OUR NETWORK

FDA Beri Status ‘Terobosan’ Pada Perangkat StrandDx untuk Diagnosis Autisme Melalui Rambut

Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat memberikan status ‘terobosan’ terhadap perangkat terbaru Linus Biotechnology Inc. yang dapat mendiagnosis autisme. Tes yang bernama StrandDx ini diketahui mampu menganalisis tingkat bahan kimia pada sehelai rambut anak. Dalam hal ini, dilakukan tangkapan snapshot dari ‘exposome’– beberapa kumulatif eksposur lingkungannya dan bagaimana ia mengatur nutrisi penting tertentu.

Menurut Profesor sekaligus salah satu Pendiri Linus Biotechnology di New York yang mengembangkan tes ini, Manish Arora, langkah-langkah inilah yang akan menunjukkan bagaimana fisiologi seseorang merespon lingkungannya. Pada akhirnya, hasilnya akan memprediksi ada tidaknya potensi orang tersebut mengalami autisme.

StrandDx dinyatakan juga dapat membantu mengidentifikasi subtipe autism dan memprediksi prognosis serta siapa yang mungkin mendapat manfaat dari terapi tertentu. “Kami tidak hanya menganggap ini sebagai alat diagnostik. Ini adalah sesuatu yang akan membantu untuk memberikan terapi dari waktu ke waktu dan memetakan perjalanan pasien menuju masa depan yang lebih sehat,” jelas Arora.

Sebelumnya, pihaknya juga melakukan penelitian dan menemukan bahwa gigi orang autis mengandung kadar atipikal dari sejumlah logam. Hasil studi ini pun telah digunakan untuk memprediksi diagnosis autisme.

Baca juga: Tips Dapatkan Rambut Ternutrisi dan Lembap Sempurna

Sebagaimana disebutkan sebelumnya, inti kerja StrandDx melingkupi analisis sampel rambut untuk melihat paparan bahan kimia dan bagaimana tubuh mengaturnya dari waktu ke waktu. Tapi, hasil evaluasi tidak hanya berpegang pada penanda tunggal, melainkan mengevaluasi banyak molekul berbeda bersama. Artinya, pada praktiknya, dokter akan mengumpulkan sampel rambut dari anak, kemudian diserahkan pada perusahaan untuk dianalisis. Hasil analisis akan diberikan bersama dengan informasi lain, seperti pengamatan perilaku dan riwayat keluarga. Inilah kekuatan besar tes ini menurut Profesor Epidemiologi di Brown University, Providence, Rhode Island, Joseph Braun.

Tes melalui StrandDx ini dinyatakan Arora mampu mendeteksi autisme sejak bayi hingga dewasa.

Dalam hal ini, teknologi ini dimaksudkan untuk membantu memprediksi kemungkinan seorang anak menderita autisme sejak lahir hingga usia 18 bulan. Selain itu juga untuk membantu diagnosis dari usia 18 bulan hingga 21 tahun.

Namun, banyak pakar menyatakan sulit untuk mengevaluasi teknologi ini tanpa mengetahui lebih banyak tentang penanda apa yang dianalisis. Begitu juga terkait bagaimana membandingkannya dengan metode diagnostik standar emas saat ini.

Dalam tinjauan FDA, Arora dan timnya kemudian berencana untuk membandingkan hasil StrandDx dengan evaluasi dokter yang menggunakan pengukuran standar emas. Sambil berharap dapat merekrut 5000 anak untuk penelitian ini, Arora mengatakan, data dari penelitian ini harus memenuhi kebutuhan informasi para evaluator FDA terkait penanda mana yang harus difokuskan StrandDx.

Hal ini diamini Direktur Eksekutif di Thompson Center for Autism and Neurodevelopmental Disorders di Universitas Missouri, Stephen Sheinkopf. Meski tidak terlibat dalam penelitian ini, ia menyatakan, hasil dari studi ini sangat penting untuk mengevaluasi bagaimana dokter harus melihat StrandDx. “Sebelum kita terlalu bersemangat dengan ini, kita perlu tahu lebih banyak tenang sensitivitas dan spesifitasnya dan bagaimana kinerjanya,” tegasnya. 

Menurut Sheinkopf mengembangkan biomarker prediktif seperti StrandDx juga akan menghadapi banyak kesulitan, mengingat adanya ‘pergeseran batas diagnostik’ autisme.

Penanda yang berbeda dapat muncul tergantung pada siapa yang dipertimbangkan untuk dimasukkan dalam penelitian. Menurutnya, pergulatan tentang luasnya definisi autisme di dunia kesehatan akan menjadi tantangan besar untuk pengembangan tes semacam ini.

Tantangan selanjutnya dinyatakan Profesor Ilmu Kesehatan Lingkungan di Columbia University, Gary Miller ialah bagaimana tim mampu mengidentifikasi penanda autisme secara konkret, khususnya subtipe autisme. “Saya pikir ini perkembangan yang sangat menarik, tapi kita harus melihat data hasil penelitian selanjutnya,” tegasnya.

 

Sumber: Spektrum News

Must Read

Related Articles