Pantun merupakan salah satu budaya Indonesia yang sempat tenggelam. Tetapi, kali ini melalui menteri pariwisata dan ekonomi kreatif. Puisi lama tersebut mulai dikembangkan kembali.
Bahkan, beberapa publik figur sering menggunakannya. Menariknya lagi, salah satu Sinetron Indonesia juga melestarikannya melalui beberapa adegan yang setiap kemunculannya selalu diawali dengan membaca sebuah pantun.
Menurut cerita rakyatnya, pantun ini pertama kali muncul dalam sejarah melayu. Pada waktu itu melalui beberapa hikayat. Pertama kali ditulis oleh Haji Ibrahim Datuk Kaya Muda Riau. Beliau dulu hidup satu zaman dengan Raja Ali Haji.
Melalui karya dan tulisannya, sastrawan tersebut mempersembahkan buku pertamanya dengan judul Perhimpunan Pantun-Pantun Melayu. Namanya sendiri diambil dari bahasa Minang yang artinya adalah penuntun.
Sebenarnya, beberapa kerajaan Nusantara mempunyai karya seni sejenis. Contohnya, Jawa mempunyai parikan, kalau mempelajari kesenian Sunda maka penyebutannya menjadi Paparikan. Beda lagi di Batak, dikenal dengan Umpasa.
Ciri-Ciri Pantun
Dari struktur yang disajikan dalam setiap karyanya, Puisi lama Indonesia ini mempunyai berbagai macam ciri seperti, Setiap bait memiliki empat baris yang disebut dengan larik, dimana setiap barisnya terdiri dari minimal 8 kata dan maksimal 12 kata.
Rima akhir pada setiap barisnya adalah a b a b. Dalam tahap pembuatannya, khusus untuk baris satu dan dua merupakan sampiran. Sementara, untuk tiga dan empat adalah isi atau pokok bahasan utama.
Dalam pembuatannya, bagian sampiran tersebut biasanya berisi mengenai keindahan alam serta kebudayaan setempat. Menariknya, bagian satu dan keduanya tidak saling berhubungan.
Tetapi, harus terkoneksi dengan bagian isinya, apakah pembuatannya sulit? Sebenarnya tidak, hanya saja menghubungkan bagian atas dan bawah tersebut yang membutuhkan pemahaman lebih.
Baca juga: Simlish, Sejarah Bahasa Random The Sims
Unsur-Unsur dari pantun
Dalam membuatnya, kamu harus pahami dulu berbagai macam unsur yang akan membentuk karya seni ini. Mulai dari tokoh, amanat, tema, latar, serta tempat. Bahkan, Puisi lama ini mengandung plot serta alur.
Dalam pembentukannya ada sebuah ciri khas yang wajib diketahui namanya ada Rima. Menurut pengertiannya merupakan akhiran dari sebuah kata yang harusnya sama semua. Inilah salah satu daya tariknya.
Pada bagian tersebut dinamakan sebagai unsur intrinsik. Selanjutnya, karya ini dibangun dengan memanfaatkan unsur lain yaitu ekstrinsik yaitu sebuah latar keadaan yang mengakibatkan seseorang harus membuatnya.
Misalnya, seorang seniman menciptakan karya tentang keadaan sosial politik dimana, inspirasinya adalah orang kelaparan. Inilah unsur ekstrinsik yang wajib diperhatikan oleh penulisn, karena digunakan sebagai langkah awal dalam membuatnya.
Unsur ekstrinsik bisa diraih dari mana dan kapan saja. Bahkan, saat orang sedang berjalan di sebuah kota saja, pembentuk dari pantun ini bisa ditemukan. Oleh karena itu, para seniman tersebut lebih peka terhadap segala sesuatunya.
Fungsi dari keberadaan pantun
Zaman dulu, pantun menjadi sebuah alat untuk memberikan nasehat bagi orang sekitar. Bisa juga digunakan sebagai bentuk sindiran terhadapa penguasa. Selain itu, puisi lama ini juga punya peran penting untuk kesehatan.
Dimana, sebelum membuatnya mereka harus berpikir terlebih dulu mengenai bagaimana melakukan sinkronisasi antara sampiran serta isinya. Hal ini akan memicu tingkat kreativitas seseorang dan mencegahnya dari kepikunan.
Fungsi lainnya dalam bersosialisasi, melantunkan pantun menjadi sesuatu yang enak untuk dilakukan. Rasanya, saling bersahutan ini menjadi satu bentuk keakraban antar teman. Apalagi, zaman dulu peran media sosial dan handphone belum seperti ini.
Selanjutnya, makna yang tersiarkan dalam setiap baitnya memiliki makna hanya saja tidak cukup satu tetapi, sangat luas dan bisa disesuaikan dengan kondisinya. Inilah alasan mengapa karya seni ini masih bertahan dan kembali dipopulerkan.
Bukan hanya sebagai bentuk melestarikan budaya saja melainkan, menggali kreativitas dalam diri. Setiap kata yang terucap dari pantun bukanlah sembarangan. Ada sesuatu yang tersirat di dalamnya. Kalau kamu, bisa membuat puisi lama ini?