Jika ladies mengingat-ingat kisah romantis masa SMP atau SMA dulu, mungkin ladies akan menutup wajah sambil berteriak “Ya ampun, malu-maluin, norak, dan nggak penting banget!” Mungkin film “A Little Thing Crazy Called Love” cukup mewakili betapa noraknya sikap remaja perempuan pada saat naksir-naksiran zaman dulu hihihi. ? Jangan menyesali diri ladies terlalu dalam ya sebab hal tersebut sangatlah wajar dialami oleh remaja.
Jatuh cinta adalah, dan akan menghadirkan, pergolakan emosi bagi siapapun yang mengalaminya.
Akan tetapi, remaja akan lebih sulit mengatasinya sebab minimnya pengalaman, apalagi kalau mengalami cinta monyet pertama. Otak remaja dideskripsikan sebagai otak yang “masih berkembang” sehingga ada area tertentu yang sudah matang, dan ada area lain yang masih belum sepenuhnya matang. Salah satu area otak yang membutuhkan waktu cukup lama untuk matang adalah prefrontal cortex, yaitu bagian otak yang mengatur cara berpikir, perencanaan dan pemutusan suatu hal, mengontrol emosi dan tubuh, memahami diri sendiri, serta menumbuhkan empati dan moral. Lalu kapan prefrontal cortex akan matang? Tergantung pada setiap individu, tetapi biasanya di usia 20-an.
Selain otak, hormon pun ikut berpengaruh loh, Ladies.
Saat remaja, produksi hormon seseorang akan meningkat sangat drastis. Hormon-hormon yang “bertingkah” di masa pubertas ini adalah hormon seks, yaitu testosteron untuk laki-laki, dan hormon estrogen (atau oestrogen) untuk perempuan. Peningkatan drastis hormon ini akan memberikan efek yang signifikan pada kondisi mood serta libido. Bukan hanya hormon seks yang turut berpartisipasi dalam kondisi jatuh cinta seorang remaja, melainkan juga hormon dopamin, adrenalin, dan serotonin. Adrenalin adalah hormoni stress yang mengakibatkan tubuh berkeringat, detak jantung yang cepat, serta mulut yang kering. Sementara dopamin akan menstimulasi perasaan bahagia, yang efeknya sama dengan kokain! Dan terakhir adalah hormon serotonin yang akan membuat seseorang terus mengingat orang yang dicintainya, atau istilah lainnya adalah “mabuk cinta”.
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa cinta membutuhkan banyak pengorbanan jiwa dan raga sebab melibatkan kemelut emosi dan pikiran.
Makanya tidak heran, mengatasi permasalahan cinta dibutuhkan tenaga yang besar. Pengaruh hormon pun akan memperumit kondisi orang yang sedang jatuh cinta. Di lain pihak, remaja yang sedang dilanda peningkatan hormon, tetapi dengan kondisi otak yang belum matang, akan mengalami kesulitan untuk mengatasi kondisi jatuh cinta. Oleh sebab itulah remaja akan jauh lebih impulsif (contoh : gampang naksir, gampang illfeel), sensitif, tidak dapat mempertimbangkan risiko dan mengontrol diri, sulit memahami situasi, dan ditambah dengan minim pengalaman. Hasilnya … drama terjadi di mana-mana hihihi.
Ingin tahu apa perbedaan hubungan remaja yang lebih kekanak-kanakkan dengan hubungan orang dewasa yang sudah jauh lebih menggunakan logika? Simak tabelnya di bawah ini, ladies!
Adolescent |
Adult |
About attention | About intention |
About me | About us |
About what looks goods | About what feels good |
Only about “today” | About the future |
Nothing to fight for | Have something to fight for |
“I need you” | “I want you” |
Gifts | Milestones |
Jealousy | Trust |
Distraction | Motivation |
Other people’s opinion | Our opinion |
Focus on the negative | Look for the positive |
Need validation | Don’t need to prove ourselves |
Make you question yourself | Build up your confidence |
Make you cry | Give you something to cry for |
Look for something better | Know that this is the best |
For personal pride | Make you proud of someone else |
About whining | About accepting |
Full of secrets | Only speak the truth |
Make you feel | Empower you |
Cringing at all those awkward moments | Growing up from all those awkward moments |
Setuju nggak, ladies?
Sumber: ThePshycologist.bps.org.uk, Elite Daily