Akumulatif dari pengkhianatan dan kebohongan yang kamu terima dari seluruh hubungan yang kamu jalani hingga saat ini dapat mengarahkanmu pada kondisi trust issues. Kondisi ini membuatmu sulit untuk mempercayai orang pada hubungan baru yang akan kamu bangun. Di mana, kamu takut dikhianati, dipermalukan, dimanfaatkan atau dimanipulasi lagi seperti yang kamu alami di masa lalu. Dapat dikatakan, trust issues merupakan bentuk mekanisme pertahanan alamimu.
Ketika trust issues aktif, secara sadar atau tidak sistem prasangka akan memenuhi benakmu. Sistem ini membuatmu merasakan kecurigaan berlanjut atas potensi orang terkait akan menyakitimu dengan cara tertentu. Kondisi ini kemudian memicu diri untuk bersikap sangat waspada atau disebut psikolog sekaligus penulis sejumlah buku, Joshua Coleman, sebagai hypervigilance.
Dalam diskusi di Berkeley Edu terkait hypervigilance, salah satu sub bab tentang kepercayaan dan pengkhianatan dalam bukunya, ia menyatakan sikap ini sebagai respon atas pengkhianatan secara evolusioner yang telah dialami dan mencegah diri dari pengkhianatan lanjutan. Sekilas tampak sebagai pertahanan baik, namun, kewaspadaan yang berlebihan ini justru membuatmu menjadi terisolasi dari orang lain.
Prediksi-prediksi atas potensi pengkhianatan yang terjadi, ketakutan, dan antisipasi rasa sakit ini membuat trust issues terus berkembang hingga mampu menyabotase hidupmu. Pada akhirnya membuatmu kehilangan kesempatan untuk mengenal orang lain, berjejaring, menjalin persahabatan, dan hubungan intim, yang dikenal dengan sebutan self-deprivation. Kondisi ini juga dapat mengakibatkan kurangnya kepercayaan diri, kehilangan kesempatan, kesepian, hingga kecemasan sosial.
Dengan memandang trust issues sebagai bentuk sabotase diri bukan sebagai bentuk perlindungan diri ialah langkah penting untuk memotivasi diri agar lepas dari kondisi yang satu ini. Memang bukan hal yang mudah dilakukan, dan kamu mungkin akan mengalami rasa sakit itu lagi. Kamu juga akan menjadi hipersensitif atas pelanggaran yang terjadi, meski itu disengaja atau tidak. Pada proses transisi, tak jarang kamu bisa mengalami dilema, namun, proses yang kamu lalui ini dapat membantumu menjadi lebih baik di masa depan. Well, untuk kamu yang ingin mengetahui apakah kamu berpotensi memiliki trust issues pada dirimu, berikut dilansir dari Psych Central ada beberapa tanda nih yang perlu kamu perhatikan dan cara penyelesaiannya.
Memprediksi potensi pengkhianatan tanpa bukti
Bila kamu membangun hubungan dengan orang yang memiliki rekam jejak berkelakuan buruk, kurang mempercayainya merupakan langkah yang baik. Kamu tetap harus waspada atas potensi pengkhianatan yang bisa terjadi. Namun, sayangnya, banyak diantara kita setelah melalui sejumlah pengkhianatan kemudian justru memiliki masalah trust issues terhadap orang yang tidak pernah menunjukkan tanda-tanda tidak dapat dipercaya. Ini yang kemudian akan mencemari hubungan barumu.
Mempercayai orang yang tidak dapat dipercaya
Berlawanan dengan seharusnya, namun, ini seringkali terjadi. Ketika kamu menaruh kepercayaan pada orang yang paling mungkin memanfaatkanmu, trust issues di dalam dirimu akan secara otomatis aktif. Diri secara tidak sadar menegaskan bahwa orang terkait tidak dapat dipercaya hingga membuatmu mencurigainya terus menerus.
Baca juga: 6 Kualitas yang Harus Dimiliki Agar Hubungan Awet dan Kuat
Terlalu cepat percaya pada orang
Sulit mempercayai orang merupakan hal yang kurang baik, tapi terlalu cepat mempercayai orang juga bukanlah langkah baik yang dapat kamu lakukan. Sebagaimana kepercayaan itu cepat terbentuk, ada kemungkinan cepat pula hancurnya. Sebaiknya, kamu mulai berpikir lebih terbuka dan memperluas kepercayaan dengan orang-orang yang telah membangun rekam jejak bersamamu. Dengan kata lain, kamu perlu berhati-hati dengan orang baru yang masuk dalam hidupmu.
Sharing tidak berarti sebuah bentuk rasa sayang
Dengan sharing segala hal yang kamu pikirkan dan rasakan memang sekilas tampak dapat mengatasi trust issues yang kamu miliki. Namun, berhati-hatilah, Ladies, tak jarang, tindakan ini justru dimanfaatkan orang terkait untuk melawanmu. So, sharing segala hal dalam dirimu bukanlah langkah yang tepat.
Memaksakan melanjutkan hubungan yang dangkal
Hubungan yang telah dirusak oleh masalah trust issues akan membuatnya menjadi dangkal. Kamu yang awalnya terbuka dan mengungkapkan perasaanmu terhadapnya, berubah menjadi lebih tertutup dan enggan memiliki percakapan yang terlalu mendalam. Komunikasi dalam hubungan tersebut cenderung lebih ringan dan lebih banyak membahas hal-hal di luar hubungan tersebut.
Menolak mentah-mentah komitmen emosional
Trust issues memberikan gambaran pada dirimu bahwa hubungan yang kamu jalani tidak kokoh hingga pada titik tertentu akan terjadi pengkhianatan yang tidak dapat dihindari. Hal ini kemudian membuatmu sulit berkomitmen secara emosional karena kamu tidak ingin terikat lebih dalam dengan sesuatu yang kamu tahu pasti akan hilang suatu saat.
Sedikit kesalahan dilihat sebagai pelanggaran kepercayaan yang fatal
Tidak ada orang yang sempurna, setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan. Tapi tidak semua kesalahan berpotensi pada pengkhianatan. Sayangnya, orang dengan trust issues seringkali tidak menyadari ini dan tidak dapat mentolerir ketidaksempurnaan orang lain, kemudian membangun prasangkanya. Kesalahan kecil seperti datang terlambat dari waktu janjian, dapat menjadi masalah besar yang fatal, di mana, pikiran akan menganggap bahwa ia menyembunyikan sesuatu darimu. Atau ketika ia berbicara dengan nada tinggi, kamu menganggapnya diam-diam membencimu.
Merasa kesepian dan terisolasi
Ketidakpercayaan kepada orang lain cenderung membuatmu tertutup dan tidak menunjukkan dirimu yang sebenarnya. Alhasil, tidak akan ada yang mengetahui dirimu yang sebenarnya, Ladies. Tanpa diketahui orang lain, koneksi dengan orang lain pun semakin sulit terbentuk, bahkan tidak ada. Pada akhirnya kamu akan merasa kesepian dan merasa tidak cocok dengan siapapun.
Memang tidak selalu buruk untuk bersikap hati-hati dan tidak langsung percaya pada orang lain. Pengalaman masa lalu memang salah satu faktor yang memicu timbulnya trust issues pada dirimu. Tapi tidak berarti kamu dapat mengeneralisasikan semua orang. Setidaknya, milikilah beberapa orang yang kamu anggap dapat dipercaya dan bisa menerima dirimu sepenuhnya, bukan orang yang pura-pura menerimamu, ya.
Baca juga: Nikmati Masa Single dengan 6 Cara Ini
Putus asa
Keputusasaan dan depresi biasanya muncul setelah kamu mengalami kesepian dan terisolasi. Karena sulit bersosialisasi tanpa mempercayai orang lain sampai tingkat tertentu. Pada tahap ini, kamu akan terjebak pada pemikiran bahwa kamu merasa bukan bagian dari dunia tersebut.
Untuk mengatasi masalah trust issue ini memang tidak mudah dan tak menutup kemungkinan kamu akan merasakan sakit lagi. Hal pertama yang perlu kamu lakukan ialah mengumpulkan keberanian dan pengelolaan pikiran serta emosi. Dalam hal ini, kamu perlu mengambil risiko untuk belajar mempercayai orang lain. Bila sulit melakukannya sendiri, kamu bisa meminta bantuan rekan terpercaya atau mungkin terapis untuk mendampingi proses ini. Belajar mengendalikan emosimu untuk mengambil risiko mulai mempercayai orang lain. Hadapi prasangka, kecurigaan, ketakutan yang muncul dalam benakmu tanpa terbawa alur. Memang tidak akan bisa berhasil dalam waktu singkat, namun, seiring berjalannya waktu, proses ini worth it dan akan melatih kemampuanmu untuk menyeleksi orang yang dapat dipercaya, kok Ladies.
Sumber: Psych Central