OUR NETWORK

Elizabeth Holmes dan Theranos: Penipuan Besar untuk Setetes Darah

Investasi dan penipuan. Dua kata yang sudah tidak asing disandingkan. Salah satu kasus investasi besar dan penipuan yang sedang hangat dibicarakan adalah perusahaan Theranos dan pendirinya, Elizabeth Holmes. Dengan investasi sebesar $700 juta, Elizabeth bahkan berhasil ‘menggaet’ beberapa nama besar di Amerika Serikat sebagai investornya. Kasus dan sosok Elizabeth sedang hangat dibicarakan setelah HBO merilis dokumenter The Inventor: Out for Blood in Silicon Valley. Jadi, gini kisahnya, Ladies…

Ide Bisnis Brilian

Elizabeth Holmes berasal dari keluarga yang berkecukupan. Ia juga dikenal sebagai siswa yang berprestasi. Lulus SMA, ia diterima di jurusan teknik kimia Stanford University, salah satu universitas paling prestise di Amerika Serikat dan dunia. Saat masih berstatus mahasiswa baru itulah Elizabeth punya ide untuk mengembangkan sebuah patch. Patch kecil itu nantinya bisa digunakan untuk konsumsi obat dan memberi info soal variabel yang ada di dalam darah pasien. Jadi, pasien nggak harus disuntik atau diambil darah menggunakan jarum suntik berulang kali. Elizabeth pun mulai mengembangkan teknologi lab-on-a-chip untuk tes darah, di mana perusahaannya akan membuat proses tes itu jadi lebih murah, nyaman, dan terjangkau.

Yakin dengan ide bisnis dan keinginannya untuk membantu warga dunia, ia pun drop out dari Stanford. Ia menggunakan dana pendidikan dari orang tuanya untuk mendirikan perusahaannya sendiri. Awalnya diberi nama “Real-Time Cures”, perusahaan itu berganti nama menjadi Theranos, kombinasi dari kata ‘therapy’ dan ‘diagnosis’. Theranos berusaha mengembangkan teknologi yang nantinya hanya membutuhkan sedikit darah (1/100 hingga 1/1.000 dari jumlah yang biasanya diambil) dan dengan harga yang lebih murah. Elizabeth mengatakan bisa menjalankan sekitar 200 tes dari jumlah darah yang hanya ‘setetes’ itu. Saat itu tahun 2003 dan Elizabeth Holmes baru berumur 19 tahun. Terdengar sangat menjanjikan ya, Ladies.

Elizabeth Holmes dan Theranos: Penipuan Besar untuk Setetes Darah
Foto: vox.com

Investasi untuk Edison

Namanya perusahaan, pasti butuh investasi dong? Apalagi dengan visinya untuk membuat alat canggih seperti itu. Untuk pendanaan awal, Elizabeth memanfaatkan koneksi keluarganya. Dua investor pertamanya Theranos adalah Tim Draper yang dulunya adalah tetangga keluarga Holmes dan Victor Palmieri, salah satu sahabat ayahnya. Di akhir 2004 saja, Elizabeth sudah mendapatkan hampir $6 juta. Nantinya, Theranos berhasil mendapatkan $700 juta dari pemberi modal dan investor swasta.

Nggak main-main, anggota dewan komisaris Theranos antara lain mantan Menteri Luar Negeri AS Henry Kissinger dan George Shultz, mantan Menteri Pertahanan William Perry, mantan Senator Sam Sunn dan Bill Frist. Sementara investornya antara lain Rupert Murdoch dan berbagai anggota keluarga miliuner lain. Bahkan, nilai perusahaan ini melonjak hingga lebih dari $9 miliar pada puncaknya di tahun 2013-2014. Nilai ini fantastis membuat Forbes menyebutnya sebagai “the youngest and wealthiest self-made female billionaire in America.” Elizabeth Holmes pun wara-wiri di berbagai sampul majalah dan acara penting.

Theranos mulai mengembangkan prototipe dari alat yang diberi nama ‘Edison’ sejak September 2017. Diberi nama seperti penemu Thomas Edison, mesin itu dirancang untuk melakukan semua tes darah. Singkatnya, mesin Edison ini nggak bekerja, walaupun para insinyur yang bekerja di sana sudah mencoba berbagai cara. Otomatis, semua tes yang dicoba di mesin itu banyak banget yang nggak berhasil. Tapi, Elizabeth terus bohong dan ngeles soal mesin yang belum berhasil bekerja itu. Padahal, saat itu mesin Edison sudah tersedia dan diuji coba di toko farmasi Walgreens sebagai bentuk kerja sama mereka.

Dilaporkan Mantan Pegawai

Pada Oktober 2015, John Carreyrou dari The Wall Street Journal melaporkan bahwa Theranos sebenarnya menggunakan mesin tes darah biasa, bukan mesin Edison untuk menjalankan berbagai tes mereka, dan bahwa hasil tes Edison tidak akurat. Walgreens langsung menunda rencana kerja sama lebih lanjut mereka dengan perusahaan yang hampir menjadi the next big thing ini. Theranos pun menjalani berbagai investigasi dan puncaknya pada Maret 2018 US Security and Exchange Commission (SEC) mendakwa Theranos, sang CEO Elizabeth Holmes, dan mantan presiden Theranos, Ramesh ‘Sunny’ Balwani, atas penipuan selama bertahun-tahun.

Walaupun mengaku tidak bersalah, Elizabeth dan SEC mencapai kesepakatan. Melalui kesepakatan itu, ia setuju untuk membayar sebesar $500 ribu, kehilangan 19 juta saham perusahaan, dan dilarang memiliki posisi kepemimpinan di perusahaan publik manapun selama 10 tahun. Balwani menolak kesepakatan yang ditawarkan. Lalu pada Juni 2018, Elizabeth dan Ramesh Balwani didakwa atas tuduhan penipuan dan konspirasi untuk melakukan wire fraud (penipuan finansial menggunakan teknologi informasi). Kalau terbukti bersalah, masing-masing bisa didenda $250 ribu dan 20 tahun penjara. Kasus ini masih berjalan dan sudah diserahkan ke Hakim Lucy H. Koh, di Pengadilan Distrik Amerika Serikat untuk Distrik Utara California.

Tyler Hultz, mantan pegawai di Theranos adalah seorang sumber utama yang berbicara kepada The Wall Street Journal. Tyler pernah mencoba menyampaikan kekhawatirannya mengenai aktivitas Theranos ke manajemennya tapi gagal. Bukan hanya Tyler, karyawan lain juga menganggap budaya kerja di Theranos beracun alias toxic.

Sosok Elizabeth Holmes

Selain soal nilai investasi dan kegagalan dari Edison, sosok Elizabeth juga nggak kalah menarik dan ‘menipu’. Terobsesi dengan Steve Jobs, Theranos menamai salah satu produk mereka 4s, menggaet beberapa orang yang dulu bekerja di Apple, dan meniru gaya Steve pakaian ala mendiang bos perusahaan Apple itu. Dalam wawancara dengan majalah Glamour di tahun 2015, Elizabeth mengatakan bahwa ia mulai mengenakan turtleneck hitam sejak umurnya 8 tahun. Menurutnya turtleneck dan hitam adalah ‘seragam’ pilihannya supaya dia nggak bingung harus mengenakan apa tiap harinya dan bisa lebih fokus kerja. Bedanya, Holmes nggak memadukan turtleneck-nya dengan jeans. Supaya lebih formal mungkin ya… Hehe.

Baca juga: Kampanye CERAMAH: Cek Tekanan Darah di Rumah

Yang jelas, ini berbanding terbalik dengan pernyataan dari Ana Arriola, yang dulu bekerja di Apple dan mendesain iPhone sebelum direkrut dan menjadi Chief Design Architect di Theranos. Elizabeth sangat penasaran mengenai pakaian Steve dan Ana menjelaskan bahwa Steve terinspirasi dari desain Issey Miyake untuk Sony. Elizabeth terinspirasi langsung dari Steve Jobs dan mulai mengenakan ‘seragam’ khas itu sejak mulai mendirikan Theranos.

Elizabeth Holmes dan Theranos: Penipuan Besar untuk Setetes Darah
Dr. Phyllis Gardner. Foto: ABCnews

Nggak hanya pakaian, banyak orang merasa bahwa suara Elizabeth itu dibuat-buat. Emang bukan hal yang aneh sih kalau ada wanita dengan suara yang berat dan dalam seperti itu. Tapi beberapa sumber mengklaim kalau itu bukan suara aslinya, seperti mantan pegawainya, dan mantan profesornya di Stanford, Dr. Phyllis Gardner. Bukan hanya soal suaranya, Dr. Phyllis juga adalah salah satu orang pertama yang menolak ide Holmes. Menurutnya, secara ilmiah, ide itu nggak mungkin diwujudkan. Namun, Elizabeth bukan tipe orang yang bisa menanggapi kritik dengan baik.

Dokumenter dan Rencana Pembuatan Film

Kisah kebangkitan kejatuhan Elizabeth Holmes dan Theranos sudah diangkat dalam buku Bad Blood: Secrets and Lies in a Silicon Valley Startup oleh John Carreyrou. ABC News, Nightline, dan Rebecca Jarvis membuat podcast dan dokumenter tentang Holmes yang diberi judul The Dropout, dan tentunya dokumenter baru dari HBO yang berdurasi 2 jam dan tayang perdana di Sundance Film Festival Januari lalu.

Selanjutnya, kisah Elizabeth Holmes dengan dakwaan yang masih berlanjut akan diangkat ke layar lebar. Diadaptasi dari buku Bad Blood, Adam McKay akan menulis dan menyutradarai film yang masih dikembangkan ini. Rencananya Jennifer Lawrence akan berperan sebagai Elizabeth Holmes.

Jadi, itu dia kenapa kamu mungkin akan sering menemukan nama Elizabeth Holmes dan Theranos di Internet.

 

Sumber: Refinery29, Business Insider, CNBC

Must Read

Related Articles