OUR NETWORK

Tradisi Meugang, Usaha Masyarakat Menjaga Titah Sultan Iskandar Muda

Tradisi Meugang menjadi salah satu upacara adat yang selalu dilakukan oleh masyarakat Aceh. Menariknya, kegiatan tersebut dilakukan hampir setiap tahun, dan itu dalam tiga kali perayaan yaitu Ramadhan, Idul Fitri, dan Idul Adha.

Jadi, pada tiga perayaan tersebut mereka akan menyembelih daging qurban, baik itu sapi atau kambing. Kemudian, dagingnya akan di masak menjadi berbagai menu kuliner khas dan di santap bersama keluarga.

Selain sapi dan kambing pada momen Ramadhan serta Idul Fitri, masyarakat juga menyembelih ayam serta bebek. Semuanya akan diolah di rumah masing-masing kemudian, di bawa ke masjid untuk makan bersama.

Sejarah Tradisi Meugang

Tradisi Meugang, Usaha Masyarakat Menjaga Titah Sultan Iskandar Muda
Sumber: kabar24bisnis.com

Tradisi ini sendiri, memiliki sejarah cukup panjang di mana keberadaannya sudah ada sejak tahun 1607 sampai 1636. Awalnya, Raja dari Kerajaan Aceh, Sultan Iskandar Muda memotong hewan Kurban sangat banyak, kemudian di bagikan secara gratis ke seluruh masyarakat.

Pada tahun 1873, tradisi ini akhirnya luntur dan tidak dilaksanakan oleh Raja. Waktu itu kerajaan Aceh takluk di tangan Belanda, sehingga sang pemimpin tidak bisa melanjutkannya, tetapi tidak bagi penduduk Aceh.

Tradisi Meugang ternyata sudah mendarah daging dan mengakar sangat kuat, sehingga seluruh masyarakat tetap melestarikannya. Mereka melakukannya sebagai wujud rasa syukur kepada Allah SWT, seperti yang dilakukan oleh Sultan Iskandar Muda.

Pelaksanaan Tradisi Masyarakat Aceh

Tradisi Meugang, Usaha Masyarakat Menjaga Titah Sultan Iskandar Muda
Sumber: republika.com

Pada dasarnya upacara ini dilakukan untuk memenuhi ajaran Al-Quran dan hadits, di mana saat datang Bulan Ramadhan harus disambut dengan suka cita. Karena ada pahala tersendiri bila mereka dapat melakukannya.

Pada pelaksanaannya, seluruh penduduk di berbagai desa melaksanakannya dengan cara yang tidak sama. Ada yang membeli di pasar atau menggunakan hewan ternaknya. Tidak heran bila penjualan sapi pada bulan tersebut akan naik drastis.

Maklum saja, masyarakat Aceh sendiri setiap harinya sering konsumsi produk ikan laut. Jadi saat Ramadhan, Idul Fitri, dan Idul Adha mereka menyambutnya dengan suka cita karena makan sapi merupakan hidangan ternikmat.

Menariknya dari Tradisi Meugang ini adalah masakannya. Di mana setiap wilayah memiliki ciri khasnya masing-masing. Misalnya di daerah perkotaan yang banyak sekali pendatang dari berbagai kota.

Menu yang di buat mempunyai ciri khas masing-masing, hal ini sebagai upaya mengobati rasa rindu terhadap kampung halaman, tetapi belum bisa pulang. Sementara, kawasan pedesaan untuk menu yang dihidangkan juga berbeda.

Mereka lebih sering memasak sop, rendang, sampai dengan kari yang bumbu rempahnya sangat kuat. Ada lagi yang mengolahnya menjadi Asam Keueng, Sie Reuboh dan berbagai hidangan khas lainnya.

Baca juga: Mengenal Peutron Aneuk Tradisi Masyarakat Aceh yang Sesuai Syariat

Makna Meugang

Tradisi Meugang, Usaha Masyarakat Menjaga Titah Sultan Iskandar Muda
Sumber: kabartamiang.com

Tradisi Meugang sendiri bukan hanya soal makanan saja, melainkan ada faktor yang lain, sehingga perlu dilestarikan. Harus diakui, ketika masyarakat melaksanakan tradisi ini, hampir seluruh kawasan terlihat sangat ramai.

Suasananya memang berbeda dengan hari biasa. Tradisi turun-temurun ini menyiratkan bahwa, tumbuhnya sektor peternakan di kawasan Aceh. Semangat gotong-royong untuk kesejahteraan bersama menjadi landasan utama yang terus dipertahankan sampai sekarang.

Pada sejarah lain yang tertulis setelah Aceh dikuasai Belanda adalah peternakan masyarakat waktu itu sangat melimpah. Tidak heran bila, mereka selalu melaksanakannya sebagai bagian dari rasa syukurnya terhadap Allah SWT.

Pada dasarnya saat meugang dilaksanakan, daging yang digunakan adalah lokal. Produk ternak warga Aceh sendiri, hal in menjadi bukti bahwa, ajaran turun-temurun tersebut masih berdampak positif untuk masyarakat terutama Aceh.

Kamu pernah merasakan atau mungkin mengikuti Tradisi Meugang di Aceh? Jika belum silahkan berkunjung tiga hari sebelum Ramadhan, karena suasananya paling meriah pada momen ini. Jadi kapan mau ke sana untuk melihatnya secara langsung?

Must Read

Related Articles