Penyakit autoimun adalah kondisi di mana sistem kekebalan tubuh malah menyerang sel-sel yang sehat. Penyakit ini dapat menyerang organ tubuh berbeda, salah satunya kulit. Di masa pandemi ini, autoimum juga menjadi salah satu penyakit yang perlu diperhatikan. Penyakit ini dapat memengaruhi kualitas hidup penderitanya karena bersifat kronis jangka panjang dan kambuhan. Selain kontrol rutin, pola hidup sehat harus diterapkan untuk memperbaiki kualitas hidup mereka. Pertanyaan lain yang kerap muncul terkait kapan dan apakah pasiennya boleh vaksin COVID-19.
Pada virtual media briefing pagi (3/11) ini, dr. Anthony Handoko, SpKK, FINSDV, CEO Klinik Pramudia menyatakan pentingnya pengetahuan dari pasien dan masyarakat secara umum terkait penyakitnya. Termasuk bagaimana mencegah agar tidak kambuh, cara pengobatan yang benar, dan kapan harus berobat. “Jika semuaya sudah terskrining dengan baik, dokter akan bisa memberikan saran kapan mereka bisa melakukan vaksinasi COVID-19. Tentu bisa divaksin, tapi pastinya ada pemeriksaan terlebih dahulu.”
Sementara itu dr. Amelia Soebyanto, Sp.DV, Spesialis kulit dan kelamin (Dermato-venereologi) Klinik Pramudia memberikan pemaparan umum mengenai autoimun kulit. Secara umum, gejala autoimun kulit yang biasa ditemukan berupa bercak kemerahan atau bercak putih yang dapat muncul di permukaan kulit, rambut, atau kuku. Kadang disertai dengan lepuhan dan keterlibatan mukosa seperti mukosa mulut, mata, maupun kelamin.
Faktor risiko autoimun kulit terbagi menjadi faktor internal dan eksternal.
Penyakit ini tidak menural, namun bisa terjadi karena faktor genetik, misalnya jika ada anggota keluarga yang juga mengidap penyakit yang sama. “Secara eksternal, autoimun kulit ini bisa terjadi akibat faktor lingkunga seperti infeksi, obat-obatan, merokok, obesitas, paparan sinar UV yang berlebihan, dan lainnya.”
Baca juga: Ladies, Ketahui 4 Penyakit Autoimun yang Paing Sering Menyerang Wanita
Tiga penyakit autoimun kulit yang kerap muncul di masa pandemi adaah psoriasis, vitiligo, dan urtikaria (biduran). Untuk mencegahnya kambuh, pasien harus menerapkan gaya hidup sehat dengan konsumsi makanan bergizi kayak vitamin D dan berhenti merokok. Selain itu, faktor stres juga dapat menjadi pemicu kekambuhan. Karenanya penting untuk menjaga kesehatan mental dengan tetap atif dan berpikir positif, serta mampu memanajemen stres. “Dan yang terpenting, segera melakukan konsultasi ke dokter spesialis kulit jika mengalami gejala atau kekambuhan.”
Untuk pengobatan, ada cara pengobatan spesifik masing-masing ya, Ladies.
Namun secara umum, tatalaksananya berupa obat oles, obat minum, obat suntik, maupun fototerapi atau fotokemoterapi. Tentunya berdasarkan pertimbangan jenis penyakit, luas, dan derajat keparahan penyakit, serta kondisi penyertanya atau komorbiditas. “Selain obat-obatan, penatalaksanaan non-medikamentosa juga penting, yakni dengan menghindari garukan dan trauma, hingga manajemen stres yang baik juga berperan penting dalam membantu mengendalikan penyakit autoimun kulit ini,” jelas dr. Amelia.
Walau ada keterbatasan akibat kondisi pandemi, pasien dihimbau untuk tidak takut memeriksakan diri ke dokter. Nantinya jika kondisinya terkontrol dan penggunaan obat sesuai dengan anjuran dan di bawah pengawasan dokter speliasi kulit, pasien pun bisa memperoleh vaksin COVID-19.