Tari Laweut merupakan kesenian tradisional yang berasal dari kawasan Pidie. Namanya sendiri diambil dari bahasa Arab yaitu, salawat atau seulaweut. Maknanya adalah memberikan sanjungan setinggi-tingginya kepada Nabi Muhammad SAW.
Tidak heran saat melihatnya, kamu akan mendengar iringan syair yang menambah kesan religiusnya. Tarian ini sendiri juga diberi nama Seudati Inong oleh warga karena, gerakannya yang hampir sama dengan Tari Seudati.
Perbedaan mencoloknya hanya ada digerakan tepuk. Jika laki-laki menepuk dada, sedangkan perempuan paha. Sisi menarik dari pertunjukan ini adalah para penari tetap menunjukkan semangat membara khas Warga Aceh, dan terlihat pula bagaimana kelembutan seorang wanita yang sudah menjadi kodratnya.
Penari dan Gerakan Tari Laweut
Tarian ini tidak menggunakan instrumen sama sekali, kalau terdengar suara murni dari tepukan mereka. Dalam satu kali pentas, terdiri dari 8 penari, semuanya perempuan dengan rentang usia 20 sampai 30 tahun.
Biasanya akan dipimpin oleh penari utama yang bergelar syeh, kemudian 2 orang apet syeh. Selain itu, terdapat pula 1 atau 2 penyanyi yang disebut dengan peradat atau dalam bahasa sekitar adalah aneuk laweut.
Baca juga: Tarian Gandrung Sewu Kesenian Khas Banyuwangi Tak Lekang Waktu
Tari Laweut sendiri sebenarnya sangat mudah diperagakan. Hanya saja, saat pementasan setiap penari dituntut mengeluarkan tenaga dan tetap mengutamakan kelembutan. Terutama suara saat menepuk yang memberikan perpaduan terbaik antara bunyi dan gerakan.
Alasan terbaik mengapa kamu tidak boleh melewatkan kesenian ini adalah pola geraknya yang berubah. Menariknya lagi, semua itu dilakukan dalam waktu yang cukup cepat, dan masih saling berkesinambungan.
Tahapan yang Harus Dilakukan
Tari Laweut ini sendiri memiliki berbagai tahapan seperti, gerakan yang dimulai dari arah kanan dan kiri kemudian, berbaris dan memasuki panggung, sehingga terbentuk sebuah komposisi satu banjar, dan menghadap ke penonton.
Sebelum pertunjukan di mulai biasanya mereka melakukan salam hormat terlebih dulu sebagai ucapan selamat menikmati pertunjukan yang akan dihadirkan. Biasanya mereka akan mengangkat tangan ke dada selanjutnya melakukan gerakan dengan melantunkan syair serta lagu.
Langkah berikutnya, mereka akan melakukan berbagai macam formasi dan gerakan dengan urutannya sebagai berikut
- Saleum, gerakan ini merupakan ucapan salem yang dipimpin oleh syeh, sudah mulai diiringi dengan lantunan sholawatan, mereka saling bersahutan antara penari dengan aneuk laweut.
- Saman merupakan sebuah syair yang dilantunkan oleh seorang syeh, kemudian para penari ikut melantunkannya, biasanya dalam tahapan ini aneuk laweut akan membalasnya dengan sebuah pantun.
- Likok berupa syair merdu, kalau dihayati sekali seperti mengisahkan kejadian di masa lalu, biasanya pada saat penjajahan Belanda.
- Kisah merupakan lantunan lagu yang disusun sedemikian rupa, sehingga berbentuk sebuah cerita, terkadang dalam tahapan ini diselipkan berbagai petuah baik itu dari pemerintah sampai agama.
- Lanie adalah sebuah syair bebas sifatnya sangat menghibur
Properti yang Harus Disediakan
Tari Laweut sendiri menggunakan busana berupa songket tenun khas Aceh, digunakan melingkar pada bagian pinggang. Untuk bagian kepala, sebagian besar dari mereka menggunakan kerudung untuk menyembunyikan rambut.
Hal tersebut bukan tanpa alasan. Masyarakat Aceh menjunjung tinggi ajaran agama Islam sehingga, untuk wanita pakaiannya harus tertutup rapat, tidak boleh terlihat walau hanya satu helai rambut saja.
Dalam pertunjukan para penari memang dilarang memakai pernak-pernik, agar saat melakukan gerakan cepat mereka masih bisa fokus. Apalagi, gerakan yang dilakukan memiliki tempo cukup cepat, sehingga dikhawatirkan mengganggu.
Tari Laweut ini dulunya digunakan sebagai salah satu media dakwah, bahkan sampai saat ini masih. Bila diulas lebih dalam lagi, kesenian ini mempunyai makna filosofis yang mendalam tentang ajaran Islam, setiap gerakannya mencerminkan pendidikan, sopan santun dan keagamaan. Bagaimana sudah pernah melihat pertunjukan ini?