru sebaliknya, blue light bahkan seringkali dimanfaatkan untuk kesehatan kulit pada kadar dan cara yang terkendali. Banyak dokter kulit yang menggunakan blue light untuk membantu mengatasi berbagai masalah kulit, seperti jerawat, psoriasis, dermatitis atopik, dan kondisi kulit lain. Jenis cahaya ini juga telah dimanfaatkan untuk mempercepat penyembuhan luka dan mengobati kanker kulit yang ringan. Tapi, mengingat kadar dan frekuensi perawatan dengan menggunakan blue light ini disesuaikan dengan anjuran dokter ahli, akan berbeda halnya dengan paparan blue light yang kamu alami sehari-hari dari berbagai perangkat elektronik.
Dermatologis, Josua Zeichner, menyatakan, meski tidak menyebabkan masalah kulit yang serius, paparan blue light yang berlebihan dapat memberikan efek degeneratif.
“Meski tidak menembus ke dalam kulit sedalam sinar UV, paparan blue light yang berlebihan telah dikaitkan dengan penuaan dini pada kulit,” ungkapnya. Cahaya jenis ini juga dikatakannya telah terbukti meningkatkan kerusakan dari radikal bebas yang merangsang produksi pigmen serta memunculkan bintik hitam. Senada dengan Zeichner, Heiting menambahkan, paparan blue light yang tidak terkendali dapat menyebabkan perubahan oksidatif pada kulit sehat yang menyebabkan penuaan dini, seperti kerutan, dan efek berbahaya lainnya.
Baca juga: 3 Rekomendasi Kacamata Blue-Light Filtering yang Harus Kamu Miliki
Mengingat, kecil kemungkinan penggunaan alat elektronik di masa depan akan berkurang, maka, Zeichner menyarankan beberapa cara yang dapat mencegah atau mengurangi dampak buruknya. Salah satunya ialah dengan memilih alat elektronik yang bersertifikat “low blue light”. Tenang saja Ladies, banyak industri yang telah sadar dengan bahaya paparan blue light berlebih ini, sehingga, mereka telah menyediakan perangkat dengan paparan blue light yang rendah dari layarnya.
Di samping itu, sebagaimana pada mata, Zeichner juga menyarankanmu untuk mengaplikasikan perlindungan ekstra pada kulit. Perlindungan ini dapat berbentuk serum atau pelembap dengan kandungan sunscreen. So, produk-produk skincare yang berfokus pada blue light dipasaran itu berfungsi sebagai pencegahan, Ladies. Meski hingga kini masih diperlukan penelitian lebih lanjut terkait dampak jangka panjang dari blue light pada kulit, tapi tidak ada salahnya kok untuk melakukan pencegahan dari sekarang.
Sumber: Byrdie