Baru-baru ini para ilmuwan di RIKEN Center for Biosystems Dynamics Research Jepang telah menemukan peluang untuk mengatasi kebotakan. Pada penelitiannya, mereka menemukan karakteristik spesifik dari sel induk di kulit yang bertanggung jawab meregenerasi sel rambut dan juga mengidentifikasikan bahan-bahan optimal yang mendorong kelanjutan pertumbuhan folikel rambut. Saat ini para peneliti telah mencapai tahap pengajuan untuk pengujian metode regenerasi rambut terhadap hewan sebelum siap uji klinis pada manusia.
Folikel rambut manusia sendiri sebenarnya terus berputar melalui sejumlah fase. Sebagian besar waktunya berada di fase anagen, yakni tahap pertumbuhan aktif rambut. Pada akhir fase ini, folikel rambut masuk ke tahap istirahat atau fase telogen. Pada fase ini batang rambut akan terlepas secara alami, kemudian berputar kembali ke fase anagen dan mulai menumbuhkan batang baru.
Perputaran fase inilah yang kemudian menjadi tantangan para peneliti untuk menemukan cara meregenerasi rambut pada manusia.
Berdasarkan hasil penelitiannya, para peneliti memandang bahwa memanen sel induk akar epitel folikel rambut (HFSC) merupakan salah satu cara yang memungkinkan untuk meregenerasi rambut pada individu yang botak. Tapi tidak semua HFSC mampu terus bergerak melalui perputaran fase ini. Banyak diantaranya gagal kembali mengulang siklus ke fase anagen ketika batang telah terlepas.
Berdasarkan hal tersebut, terobosan baru pada studi yang diterbitkan dalam jurnal Scientific Reports ini ialah penemuan biomarker seluler tertentu – pembeda HFSC – yang paling memungkinkan untuk melalui siklus folikel rambut berulang. Ada dua penanda HFSC, yakni CD34 dan CD49f, yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi sel induk penghasil rambut tertentu. Namun, saat ini penelitian baru menemukan biomarker ketiga (Itgb5) yang dinilai paling efektif membedakan sel induk dan cocok untuk melalui siklus berkelanjutan rambut.
Baca juga: Tips Mengatasi Garis Rambut yang Mulai Menipis atau Menurun
“Kami menemukan hampir 80 persen folikel mencapai tiga siklus rambut ketika Itgb5 juga direkayasa secara biologis menjadi kuman folikel rambut,” jelas penulis pertama dalam penelitian tersebut, Makoto Takeo. Ia mengaku hanya 13 persen yang mampu mencapai tiga siklus ketika rekayasa biologis itu tidak hadir.
Dari penelitian tersebut, pihaknya memperlihatkan pula keefektifan media baru untuk membiakkan HFSC.
Dengan nama NFFSE, media baru tersebut dibangun dari kombinasi kolagen dan lima faktor lainnya. Dengan media NFFSE ini, diklaim sebanyak 81 persen HFSC mampu bergerak setidaknya tiga fase siklus rambut lengkap. Tanpa NFFSE, tampak bahwa mayoritas HFSC terhenti setelah satu siklus.
Hasil dari penelitian yang terbilang memuaskan tersebut, diakui peneliti utama, Takashi Tsuji, dapat menjadi salah satu terapi yang bisa diterapkan pada individu yang mengalami kebotakan. “Penelitian ini akan membantu mewujudkan terapi regenerasi folikel rambut dalam waktu dekat,” ungkapnya.
Adapun penelitian ini telah dilakukan selama lebih dari satu dekade dan telah melalui uji praklinis terhadap hewan pada dua tahun yang lalu. Sementara uji coba klinis pada manusia rencananya akan dilaksanakan pada tahun lalu. Sayangnya, keuangan dan pandemi diakui pihaknya menjadi kendala yang hingga kini masih dihadapi. Namun demikian, hal tersebut tidak menghentikan para peneliti. Saat ini, para peneliti tengah mencari sumbangan pribadi untuk melanjutkan kembali penelitian terkait regenerasi rambut tersebut.
Sumber: New Atlas