Penuaan kulit sehat memiliki akar mendalam dan membutuhkan perhatian khusus, terutama pada fase pasca menopause. Sebuah studi terbaru diterbitkan dalam jurnal Nutrients menyoroti peran protein kedelai dalam meningkatkan kondisi kulit pada wanita pascamenopause, memberikan harapan baru dalam perawatan holistik.
Para peneliti sempat mengungkapkan bahwa ada hadirnya suplementasi dari kandungan suplementasi protein pada kadelai. Kandungan ini memiliki isoflavon, merupakan sebuah komponen nabati untuk meniru estrogen.
Dari penelitian ini membuka sebuah kesempatan untuk memperbaiki photoaging kulit, terutama pada perempuan setelah menopause. Kondisi ini memang melibatkan sebuah masalah dari kerutan hingga pigmentasi.
Keadaan ini membuat kulit sering muncul setelah lewat dari fase menopause. Studi tersebut memberikan fokus utama dalam membandingkan tentang efek protein dari susu dengan kandungan kedelai.
Studi Lebih Lanjut
Studi ini melibatkan kurang lebih 44 wanita pascamenopause, khususnya wanita dengan tipe kulit Fitzpatrick I, II, dan III. Meskipun hasil menjanjikan, penting untuk dicatat bahwa penelitian ini hanya mencakup perempuan berkulit putih, dan diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengkonfirmasi hasil ini pada semua warna jenis kulit.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa asupan protein kedelai dengan 50 miligram isoflavon—setara setengah cangkir kalsium, tahu keras, atau 2 cangkir susu—positif memengaruhi faktor-faktor seperti kedalaman kerutan, pigmentasi kulit, dan hidrasi kulit.
Namun, di antara semua itu ada yang namanya produksi sebum. Satu-satunya faktor yang tidak berpengaruh secara signifikan.
Isoflavon, juga dikenal sebagai fitoestrogen, bertindak mirip dengan estrogen dalam tubuh. Pada wanita pascamenopause, yang mengalami penurunan signifikan dalam produksi estrogen, isoflavon dapat memberikan dukungan tambahan.
Para peneliti menyimpulkan bahwa kandungan tersebut dapat meningkatkan proliferasi sel, berperan sebagai antioksidan, dan memiliki sifat anti-inflamasi serta anti-kanker di seluruh tubuh.
Ada Risiko yang Harus Diketahui
Namun, ada kekhawatiran terkait risiko kanker pada wanita pascamenopause yang mengkonsumsi isoflavon, terutama yang berasal dari produk makanan berupa tahu.
Meskipun demikian, tinjauan Otoritas Keamanan Pangan Eropa (EFSA) menyatakan bahwa kandungan ini sebenarnya, tidak meningkatkan risiko kanker terutama pada payudara, tiroid, atau rahim pada wanita pascamenopause.
Selain itu, isoflavon dan fitoestrogen lainnya terbukti meningkatkan konsentrasi asam hialuronat dan memperbaiki kandungan serta kualitas kolagen pada kulit. Keduanya adalah faktor penting yang menurun seiring bertambahnya usia, berkontribusi pada kulit dan lebih kering sampai kendur.
Meskipun protein kedelai memberikan kontribusi positif dalam merawat kulit, penting untuk membangun pola makan yang mendukung secara menyeluruh. Selain kandungan ini, pastikan asupan karotenoid dan omega-3 cukup, pemenuhannya dapat ditemukan pada wortel, paprika, salmon, alpukat, dan kenari.
Bagi mereka yang ingin meningkatkan elastisitas kulit dan kepadatan kulit, pertimbangkan untuk menambahkan peptida kolagen ke dalam makanan. Karena manfaatnya benar-benar luar biasa dan dapat dirasakan pada kulit.
Perlu diketahui bahwa, peptida kolagen telah terbukti mendukung elastisitas dan kepadatan kulit, memberikan dampak positif pada penampilan sampai nuansa kulit yang menua. Walau usia sudah bertambah, namun tidak akan terlihat mencolok, karena kondisinya cukup bagus.
Dalam keseluruhan, temuan ini menunjukkan bahwa peran protein kedelai dalam perawatan kulit pasca menopause memiliki potensi besar. Meskipun penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengkonfirmasi hasil ini pada berbagai warna kulit dan jenis kulit.
Langkah ini membawa kita lebih dekat ke arah pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana pola makan dapat mempengaruhi penuaan kulit secara positif. Sebagai tambahan, konsultasikan dengan ahli kesehatan sebelum membuat perubahan signifikan pada pola makan.