Film Indonesia Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas ini harus diakui menyajikan romansa yang berbeda. Bukan hanya khas Rangga-Cinta atau Al-Andin saja, melainkan lebih dari itu.
Tidak heran bila pertunjukan ini memang wajib ditonton di bioskop, walau kesempatan itu mungkin sudah habis, karena beberapa layar dipenuhi oleh Spider-Man: No Way Home, Yo Wis Ben, dan Yuni.
Semoga masih ada kesempatan untuk menonton di platform lain. Satu poin penting dan harus menjadi catatan terbaik adalah. Film ini memang epik, permasalahannya sederhana, yaitu mengenai alat vital tetapi pengembangannya bisa sebagus itu. Adegan aksi yang brutal dan panas adalah bumbu terbaik untuk menarik minat penonton, walau bukan untuk semua umur. Hanya saja, bagi para remaja dan dewasa, rasanya tontonan seperti ini adalah yang paling ditunggu.
Film dengan bumbu rasa penasaran
Pada dasarnya, pertunjukan karya Edwin yang menampilkan Marthino Lio sebagai tokoh utamanya ini bisa dikatakan sebagai drama romansa. Sayangnya, tidak full atau setengah, melainkan hanya seperempat saja.
Apakah membosankan? Justru tidak, ada rasa penasaran dalam setiap adegannya. Inilah alasan mengapa banyak kritikus film memberikan apresiasi besar. Coba saja kalau mereka bisa menemukan waktu yang tepat.
Atau minimal, kondisinya bukan pandemi. Pasti 500 ribu penonton akan diraihnya, mengapa bisa demikian? Dari efek visual yang ditampilkan, pertunjukan tersebut memberikan nuansa nyata, dimana sutradara menghadirkan latar belakang di tahun 80 sampai 90-an.
Penampilannya total, penonton dibuat mengikuti suasana pada tahun itu. Semua aspeknya terasa pas, bahkan untuk adegan aksi juga terasa cocok. Walau dari segi visual pasti akan ada komentar, kaku sekali, kurang ini dan itu.
Tetapi, mohon diingat adegannya adalah tahun 90 kebawah. Di mana, mereka dalam aksi masih menunjukkan sopan santun. Sehingga, terasa sekali kesan kaku hingga kurang menarik. Hanya saja, kondisi tersebut justru sesuai dengan keadaan.
Film drama aksi yang memikat hati
Harus diakui penonton Indonesia menyukai cerita yang out of the box, drama aksi yang ini adalah salah satunya. kesan membosankan seakan menghilang, setiap adegannya memberikan rasa penasaran.
Walau ada banyak pertanyaan, tetapi mampu terjawab di scene selanjutnya. Rasa penasaran itu memunculkan rasa ingin tahu yang mendalam. Durasi dua jam merupakan waktu singkat karena, penonton sudah terhanyut sejak awal hingga akhir.
Walau Edwin menghadirkan sebuah masalah namun penyelesaiannya dilakukan dengan cara di luar pemikiran. Plot twist yang dihadirkan begitu halus. Bukan hanya dari aspek cerita saja, akting masing-masing pemain begitu terasa.
Tidak salah bila mereka menggaet nama-nama keren seperti Reza Rahadian, Christine Hakim, sampai Marthino Lio. Semuanya melahap karakternya dengan penuh wibawa sebagai karakter masing-masing.
Sutradara mampu memberikan sentuhan magis
Harus diakui, Edwin adalah dalang paling penting. Di mana dia mampu membentuk karakter dan tokoh menjadi satu kesatuan. selain itu, kemampuannya dalam memberikan sentuhan magis kembali terasa.
Apalgi, aspek skenario menjadi satu komponen paling penting. Edwin mampu mengerjakannya dengan megah. Seakan semua karyanya ini sempurna, sehingga tidak ada celah untuk mengomentarinya. Hanya bagus dan bagus bisa terucap setelah melihatnya. Walau sedikit panas dan liar, namun inilah bumbu terbaiknya.
Hanya satu yang disayangkan, pemilihan waktunya. Sebenarnya, sudah tayang pada 2 desember lalu. Sayangnya, performanya kurang begitu bersinar dengan lainnya. Jika, lebih sabar sedikit setidaknya diputar di awal tahun, mungkin ceritanya akan berbeda.
Film Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas menjadi saksi bahwa sutradara Indonesia bisa menciptakan sesuatu yang out of the box. Jadi, kalau ada platform yang menayangkan jangan lupa langsung di tonton, ya!